Chapter (25) Obrolan++

1.3K 129 3
                                    

"Sayang, ayo."

"Hm, ayo." Jaemin mengikuti Jeno, dia ada janji hari ini, lalu Jeno menawarkan diri untuk mengantarnya.

"Hendery tidak ikut?" Tanya Jaemin ketika melihat Jeno duduk di kursi pengemudi.

"Hendery sudah di kantor duluan."

Jaemin ngangguk mengerti. Dia masuk ke dalam mobil mendudukkan dirinya di samping Jeno.

"Aku belum pernah melihat yang kamu pakai."

"Oh, ini hasil rancanganku sendiri. Biar pamanmu itu makin jengkel karena aku mengganggu jadwalnya." Ucap Jaemin santai seolah dia tidak memikirkan akibat dari sering mengganggu pekerjaan orang, terlebih itu adalah orang yang jelas sumber dia menerima tawaran Jeno, musuhnya yang berotak dangkal.

"Beberapa hari yang lalu dia berkumpul dengan beberapa petinggi lain, sepertinya mereka merencanakan sesuatu. Orang-orangku tidak bisa menjangkau mereka." Kata Jeno memberitahu.

Jaemin spontan menoleh kepada Jeno, "kenapa tidak memberitahuku lebih awal? Mereka tidak akan mengenali orang-orangku."

"Mau bicara bagaimana? Kamu melihat aku saja sudah menggeram seperti macan." Ujar Jeno.

Plak

Jaemin memukul lengan Jeno dengan mata melotot kesal. Suka sekali pria ini mencari masalah. Jeno meringis mendapatkan kekerasan dari macan disebelahnya.

"Ngomong-ngomong, kenapa rasanya perutku agak begah." Ucap Jaemin tiba-tiba.

Jeno sontak menoleh, matanya tertuju kepada perut Jaemin, kemudian sebelah tangannya terulur memegang perut Jaemin, memberikan sedikit tekanan-tekanan pelan di perut itu.

"Kamu makan aneh-aneh tadi pagi?" Tanyanya Jeno.

"Tidak." Jaemin menjawab dengan yakin.

Jeno kembali melihat ke depan sembari berpikir. Kemudian dia sedikit membolakan matanya. "Kamu tidak alergi sperma, kan?"

"Eum ...," Jaemin berpikir sebentar, "sepertinya tidak. Kamu pernah tidak pakai pengaman, toh aku baik-baik saja." Lanjutnya. "Tapi Jen, aku membiarkan itu karena aku tidak sedang masa subur, kamu semalam pakai pengaman tidak sih?"

"Memangnya kamu melihat aku memakainya?" Tanya Jeno balik.

"Heh! Cari apotek, Jen." Ucap Jaemin dengan panik.

"Kenapa?" Jeno yang melihat Jaemin panik ikutan panik juga.

"Setiap detik itu berharga! Aku tidak mau hamil dulu disaat aku ingin melihat kamu menderita!"

"Aku sedang menyetir, Na." Jeno panik tubuhnya diguncang hebat oleh Jaemin. Tidak lucu kalau mereka mengalami kecelakaan, bisa-bisa keluarga Lee berpesta.

"Lagian kenapa kamu tidak pakai sih?!"

"Mana kepikiran, emosi kamu saja meledak-ledak kemarin." Ucap Jeno membela diri.

Jaemin mendengus kesal. Iya sih dia bahkan hampir mencakar wajah Jeno saking emosinya. Lagian Jeno cari masalah terus. Ya, walaupun setelahnya mereka berbincang ringan, tapi tetap saja Jeno menumpahkannya di dalam. Entah sejak kapan jika mereka tengah dalam kondisi dengan emosi sama-sama tidak stabil, Jeno akan mempatkan posisi mereka dalam keadaan saling berbagi kehangatan sembari berbincang ringan. Hasilnya mereka bisa ngobrol biasa seperti ini lagi.

"Bukannya kamu menginginkan penerus?"

"Ya, memang. Tapi bukan dalam waktu dekat ini juga. Kamu saja masih tidak jelas begitu." Dengus Jaemin kesal. "Apalagi kalau menyangkut Ji-Hyun, jadi menyebalkan."

"Jangan mulai lagi. Janjian kamu bisa batal hari ini." Ucap Jeno memperingati. Mobil ini cukup luas, dia tidak masalah kalau harus melakukannya di sini.

--^

Note

Dah, jangan marah-marah sama Jeno :)

Dan, anggap saja iya kalau laki-laki punya masa subur juga, kan mereka bia hamil cerita ini. Kalau dipikir-pikir tetap anehnya, ya 😂

Oh ya, ini mature 👇🏻 bijak kalau mau membeli, jangan sampai menyesal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang