Chapter (10) Ala Jaemin ☕

2.1K 233 5
                                    

Menilik dari salah satu kegiatan rutin yang terjadwal tiap akhir bulan, kegiatan yang hanya dihadiri oleh nyonya dari setiap kediaman masing-masing. Sebagai kasta tertinggi tentu semua putusan dan perjamuan dilaksanakan dikediaman Lee. Tempat yang sama dari 6 tahun yang lalu. Lee adalah yang paling lama bertahan, sebelumnya pergantian posisi bisa berganti bahkan empat kali dalam setahun. Dan sudah melibatkan beberapa nyawa melayang. Sudah resiko. Dunia bisnis memang sekejam itu.

Jangan harap di keadaan ini akan mendapatkan kawan sebagaimana mestinya. Jawabannya adalah tidak mungkin! Rasa iri dengki sejatinya di hati manusia lah yang akan mempengaruhi. Sisanya hanyalah keberuntungan. Apa yang di hadapan bukan yang sebenarnya. Maka dari itu harus pandai dalam memilah.

Sebagai orang yang sudah berpengalaman itu tidaklah menjadi masalah besar. Hati seseorang yang lembut pun akan bisa goyah. Lembut bisa berarti seseorang tersebut berhati baik, namun setidaknya manusia diberikan akal agar bisa membedakan mana baik dan mana yang bodoh. Persoalan yang sering disalahartikan sehingga berakhir tidak baik.

Sebagai orang yang berpengalaman yang juga disebut-sebut oleh orang-orang berhati lembut ini, sebelum besok Jaemin sudah mempersiapkan semuanya. Jangan karena tidak mengenal keluarga Lee seperti sebagaimana yang terjadi, mereka bisa meremehkannya semaunya! Seperti gosip murahan yang sampai terdengar ke telinga. Sekali lagi, Jaemin akan melanggar aturan.

"Ailee, siapkan set yang sudah dalam list. Dan sampaikan bahwa besok kita akan menggunakan tema berlian yang terlihat mewah. Katakan juga bahwa semi formal. Aku hanya ingin melihat semua nyonya lebih dekat lagi."

--^

Langkah kaki yang terdengar ribut itu menarik atensi Jeno. Ditengah kesibukannya menyusun kembali berkas yang dicampurkan oleh istri nakalnya itu, melihat istrinya yang sibuk tengah mencari sesuatu dengan gerutuan melengkapi sesi mari mencarinya.

"Lihat saja kalau ketemu, ku gunting kau!" Gerutunya lagi.

"Sebenarnya apa yang kamu cari? Jeno bertanya tanpa mengalihkan pandangannya

"Celana sutra yang akan ku pakai pagi ini. Aku merasa sudah membawanya kemari."

"Kalau sudah dibawa kemari pasti ada disini. Kalau tidak ada mungkin saja masih tertinggal.

"Ish!" Jaemin berjalan cepat tidak lupa menghentak-hentakkan kakinya. Sungguh dirinya begitu kesal.

Jeno menggeleng pelan melihat tingkah istrinya. Kemudian menekan tombol peringatan yang tersambung langsung dengan ponselnya

Ting~ Ting~

Suara itu langsung terdengar ke setiap sudut rumah. Menandakan bahwa nyonya Lee akan berkeliaran yang mana tidak boleh dilihat oleh siapapun. Yah, kecuali tuan Lee sendiri. Bagaimana tidak jika nyonya mereka itu hanya menggunakan pakaian kurang bahan. Sudah pasti tubuhnya akan terekspos.

Dan pagi ini seperti yang Jeno lihat, Jaemin hanya berbalut kemeja yang bahkan panjangnya hanya menutupi pas-pasan bokong kesukaannya itu. Mana mungkin Jeno akan membiarkan orang lain melihatnya!

"Oho! Disini ternya kau ya!" Delikan tajam Jaemin layangkan kepada celana sutra yang kini tergantung rapi di ruang londri. "Berani sekali kau membuat aku kesusahan ya .... Akan ku adukan kau kepada suamiku!" Ancamnya tak terelakkan

"Nah." Sekembalinya dari ruang londri, Jaemin memberikan celana yang dia bawa kepada Jeno. "Dia menyusahkan aku, Jeno." Adu nya sembari menunjuk celana dalam genggaman Jeno.

"Akan aku ganti nanti." Jawaban itu menghilangkan rasa kesal Jaemin. Terbukti wajah antusias dan anggukan kepala yang Jeno lihat.

"Rasakan itu! Kau akan dibuang." Jaemin puas sekali rasanya.

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang