Chapter (34) Perasaan Abu-abu

1.4K 133 0
                                    

"Baba meminta kamu untuk ikut pulang." Itulah yang dikatakan kakaknya kemarin lusa. Hari ini Jaemin sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Tetapi Jaemin tidak akan pulang ke rumah Lee, melainkan ke rumah Nakamoto yang belum lama di beli oleh keluarganya, mengingat Jaemin belum bisa terbang ke Jepang sebelum usia kandungannya 14 minggu, takutnya beresiko dengan yang terparah adalah keguguran.

Tadinya Jaemin tidak perduli akan hal itu, tetapi kakaknya tidak mengizinkan, mau bagaimanapun bayi dalam kandungan Jaemin itu membawa darah Nakamoto, dan keluarga Nakamoto kurang setuju jika sampai kehilangan. Maka dari itu keluarga Nakamoto akan bertandang ke Korea menemani Jaemin.

"Tidurlah terus lama-lama. Tidak akan kutemukan kalian nanti." Ancam Jaemin tidak perduli Jeno mendengar atau tidak. Katanya sih orang koma harus sering-sering diajak berbicara, nah, Jaemin ancam saja biar lebih menantang.

"Kau bisa bernapas lega karena Nakamoto juga tidak setuju dengan keinginanku, tapi bukan berarti tidak bisa, ya! Aku kan yang mengandungnya. Lagipula takutnya kau berpulang jika bertemu baba nanti."Jaemin menatap Jeno asat, tidak ada tanda-tanda akan bangun.

"Mana mau Jeno bangun kalau kamu marahi begitu."

Jaemin melirik kakaknya, "bukannya Kakak lebih suka begitu?"

"Oh jelas."Renjun menjawab cepat. "Baba sudah sampai rumah."

"Aku sangat bersyukur kalian begitu sayang padaku." Jaemin tiba-tiba nyeletuk.

"Keluarga memang harus saling sayang." Renjun menatap adiknya aneh.

"Tapi banyak yang tidak demikian kok. Malah menjadi musuh dalam selimut, atau memusuhi secara terang-terangan."

Renjun mengerutkan alisnya, "Jeno maksudmu?" Tanyanya.

"Salah satunya."

"Apa kamu menaruh simpati sekarang?"

"Entahlah. Dia hanya sangat menyebalkan."

"Tapi kamu cinta, kan? Kalau memang kamu mencintai pria tidak tahu diri ini, kalau dia tidak cinta balik, paksa saja. Kalau dia menolak, potong saja kedua kakinya biar tidak bisa kabur."

"Ide macam apa itu?" Jaemin menatap kakaknya ngeri. "Aku hanya saja sulit mencintai orang baru. Kalau bisa secepat itu, aku sudah menempel pada selirku sekarang." Beber Jaemin atas niat tidak baiknya.

"Sungguh luar biasa pemikiranmu, ya."

--^

"Mama."

"Kamu memang salah. Sudah Mama katakan kalian itu tidak saling mencintai. Jangan ganggu Jeno karena dia sudah menikah. Kamu bilang perduli dengan Jeno? Tapi Mama lihat kamu egois disini. Kamu memanfaatkan ketidakberdayaan Jeno demi kepentingan pribadi kamu sendiri, Yena. Padahal jika kamu tidak mengacau, Mama bisa menjodohkan kamu dengan keluarga Jung. Maka kita benar-benar punya hubungan keluarga dengan Jung. Sangat disayangkan, bukan? Jung sama berkuasanya dengan Lee."

Yena hanya tertunduk lesu. Dia tidak berpikir panjang sebelum bertindak, iri hati serta cemburulah yang menguasai hati Yena. Yena tidak menyangka tadinya kalau Jeno menikah dengan seseorang yang tidak diketahuinya, membuat posisinya yang selalu menjadi sandaran Jeno sekarang tidak lagi setelah kehadiran Jaemin.

Maka dari itu Yena menggunakan Ji-Hyun untuk memisahkan Jeno dan Jaemin. Yena tahu kalau Jeno hanya menganggap Ji-Hyun hanya teman, dan perlindungan Jeno terhadap Ji-Hyun memang murni atas permintaan Yena. Kalau Jeno terlihat perduli dengan Ji-Hyun, maka Jaemin pasti akan marah. Lalu nanti mereka akan berpisah. Itulah rencana sederhana Yena.

"Kamu tidak ingin melihat Jeno menderita, tetapi kamu sendiri yang membuat Jeno menderita. Mama tidak mengerti cara jalan pikiranmu, Yena."Mama Jeno menghela napas lelah. Dia terlihat santai bukan berarti dia terima dengan keadaan Jeno sekarang. Tapi mau bagaimana lagi?

--^

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang