Chapter (37) Sebuah Ikatan

1.4K 144 1
                                    

Yuta pulang ke rumah ketika waktu sudah dini hari. Dia yang berniat untuk segera beristirahat seketika urung ketika mendapati sosok yang terduduk diam di ruang tamu tanpa ada suara sedikitpun. Ia diam-diam mendekat, memperhatikan apa yang dilakukan sosok ini. Namun yang didapatinya hanya pandangan kosong dari sosok ini.

"Baba sudah bilang bahwa kamu hanya boleh tidur larut malam sekali saja." Ucapnya pelan mengalun di ruang yang sepi, menyadarkan lamunan sosok itu, tidak lain putra bungsunya.

Lalu terdengar helaan napas pelan sebelum keluhan meluncur begitu saja dari belah bibirnya. "Aku benar-benar tidak bisa tidur. Rasanya aku ingin pulang ke kediaman Lee untuk mencoba tidur di sana."

Yuta mengerjab pelan, memandang putranya dengan bingung. Apa ini ada hubungannya sama kehamilan putranya itu? Begini-begini dia sudah menjadi alumni sebagai calon ayah muda. Tidak ada yang tidak mungkin bagi orang hamil. Mungkin cucunya itu rindu rumah tempat tinggal mereka selama 4 mingguan itu.

"Ayo Baba antar ke sana kalau begitu."

"Huh? Baba serius?" Jaemin menatap ayahnya antusias.

"Memang kapan Baba tidak serius?" Tanya Yuta balik.

"Ayo kalau begitu!" Jaemin memeluk lengan ayahnya, bergelayut manja dengan senyuman manisnya.

--^

Eric yang masih sibuk di ruang tengah di kediaman utama Lee mengerutkan alisnya bingung mendengar suara gaduh di luar rumah. Dia yang pikirannya kalau ada musuh yang datang, buru-buru keluar rumah. Bisa dikatakan kalau Lee sekarang memang lagi rentan terhadap pertahanan karena ketua Lee sendiri belum sadarkan diri, sedangkan pendampingnya tidak dengan kondisi baik untuk mengambil alih.

Namun pikiran buruknya seketika enyah melihat sosok pria manis tengah tersenyum lebar dikelilingi anak buah Lee. Pria manis itu datang bersama pawangnya dengan hanya menggunakan piyama, seperti siap untuk pergi tidur. Lalu pandangan keduanya bertemu, dia dengan semangat melambaikan tangannya.

"Eric!" Panggilnya dengan kelewat semangat.

"Kakak ipar." Eric segera mempersingkat jarang mereka. "Salam kepada Tuan Nakamoto." Sapa Eric sopan kepada ayah kakak iparnya.

"Tidak perlu formal begitu, kita ini sudah menjadi keluarga." Balas Yuta.

"Jadi?" Tanya Eric maksud dari kedatangan keduanya. Harusnya tidak dipertanyakan jika di rumah ada Jeno, tapikan Jeno ada di rumah sakit sekarang.

"Jaemin akan tidur di sini malam ini." Jawab Yuta.

Eric tidak begitu mengerti, namun dia tidak mempertanyakan lebih. "Ayo masuk kalau begitu." Ajak Eric.

Jaemin melenggang duluan masuk ke dalam rumah meninggalkan ayah dan adik iparnya. Lagipula, mereka tidak akan bergulat mengingat Eric bukanlah Jeno walaupun wajah mereka terlihat mirip.

"Baba, aku langsung naik ke atas, ya." Pamit Jaemin.

Yuta ngangguk mengiyakan. "Langsung tidur, ingat. Jangan melakukan hal lain."

"Tentu saja. Selamat malam Baba, selamat malam Eric." Setelah mengatakan itu, Jaemin langsung naik tangga menuju ke kamarnya dan Jeno.

Yuta mengalihkan perhatiannya kepada Eric setelah Jaemin tidak lagi terlihat. Ia dapat melihat wajah lelah tidak bisa tertutupi dengan sempurna di wajah pemuda tampan ini.

"Jika kalian butuh bantuan, katakan saja." Tawar Yuta. Hitung-hitung bantuan atas absennya Jaemin dan Jeno secara bersamaan membuat pekerjaan diambil alih oleh yang lain secara tiba-tiba. Begini-begini Yuta adalah orang yang bertanggung jawab dan tidak cuma bisa berjanji tapi ternyata ingkar seperti Jeno.

"Tadinya memang itu yang ingin kami lakukan. Tetapi kepulangan mama setidaknya bisa mengisi kekosongan tugas nyonya Ferrero, itu sudah sangat membantu. Jadi untuk saat ini kami masih bisa mengurusnya sampai Jeno kembali. Akan tetapi jika memang mendesak, kami pasti menerima tawaran ini."

"Ya, itu pilihan yang bagus."

"Ngomong-ngomong, kenapa dengan Jaemin?"

"Dia bilang tidak bisa tidur. Jadi dia ingin mencoba tidur di sini. Aku tahu ini terdengar aneh, tapi jika kau nanti sudah menikah, kau akan mengerti dari maksudku ini."

Eric tidak ingin semakin penasaran, lebih baik mengiyakan saja perkataan dari ayah Jaemin.

"Aku akan memeriksa Jaemin dulu sebelum pergi." Pamit Yuta kepada Eric.

"Silahkan."

---^

Yuta membuka pintu kamar secara perlahan. Ia hanya berdiri di depan pintu menatap ranjang yang diatasnya terlihat bahwa putranya sudah memejamkan matanya di sana. Namun atensinya lebih kepada pakaian Jeno yang tersebar di seluruh bagian ranjang, juga membalut tubuh sang putra. Tidak tertinggal aroma parfum yang mungkin Jeno pakai menguar memenuhi ruang kamar itu. Yuta tidak bisa untuk tidak merasa kagum dengan keanehan yang sering terjadi kepada para ibu hamil.

Lalu kemudian ia menghela napas pelan. Gumaman ketidakpuasan meluncur begitu saja dari mulutnya. "Sepertinya cucuku ini akan sangat lengket dengan Jeno. Bagaimana cara aku memisahkan mereka jika masih segumpal darah saja sudah menunjukkan keakraban keduanya."
Dengan berat hati Yuta menutup kembali pintu kamar itu. Tidak ingin kehadirannya membuat putranya kembali terjaga.

"Lee Jeno ini, pria brengsek yang sayangnya dilimpahi keberuntungan disaat dia harusnya pergi dari dunia. Sayang sekali, cucuku begitu menyukainya."

---^

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang