Chapter (29) Sebuah kebenaran

1.3K 134 10
                                    

Acara yang semula berjalan sebagaimana mestinya, seketika berubah menjadi riuh terdengar suara orang-orang yang terkejut dengan apa yang mereka saksikan saat ini. Di sana, tampak layar lebar menampilkan suatu kejadian beberapa tahun silam, dengan dibintangi anggota keluarga inti Lee.

Yang mereka ketahui semua bukti mengarah kepada keluarga Kim walaupun tidak cukup kuat untuk mereka mendekap di jeruji sel, namun cukup membuat nama keluarga tercemar. Kini lihatlah, seperti musuh dalam selimut, wajah Yejin terlihat jelas di sana sedang melancarkan aksinya, menyabotase mobil yang digunakan oleh Hae-in.

Yejin terdiam kaku ditempat dengan raut wajah sulit diartikan. Namun jelas dia tidak terima wajahnya terpampang di sana. "Siapa yang berani-beraninya menfitnah saya?!" Teriaknya bak orang kerasukan. Wajahnya bahkan memerah padam saat ini.

Lalu video berganti memperlihatkan seorang laki-laki baru baya yang dengan tidak terpujinya terlihat layaknya predator berlabel penjahat kelamin. Bagaimana tidak, wajah yang biasanya terlihat tegas itu, di sana malah tampak seperti orang yang tidak bisa mengendalikan otak mesumnya. Ya, Jaemin adalah salah satu korbannya. Jelas Jaemin akan mempermalukan orang ini.

"Suami istri sama saja tidak ada yang benar." Komentar pedas itu terlontar begitu saja. Tidak menutup kemungkinan yang berkomentar tidak pernah melakukan hal-hal melanggar lainnya, namun bedanya, dia tidak ketahuan.

Seperti tidak diberi kesempatan untuk bernapas, kembali berputar menampilkan seorang perempuan paru baya. Ia mengatakan sesuatu yang lebih mengejutkan, bahwasanya, dia adalah perawat yang dibayar untuk menukar, lebih tepatnya mengatakan kalau bayi yang lahir belum genap 2 jam itu meninggal dunia. Padahal, Yejin saat itu tidaklah hamil. Hasil pemeriksaan mengatakan bahwa Yejin tidak bisa mengandung.

"Waw, rapi sekali permainan Anda, Nyonya Yejin." Nyonya Kim berbicara dengan lantang membuat suasana terasa semakin panas. Ia dendam jelas, perempuan ini sudah membuat keluarganya dipandang sebelah mata oleh orang-orang.

"Itu semua tidak benar! Pasti ada yang menjebak saya!" Yejin tetap berkilah di dalam lautan fakta.

"Nyonya kedua Lee memang meninggal saat melahirkan, tapi bayinya selamat ternyata. Dia saudara beda ibu dengan tuan Lee sekarang."

"Anda melakukan itu karena ingin merebut posisi pimpinan, kan, Nyonya Yejin?"

Jeno yang tidak tahu menahu tentang nyonya kedua Lee jelas menuntut pembenaran terhadap Jaemin. Tentang fakta pembunuhan dan kelakuan pamannya jelas Jeno sudah mengetahuinya, tapi yang satu ini tidak.

"Itu benar. Eric sudah melakukan tes DNA dengan ayahmu."

Eric tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Dia bisa saja menjadi target selanjutnya untuk dijadikan sarang lebah. Sungguh, Eric tidak ada keinginan untuk membuat dirinya bernasib sama seperti kakaknya. Dia menginginkan kehidupan percintaannya berjalan cukup lancar.

Plak!

Suara tamparan itu menggema seolah tengah terjadi sekarang secara nyata. Marahnya seorang ibu terhadap anaknya akan paksaan kriminal yang seharusnya itu tidak pernah terjadi. Walaupun rekaman itu tidak terlalu jelas, namun masih bisa dipastikan siapa pelakon di sana.

"Sudah ku katakan, jauhi Jeno! Kau lahir sebagai perempuan saja sudah salah dan tidak berguna, sekarang kau mengganggu pekerjaanku! Kalau tidak berguna cukup tidak berguna saja, jangan menjadi beban."

"Sudahlah, peralat Yejin saja untuk melenyapkan Jeno. Biarkan anak tidak berguna ini menjadi tameng kita seolah kita tidak menginginkan apa pun. Karena Yejin memiliki seorang putra, biar mereka yang akan menanggung jika terjadi seseorang kepada Jeno. Kita cukup bergerak dalam diam."

"Apa kalian belum juga puas? Hidup Jeno sudah tidak aman sejak kecil, kalian sebagai paman dan bibi baginya kenapa lebih kejam dari orang asing? Dan ya, aku tidak pernah minta dilahirkan sebagai anak yang tidak diinginkan! Kalau kalian tidak menginginkan anak perempuan, kenapa tidak membunuhku sejak dulu, kenapa?!"

"Hati manusia yang serakah memang sangat menakutkan."

"Manusia memang tidak akan pernah merasa puas."

"Tapi ini sudah level tidak sehat. Nah, yang mana lagi yang akan kita putar, Young Hoon?"

"Bagaimana dengan bukti Ji-Hyun yang berencana membunuh Jaemin saja?"

"Jangan, Jaemin tidak mau itu ditampilkan." Tolak Kyu.

"Sepertinya ada yang datang." Xiaojun yang dari tadi bersama Young Hoon dan Kyu segera beranjak memeriksa keadaan di luar ruangan. "Ternyata kamu." Dia lega karena ternyata Hendery yang datang.

"Kata Jaemin cukup, biarkan yang lain diperlihatkan di sidang nanti."

"Aku pikir anak buah mereka yang datang."

"Lho, mereka bahkan tidak bisa masuk ke rumah ini lagi. Orang-orang Jaemin dan Jeno sudah mengamankan mereka."

--^

Pagi harinya setelah kejadian penyerangan terhadap Jaemin, Jeno mendapatkan laporan dari anak buahnya yang terjun langsung saat itu, mengatakan bahwa mereka adalah suruh dari salah satu anggota keluarga Han. Sudah bisa ditebak, Ji-Hyun lah pelakunya. Untuk membatasi pergerakan Jaemin, Jeno menyuruh Jaemin untuk istirahat, sedangkan dia akan menemui Ji-Hyun sekaligus menghanguskan bukti.

"Aku tanya, apa kau gila?"

"Jeno, maksudmu apa?" Ji-Hyun jelas tidak mengerti akan pertanyaan Jeno.

"Kau, kalau bukan karena kau dekat dengan Yena, aku tidak akan menolong kau kali ini. Apa kau tahu apa yang akan Jaemin lakukan jika dia tahu ini perbuatanmu? Kau akan seperti pelacur dihadapanku."

"Kamu bicara apa sih, Jen?!" Ji-Hyun jelas tersinggung dengan kata 'pelacur' apa ini?

"Orang seperti kau memang lamban dalam berpikir. Intinya aku tidak pernah memiliki perasaan apa pun padamu. Jadi berhenti bermimpi untuk menjalin hubungan denganku, Han Ji-Hyun."

"Karena kau memang sudah mencintai Jaemin, kan?!"

Jeno menggeram kesal. Apa wanita ini tidak mengerti dengan bahasa manusia?

"Kau hanya sebatas teman bagiku, keperdulianku selama ini karena kau temanku dan Yena perduli padamu. Kau terlalu percaya diri kalau aku mencintaimu."

--^


Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang