Chapter (39) Lebih Dekat

1.6K 144 3
                                    

Siang itu semua orang terdekat baik pihak Jaemin maupun pihak Jeno datang ke rumah sakit. Jeno hanya ingin menunjukkan kepada seluruh anggota keluarga bahwa keluarga Lee kehilangan satu lagi anggota keluarga mereka. Yena terlihat pucat dengan alat medis yang sudah terlepas dari tubuhnya. Yena tidak terselamatkan karena wanita itu terlamban ditangani dengan kondisi luka parah, akibatnya Yena meninggal dunia karena kekurangan darah. Tidak ada suara tangisan di sana, hanya pandangan kosong dari seluruh anggota keluarga, peran wanita itu tidak cukup membuat orang-orang bersimpati atas kepergiannya, mengingat dia selalu mengacau akhir-akhir ini.

Kalau diperhatikan, Yena adalah wanita malang yang terpaksa pergi dengan cara mengenaskan karena ulah keegoisannya sendiri. Mungkin wanita itu bisa hidup tenang kalau dia berdamai dengan keadaan dan memilih jalan hidup yang baru. Lagipula Yena seperti terobsesi dengan Jeno dengan alasan yang abu-abu. Dia tidak rela Jeno dengan orang lain tapi sebenarnya dia tidak secinta itu terhadap Jeno, hanya tidak ingin Jeno berpaling darinya. Entahlah apa tujuan hidupnya kedepannya jikalau dia masih bernapas.

Lalu, kabar kematian Yena menjadi kabar baik untuk Namjoo maupun Ji-Hyun, yang secara tidak langsung kedua wanita ini adalah boneka yang dikendalikan oleh Yena demi wanita itu aman dan mejadikan keduanya seolah tamengnya. Dalam hal ini, Ji-Hyun lah yang paling bahagia. Bahkan, jika Yena masih hidup, Ji-Hyun sudah membuat rencana membalas perbuatan Yena padanya. Yah, dia keduluan oleh Jaemin ternyata.

Setelah pemakaman Yena selesai, seluruh anggota keluarga kembali ke rumah masing-masing, pun Jaemin ikut ke rumah kedua orang tuanya dengan Jeno yang dengan berat hati baik Yuta, Renjun, maupun Guanlin mengizinkan untuk Jeno tinggal bersama mereka. Bagaimana tidak, Jaemin benar-benar tidak bisa jauh dari Jeno, ibu hamil itu menempel ibaratkan lintah.

"Langsung mandi, lalu istirahat. Kamu tidak boleh terlalu lelah." Jeno menghalangi niat istrinya yang hampir terlelap dengan terduduk di sofa kamar mereka.

"Aku kehabisan tenaga." Gumam Jaemin.

Tanpa berbicaran apa pun lagi, Jeno menggendong istrinya membawanya ke kamar mandi. Jaemin yang tidak siap dengan gerakan tiba-tiba itu jelas saja kaget.

"Tidur saja. Biar aku yang memandikan." Ucap Jeno yang mengurungkan rengekan protes siap Jaemin layangkan.

Karena terlalu lelah Jaemin membiarkan apa yang dilakukan suaminya itu. Walaupun jelas dia tidak bisa tidur dengan segala sentuhan yang Jeno lakukan guna membersihkan dirinya. Sesekali Jaemin memukul tangan yang menyentuh beberapa bagian sensitifnya, ya walaupun hal itu bukan karena Jeno berniat menggodanya. Dirasa cukup, Jeno membalut tubuh Jaemin dengan handuk, membawanya keluar dari kamar mandi. Mendudukkan istrinya itu di ranjang sebelum mengambil hair dryer.

"Mau menggunakan pakaian apa?" Tanya Jeno disela kegiatannya mengerikan rambut Jaemin.

"Aku tidak mau pakai apa pun." Jawab Jaemin yang mendapatakan kerenyitan bingung dari Jeno.

"Ini dingin, nanti kalian sakit." Jeno menyuarakan ketidaksetujuannya.

"Kan ada kamu. Aku akan tidur dengan memelukmu." Jaemin tetap pada pendiriannya.

"Ya sudah, cepat masuk ke dalam selimut. Aku mandi sebentar."

"Baik, Daddy." Jaemin dengan patuh mengikuti perintah suaminya. Sedangkan Jeno terdiam kaku mendengar sebutan baru yang disematkan Jaemin untuknya. "Kok masih di sini?" Jaemin melihat Jeno bingung.

"Ini mau pergi kok."

Sampai Jeno selesai mandi, Jaemin bahkan belum memejamkan matanya, padahal kelihatan sekali kalau dia sudah mengantuk. Jeno sampai buru-buru dengan hanya menggunakan celana tanpa atasan, segera menuju istrinya yang sudah merentangkan tangan untuk menyambutnya.

"Kenapa masih menunggu? Matamu sudah kecil begitu." Ucap Jeno, dia ikut masuk ke dalam selimut, menarik tubuh istrinya itu mendekapnya untuk berbagi kehangatan.

"Ingin peluk." Rengek Jaemin.

"Manjanya ibu hamil satu ini." Gemas, Jeno tidak tahan untuk tidak menciumi seluruh wajah Jaemin yang entah kenapa malam ini terlihat lucu dimatanya. Sampai-sampai Jaemin menahan wajah Jeno untuk menghentikan aksi menyebalkan itu.

"Ini keinginan anakmu, ya. Kalau aku malas sekali dekat-dekat dengan orang lamban mengambil keputusan sepertimu." Sindirnya telak.

"Aku tidak perduli, yang penting kamu milikku."

"Dasar tidak tahu malu."

"Ya, itu memang aku."

_^_

Jeno memang tahu kalau keluarga Nakamoto terlibat bisnis hitam dan putih seperti menantu mereka satunya, Lai Guanlin. Namun dia tetap saja terkejut melihat anak buah Nakamoto latihan dengan menggunakan katana, alih-alih latihan menembak.

"Untung aku tidak ditebas dengan katana." Gumam Jeno menatap ngeri orang-orang latihan yang seperti bernafsu sekali untuk menebas lawan latihannya.

"Kenapa malah berdiri di sini, ayo pergi. Nanti baba malah menyuruhmu ikut latihan kalau dia melihatmu di sini." Tutur Jaemin menarik Jeno menjauh dari sana. Walaupun Jeno menyebalkan, tetap saja dia yang akan repot jika terjadi sesuatu lagi dengan Jeno. Soalnya Jeno sekarang punya backing yang kuat bahkan sebelum lahir hingga menyusahkan dirinya.

"Kalau mereka latihan begitu sampai ada yang meninggal bagaimana?" Tanya Jeno penasaran.

"Itu resiko mereka."

"Serius?" Jeno terkejut sekaligus merinding.

"Ya begitulah, mau bagaimana lagi?" Tanya Jaemin balik.

Topik itu berhenti sampai di sana saja. Jeno tampak sibuk memeriksa email yang diberikan oleh sekretarisnya, cukup pusing atas ketidakhadirannya cukup lama. Sedangkan Jaemin bersandar kepada Jeno sembari menikmati cemilannya tidak menghiraukan kesibukan Jeno. Hari ini untuk yang pertama kalinya Jaemin ikut ke L.E Valencia Group yang merupakan perusahaan induk keluarga Lee, Jaemin hanya sering berkunjung ke Vanessia atau University yang dikelola oleh Eric.

Jaemin tadinya meminta Hendery untuk memberitahukan jangan ada penyambutan apa pun setibanya keduanya di Valencia, jujur saja Jaemin sedang tidak ingin bertemu dengan orang banyak. Hanya saja dia tidak bisa jauh dari Jeno, makanya tetap ingin ikut ke kantor.

_^_

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang