Hal ter-memalukan

8 1 0
                                    

"Sya"

Panggil seseorang yang terlihat sangat dikenali oleh Isya.

Reflek Isya meolehkan kepalanya serta badannya, padahal ia sedang serunya mengobrol dengan teman-temannya.

"Ya, kenapa?" Jawab Isya seperti sudah nada dering, dia selalu mengawali dengan "YA". "eh, Hersa, ada apa nih?"

"Anu, boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Hersa dengan nada yang sedikit malu.

"Ohh tanya, boleh boleh ajalah, tanya apaan emang?"

"Kita ngomong berdua aja bisa?"

"Tentu saja bisa" Isya percaya jika diajak olehnya, dia tau Hersa yang terbilang anak baik-baik nan cuek, apalagi dia sudah melindungi Isya saat dilirik oleh tukang yang sedang bekerja disekolah mereka.

Otomatis Hersa langsung menarik tangan Isya.

"Woah, sedikit brutal, ini gabisa ya jalan sendiri-sendiri aja, malu diliatin adek kelas woy, Sa!" Batin didalam hatinya Isya, meskipun hanya berjalan pelan tetapi cengkeramannya lumayan membuat Isya ketakutan pada Hersa.

"Kita emangnya mau kemana sih, Sa?" tanyaku dengan penuh harapan biar ngga diapa-apain.

"Hah? gak kemana-mana, beli minum dulu mau? kubeliin teh kotak kesukaanmu deh" Jawab Hersa dengan sedikit beralasan agar Isya percaya padanya.

Isya mengerutkan dahi sedikit curiga pada Hersa dan melepas tangannya dari genggaman Hersa paksa.

"Kalo kamu emang serius mau ngomong sama aku, jangan begini."

Isya mengatakan itu dengan menunjuk dirinya sendiri, dia benar-benar merasa ketakutan sekarang.
















Hersa hanya berdiam diri, ia ingin bertanya soal confess itu, ia juga tahu pasti jika itu Isya. Tapi caranya memulai ini salah, dia justru membuatnya takut pada dirinya.

"Iya, maaf.." Dan, meninggalkan Isya sendirian.

"Hah?! Saya ditinggal sendiri nih? Mohon maaf kau ninggalin saya gini enak kelasmu dekat, saya apa? jauh dipinggir dunia!" Batin Isya kesal

"Eh tapi emang dunia ada pinggirannya, ada sih.. pantai tu, tapikan kecil.. tau lah gajelas banget"

Acuh tak acuh Isya langsung jalan ke kelas tapi sebelumnya..

Dia beneran mampir ke minimarket sebelah sekolah buat beli teh kotak, belinya 2, hehe.

"Sya, darimana?" Tanya seseorang dari kelas lain, kalo didenger-denger suaranya cewe sih. Tapi emang cewe.

Isya menoleh kearah suara itu.

"Eh, hai kenapa Za? dari jajan aja sih"

Yap, namanya Harza, dari kelas IX D. Bagi Isya dia termasuk teman dekatnya dari kelas VII tapi karena jarang berinteraksi saja, Isya jadi agak lupa sampai-sampai ketuker salah orang.

"Hal ter-memalukan seumur hidupku huhuhu" Yah, begitulah ucapan dalam batinnya.

"Kok mukanya cemberut begitu, hm?" Cocok jadi tipe cowo gemes tapi perhatian -Isya.

"Saya kesal sama orang"

"Siapa? crush? si Hersa itu?"

Isya hanya menjawab anggukan saja.

"Makanya tadi kok kamu ditarik-tarik sama dia, mau pdkt ya kalian? Hihi"

"Ummm bukan, dia kayaknya tuh mau tanya soal confess-nya, iya sih kayaknya, tapi dia ngajaknya kayak mencurigakan ditambah lagi keliatan maksa" Cetus Isya panjang lebar tinggi dikali dibagi ditambah tapi gak dikurang.

"Ohh, kayak begitu" Paham Harza pake nadanya Isya.

"Hu'um, huh aku duduk sini bentar gapapa kan?"

"Gapapa dong"

"Btw, Hanif ngga masukkah?"

"Masuk, tuh" Tunjuk Harza ke Hanif yang lagi sama Hersa. "Eh, sama Hersa ternyata"

Isya gak tinggal diam, dia langsung ijin ke kelas sama Harza.

"Aku ke kelas dulu ya, Za" Bisik Isya pelan.

Harza yang kudet cuma iyain aja.

"Isya, hai! mau kemana?" Teriak Hanif.









"Anjerrrr malah dipanggil"

Alhasil, Isya cuma ngacungin jempol doang dan jalan cepat ke kelas.











CRUSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang