🌹🌹🌹15

8.3K 428 43
                                    

Jax bersandar pada punggung sofa, kepalanya terkulai ke kanan dan menatap jauh ke arah lantai dansa. Ia tengah berada di sebuah club. Di mejanya terdapat beberapa botol minuman keras yang bertebaran. Karena pengaruh minuman tersebut kini pandangan matanya mulai kabur. Jax juga merasakan kantuk yang perlahan menjalar. Jika bukan karena suara bising di dalam club, ia pasti sudah terpejam. 

Namun sesaat kemudian, gelagat Jax mulai  berubah. Ia tiba-tiba menegakkan punggung dan mengerjapkan mata beralih fokus ke arah depan. Disana ia melihat seorang wanita dengan penampilan bak dewi berjalan mendekat. Rambut coklat bergelombang wanita itu berayun pelan. Si wanita memakai atasan hitam dan ripped jeans ketat yang membungkus tubuh indahnya secara sempurna. Ia juga mengenakan sepasang heels tinggi yang membuat cara jalannya terlihat anggun tapi seksi. 

"Hai" Si wanita menyapa sembari tersenyum saat sudah berhadapan dengan Jax. 

"Hai" Jax membalas begitu saja. 

"Boleh aku bergabung?" Tanya wanita itu sopan. 

Jax menimang sesaat, matanya mengerjap-erjap mencari kesadaran. "Ya" putusnya kemudian memberikan ijin. 

Wanita itu maju tanpa sungkan. Ia lalu mengambil posisi duduk tepat di samping Jax. 

"Aku Melissa" ucapnya memperkenalkan diri. 

Jax menatap wanita yang bernama Melissa tersebut namun tanpa balas menyebutkan nama. Ia hanya mengulas senyum tak yakin.

Melissa sepertinya tak menganggap sikap Jax yang tidak sepenuhnya terbuka adalah suatu masalah besar. Ia justru kembali melemparkan basa basi pada Jax. "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya sok akrab. 

"Tidak begitu baik" Jax menjawab jujur dan singkat .  Ia memang tengah dipusingkan dengan masalah percintaannya dengan sang kekasih. Ia belum menemukan cara bagaimana menekan Natalie agar tak berani buka suara ke publik mengenai hubungannya dengan Ellie. Ia seperti kehabisan waktu menunggu sebuah bom yang akan meledak. 

"Tidak heran kau sampai minum banyak" Melissa berucap sembari mengerling kearah meja. "Apa kau mau aku membuatmu merasa lebih baik?" Ia  bertanya kemudian, menawarkan bantuan yang mempunyai maksud tersembunyi. 

Jax mengangkat alis. Ia menatap paras cantik Melissa dan tampak mempelajarinya. "Aku-" Jax melirih bimbang. Ia tau situasi akan berubah berbahaya jika hanya pasrah dan menunjukkan sikap lunak. Tapi ia memang sedang lelah dan butuh penghiburan. Akal sehatnya pun sudah pasti tak sejernih biasanya. Maka Jax disana hanya mematung, ia membuka bibirnya tanpa mampu berkata. Ia pun hirau dan tak mengambil antisipasi ketika Melissa mulai menyeringai genit. Lalu hal yang mungkin sebenarnya tak diinginkan oleh Jax akhirnya terjadi dan tak sanggup dicegah.  

Melissa dan Jax duduk berhadapan begitu dekat.  Melissa lalu dengan santainya melingkarkan kedua tangan di leher Jax. "Apa kau keberatan?" Ia berbisik di depan bibir Jax, lirih sekali seperti sengaja agar Jax tak mendengar jelas. Kemudian dalam sekejab, Melissa perlahan memajukan wajah dan lantas menempelkan bibirnya pada bibir Jax. 

Jax menerima bahkan menyambut kecupan Melissa tanpa pikir panjang. Ia tenggelam dalam belaian bibir Melissa yang membujuknya sensual. Mereka saling melumat dengan penuh gairah. Kini Jax menumpahkan hasratnya yang tertahan justru pada wanita asing.

"Ellie..." disela keintiman itu, Jax tanpa sadar menderukan pelan nama sang kekasih. Namun deruan Jax nyatanya tak sampai di telinga Melissa dan tak cukup membuat wanita itu berhenti. Melissa justru kian semangat memagut bibir Jax. Ia pun merasa senang ketika satu tangan Jax mulai meraba pinggangnya sedangkan tangan yang lain meraih sisi kepalanya untuk memperdalam cumbuan mereka. Melissa sudah sangat percaya diri bisa membawa Jax ke atas ranjang malam itu. 

THE MASTER'S SWEETHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang