🌹🌹🌹18

7K 246 16
                                    

Ellie membuka mata lambat-lambat. Sekali dua kali ia mengedipkan kelopak matanya pelan. Pagi itu setelah mengalami malam panjang bersama sang kekasih, akhirnya Ellie terbangun dari tidur. Ellie yang tengah terbaring di atas ranjang berjerih payah menegakkan setengah tubuh. Ia kemudian bersandar pada kepala ranjang sembari menggosok-gosok matanya demi menjernihkan pandangan yang masih samar. Ellie lantas mengusap wajah dan memijit kepala. Ia mencoba meraih kesadaran penuh dan mengingat kembali apa yang baru saja ia lalui. 

Ellie mengambil nafas kemudian memindai sekeliling tempatnya berada. Ia mengenali ruangan itu. Ia masih tertahan di sebuah kamar tidur mewah bergaya klasik kontemporer milik seorang bilyuner berusia 35 tahun sekaligus kekasihnya, Jaxon Grant. Ia terbaring di atas ranjang sang pria hanya berbalut selimut warna abu muda. Ellie bergegas menarik selimut itu kuat dan menahan di depan dada demi menutupi tubuhnya yang terasa dingin. Ia mencoba mengintip ke balik selimut dan mendapati dirinya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. 

Ellie seketika berhasil memanggil kembali memorinya. Ia hanya bisa termangu tanpa mampu bersuara. Kata 'kasar' sangat tepat menggambarkan bagaimana Jax mengambil harta berharganya malam kemarin. Ellie berubah linglung. Perasaaannya campur aduk. Tentu ia merasa sedih, marah, dan kecewa pada dirinya juga sang kekasih. Sekalipun tak sampai merana karena melakukan dengan pria yang ia cintai tapi Ellie masih cukup terpukul. 

Dan begitu mengetahui lelaki yang ia cintai tersebut kini tak nampak batang hidungnya, Ellie bertambah kecil hati. Ia ditinggalkan seorang diri di dalam kamar dengan tubuh telanjang, kesakitan, penuh tanda biru bahkan nyeri di kewanitaannya namun pria yang menyebabkan itu semua justru menghilang. 

Ellie menjadi takut dan gelisah. 'Dimana Jax? Kenapa dia tega meninggalkanku seperti ini?' rintihnya putus asa. 

Namun belum sempat kegelisahannya memuncak, Ellie tiba-tiba mendengar suara pintu menutup di sisi sebelah kiri kamar. Ellie pun mengintip ke arah sumber suara dengan was-was. 

.

*

.

Saat itu, Jax baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi pribadi yang ada di dalam kamarnya. Ia mengenakan bathrobe berwarna hitam legam yang terbuat dari beludru dengan kaki beralaskan slipper putih. Dengan penampilan super maskulin berikut wajah yang terlihat segar, rambut coklat tebal setengah basah dan kulit mengkilat terkena sisa-sisa air yang tadi mengguyur tubuh, Jax tampak bugar dan tak bisa dipungkiri aura ketampanannya kian terpancar. 

Pandangan Jax dan Ellie beradu. Lelaki itu lalu mengamati Ellie dari tempatnya berdiri. Ia terus menelisik sosok sang kekasih yang tampak memprihatinkan, rambut tebal agak kusut, wajah polos semburat pucat, juga mata besar sembab namun tetap tak melunturkan pesona Ellie yang Jax anggap sangat jelita. 

Jax pun berjalan perlahan dan menyusuri lantai berkarpet di kamarnya. Sementara ia menyaksikan netra jernih Ellie terus mengawasinya. Tatapan Ellie kala itu menyiratkan ketakutan namun juga kelegaan. Jax sadar Ellie tengah lega mengetahui bahwa ia berada disana dan tak melarikan diri. 

Jax terus melangkah. Tanpa buang waktu ia lekas menghampiri Ellie yang masih terpekur di atas tempat tidur. "Kau sudah bangun..." gumam Jax lalu berhenti sebentar guna mengantisipasi reaksi gadis itu. 

Ellie tak banyak menanggapi dan tampak melamun. 

Jax memantau lekat. Ia lalu menelusuri sosok Ellie namun kemudian tatapannya jatuh pada sebuah bercak di atas sprei di samping Ellie. 

Ellie mengikuti arah pandang Jax yang sendu hingga turut melihat noda itu. Ellie yang terkejut melihat noda tersebut buru-buru menutupi kembali dengan selimut. Ia tadi terlalu kuat menarik selimut hingga noda itu terekspos tanpa sepengetahuannya. Bercak merah yang menandakan Jax telah mengambil satu hal berharga dalam dirinya seolah menjadi pengingat bagi Ellie bahwa kini ia bukan gadis lagi.

THE MASTER'S SWEETHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang