Manik hazel Jax menelusuri huruf demi huruf yang tertera di atas secarik kertas yang tengah ia baca. Lalu pandangannya sampai ke bagian bawah kertas tersebut dan ditelisiknya sebuah kalimat yang bertuliskan;
Probability of paternity 99.9997%
Jax menajamkan tatapannya dan kini ia berganti menilik Will yang duduk di hadapannya pada sofa ruang kerjanya.
"Jadi... Ellie adalah -" Jax melirih terputus.
"Benar putri biologisku" sambung Will kemudian memandang penuh arti pada Jax.
Jax mengerjapkan mata.
"Gee whiz..." gumamnya masih setengah percaya.Dari hasil tes DNA, kini telah diketahui secara mutlak bahwa Ellie memang adalah putri kandung Will.
Jax mengerat bibirnya. Kebenaran bahwa Ellie adalah putri biologis Will jelas bukan suatu berita baik yang ingin ia dengar. Andai bisa memilih, ia lebih senang jika Ellie adalah putri dari seorang asing yang tak ia kenal dan bukan anak dari sahabatnya sendiri.
"Jadi semua sudah terbukti - " Jax menggumam pasrah.
Will mendukung sembari mengangguk-angguk.
"Ya Tuhan. Aku tak percaya, kejadian tujuh belas tahun lalu berujung mempunyai dampak besar pada kehidupanmu sekarang" cicit Jax.
"Siapa yang mengira semua ini akan terjadi" Will menimpali.
Jax berdiri memindai Will sambil berkacak pinggang. "Bagaimana kau bisa begitu ceroboh?! Apa saat itu tak terpikir dikepalamu untuk memakai pengaman? Lihat kekacauan yang kau timbulkan sekarang!" Jax bersungut-sungut memprotes keteledoran Will. Ia yang ikut kalut tak bisa sepenuhnya berpikiran lurus. Di dalam benaknya hanya terpikir seberapa rumit Ellie yang merupakan kekasihnya justru kini berubah status menjadi putri dari orang terdekatnya.
"Hei, jaga bicaramu!" Will segera menyela. "Kalau aku tidak ceroboh kau tidak akan bisa bertemu Ellie!" lanjutnya balas mengingatkan protesan konyol Jax.
Jax refleks terdiam seraya menegakkan punggung. Ia pun tersenyum canggung. 'Benar juga sih' ia membatin mengakui ucapan Will. Mana mungkin Ellie bisa lahir ke dunia kalau Will saat itu memakai pengaman ketika bercinta dengan Alice.
Dan lalu, serupa halnya dengan sang sahabat yang masih merenung di atas sofa, Jax berubah ikut melamun. Sesekali diliriknya Will yang tengah gelisah. Sekarang Will benar adalah calon mertuanya. Ya Tuhan, padahal ia sendiri lebih tua empat bulan dari Will. Hubungan macam apa nanti yang mengharuskannya bersikap hormat pada pria itu. Jax diam-diam merenung ngeri bercampur tak rela kala membayangkannya.
"Aku harus mengatakan pada Ellie tentang semua ini. Dia berhak tau secepat mungkin" Will kembali bersuara ingin segera menyampaikan hasil tes DNA pada Ellie.
Jax tak memberikan bantahan sama sekali dan turut menyetujui. "Ya, benar" ucapnya.
.
.
.
***
.
.
.
Will dan Ellie telah duduk di bangku taman panjang yang ada di halaman belakang Grant Mansion. Mereka memilih tempat tersebut yang dirasa sesuai untuk bertemu. Kini keduanya nampak memandangi kolam ikan yang syahdu di pinggir area taman. Sementara bayangan pohon-pohon besar yang berjejer di belakang bangku teduh menaungi keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MASTER'S SWEETHEART
RomanceEllie, gadis remaja yang masih berusia 17 tahun, tak menduga akan melabuhkan cinta pertamanya pada sesosok pria matang berusia 35 tahun, casanova penakluk hati para wanita sekaligus majikannya; Jaxon Elfward Grant. A classic romance Agegap core ⚠️w...