🌹🌹🌹19

9.4K 422 71
                                    

Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi menyempurnakan suasana musim gugur yang damai. Udara yang tak terlalu panas terasa nyaman dan hangat menyentuh kulit. Dengan cuaca yang bersahabat, Grant Mansion tampak diam dalam ketenangan dan kemegahannya. Pohon oak yang ada di taman mansion berubah menguning, ada juga pohon tupelo yang mulai mengeluarkan semburat oranye dan merah. Sementara pohon-pohon evergreen masih tampak hijau tak terpengaruh musim. Sungguh merupakan satu panorama indah yang memanjakan mata. 
.

Di atmosfir udara siang yang sejuk tersebut, Ellie tampak berjalan menyusuri lorong mess untuk menuju dapur utama. Saat itu hari minggu dimana ia tengah libur sekolah dan berniat membantu pekerjaan ringan yang ada di mansion. 

Ellie segera melangkah masuk saat mendapati pintu dapur ternyata telah terbuka lebar. Dan selanjutnya ia seketika disambut oleh pemandangan beberapa pelayan yang lalu lalang mempersiapkan hidangan pada piring-piring putih dan nampan di atas meja. 

Ellie memutuskan menghampiri Bibi Martha yang juga berada disana. "Ada acara apa Bi? Kenapa kelihatan sibuk sekali?" Tanya Ellie saat sudah berada di belakang punggung bibinya. 

Bibi Martha menoleh sekejab begitu mendengar suara sang keponakan, "Oh, kau disini" ia menggumam singkat sementara tangannya masih terampil menata éclairs di atas piring. Baru setelah selesai berkutat merapikan kue-kue kecil tersebut, Bibi Martha kemudian mengelap tangan menggunakan apron dan akhirnya memutar badan untuk berhadapan dengan Ellie. 

"Bibi baru saja ingin mencarimu" kata Bibi Martha sembari meringis senang. 

"Mencariku?" Ellie menggumam dengan dahi mengernyit.

Bibi Martha menjawab pertanyaan pertama Ellie terlebih dahulu. "Mr. Grant ada tamu, kami sedang menyiapkan snacks dan minuman untuknya" jelas wanita itu.

Ellie terdiam sesaat. "Tamu? Siapa Bi?" Tanyanya penasaran. 

"Dia adalah sahabat Mr. Grant. Namanya - Tuan William Henley" jawab Bibi Martha.

"William Henley?" Ellie memastikan. "Ahhh..." Ia pun berhasil memanggil kembali ingatannya. Jax memang beberapa kali menyebutkan nama tersebut dan menceritakan tentang pria yang berstatus sebagai sahabat karibnya itu. 

"Iya, dia adalah sahabat dekat Jaxon Grant. Mereka sudah berteman sejak kecil. Mr. Henley juga adalah sekaligus pengacara keluarga ini"  Bibi Martha menambahkan. Ia tentu tak curiga Ellie sudah mendengar cukup banyak tentang Will dari Jax langsung. 

Ellie berlagak mengangguk paham.

"Apa kau tak sibuk Ell?" Bibi Martha melanjutkan. 

"Tidak Bi, aku baru saja ingin kesini untuk melihat keadaan dapur. Oh iya, kenapa bibi mencariku tadi?" Ellie kembali membahas perihal sang bibi yang tadi mencarinya. 

"Iya sebenarnya Bibi ingin minta tolong padamu" Bibi Martha pun senang karena niatnya bersambut dengan Ellie yang tengah memiliki waktu luang. "Kebetulan kau sudah disini. Maukah kau mengantarkan camilan ini untuk Mr. Grant dan tamunya?" ungkap Bibi Martha.

Mata Ellie berubah melebar. "Aku?" desis gadis itu cukup ragu. 

"Iya" balas Bibi Martha mantap. 

"Tapi aku bukan- maksudku , apa tidak apa-apa aku yang mengantarkannya? Aku bahkan tak memakai seragam, Bagaimana kalau Mr. Grant tak berkenan?" Serbu Ellie tak yakin.

"Tidak apa-apa. Bibi akan memberimu apron pinggang untuk kau kenakan. Bibi masih harus menyelesaikan pekerjaan lain. Ayolah, Mr. Grant juga sudah mengenalmu kan? tak akan jadi masalah"

"Tapi-"

"Tolonglah Ell bantu Bibi kali ini" Bibi Martha terus membujuk.

Pada dasarnya Ellie ragu bukan karena tak ingin meringankan pekerjaan bibinya tapi lebih karena Jax pasti akan ada disana dan mempertanyakan kehadirannya. Terakhir ia berpapasan dengan Nic, Jax menuduhnya sengaja cari perhatian. Apalagi nanti akan secara pasti menghadap Jax beserta tamunya. Ellie pun merasa makin galau. 

THE MASTER'S SWEETHEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang