Ferdi mengetuk pelan pintu Fandi sambil sesekali memanggil sang kakak. Setelah pulang dari hutan, perasaannya buncah, perjalanan tadi pun terasa begitu cepat sampai rumah.
Beberapa kali panggilan, masih belum kunjung ada jawaban, pintu kamar juga dikunci. Joni sempat mengatakan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan Fandi. Nabila beranggapan juga bahwa yang dilihat di hutan pasti penampakan.
"Kalian lagi apa?"
Terdengar suara dari samping mereka. Ratih terbangun akibat mendengar berisik-berisik di luar.
"Bang Fandi ...." Joni langsung menjeda ucapannya, tidak mungkin baginya untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Kenapa?" Ratih bertanya sambil mendekati mereka.
Sangat tidak mungkin bagi mereka mengatakan dengan jujur bahwa beberapa saat lalu pergi ke hutan, pasti akan terjadi masalah besar. Namun, mereka juga kebingungan harus menjawab bagaimana.
"Tadi saya lihat Bang Fandi keluar, tapi belum pulang-pulang," kata Nabila. Dia berasalan bahwa dirinya tengah ke kamar mandi saat tiba-tiba melihat Fandi membuka pintu belakang.
Setelah berpikir sesaat, Ratih pun menjawab, "Salah lihat kamu. Udah, kembali tidur saja. Jangan keluar malam-malam."
Ratih tidak menaruh curiga kepada Joni, Ferdi, ataupun Nabila dan juga tidak panik tentang Fandi. Dia berbalik badan, lalu kembali ke kamar.
Joni pun meyakinkan Ferdi jika memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Fandi pasti ada di kamar, tengah tertidur pulas dan tidak terbangun saat dirinya dipanggil.
Nabila menyusul Ratih, Joni pun pergi ke kamar, meninggalkan Ferdi sendirian di depan pintu.
***
Sarapan akan segera dimulai, tetapi Fandi masih belum datang, bahkan tidak terlihat dari tadi pagi. Pintu kamarnya juga masih dikunci.
Merasa aneh, Ratih beranjak dari tempat duduk, lalu berjalan ke kamar sang kakak. Pintu diketuk-ketuk sambil memanggil Fandi. Masih tidak ada respons.
Ratih terburu-buru pergi dan datang dengan membawa sebuah kunci. Pintu kamar akhirnya bisa terbuka, mereka terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.
"Bang Fandi ke mana?" tanya Ferdi panik.
Selimut dalam keadaan berantakan, jaket, handphone, sampai kunci mobil masih berada dalam kamar, tetapi tidak dengan Fandi.
"Jendelanya terbuka," celatuk Nabila saat tengah mencari petunjuk.
Jendela kamar itu tidak tertutup dengan rapat, suatu pertanda bisa saja Fandi keluar dari sana.
"Dia ke mana?" Ratih berbicara sendiri dengan pandangan mengarah ke luar jendela.
Joni dan Ferdi saling tatap. Pikiran mereka sama-sama mengarah ke hutan. Secara tidak terduga, Ferdi tiba-tiba pergi, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Samsudin muncul dari samping pintu.
"Bapak," kata Ferdi terkejut sambil mundur beberapa langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Haram
HorrorMendapat juara dua dalam parade menulis yang diselenggarakan Penerbit Nahwa. Demi konten, Ferdi, Nabila, dan Joni rela memasuki tempat berbahaya. Mereka mendatangi Tanah Haram, sebuah hutan belantara yang kerap dijadikan sebagai tempat bunuh diri. P...