Bagian 22

822 83 9
                                    

Nabila berada di kantin rumah sakit setelah kondisi ibunya jauh lebih baik. Septi, ibu Nabila, mengatakan bahwa dirinya merasa pusing setelah selesai merendam pakaian. Kakinya juga gemetar, lalu tiba-tiba terpeleset ketika baru saja membuka pintu.

Di kening wanita itu terdapat bekas luka lebam akibat benturan dengan tembok. Karena Haris, anak pertama Septi, ketakutan saat menemukan ibunya dalam kondisi tidak sadarkan diri dan belum bangun-bangun juga, Septi pun dibawa ke rumah sakit setelah meminta bantuan.

Awalnya Nabila tidak ingin pergi jauh-jauh dari sang ibu, tetapi dia disuruh Septi untuk istirahat. Septi melihat, wajah sang anak pucat sehingga perempuan itu menyuruh Nabila untuk makan.

Di dalam kantin rumah sakit, cukup banyak dijumpai pengujung. Setelah beberapa saat mencari tempat, Nabila duduk di salah satu kursi yang berada di pojok, ditemani masing-masing dua orang di meja depan dan belakangnya.

Selain minuman, di meja juga terdapat makanan. Nabila mengakui bahwa dirinya lapar karena belum sempat makan siang di rumah Samsudin. Inilah yang terjadi. Untungnya, Nabila tidak sampai terkena penyakit lambung.

Sambil menikmati makanan, perempuan berkucir satu itu mengaktifkan handphone, lalu membuka koneksi internet. Notifikasi pesan masuk terus terdengar. Tidak hanya satu orang yang mengirim chat, cukup banyak dan salah satunya dari sang pacar, Joni, juga Ferdi.

Setelah terlebih dahulu membalas pesan dari sang pacar, jari Nabila menggulir layar handphone, mencari chat Joni dan Ferdi.

[Aku kembali ke rumah Ferdi lagi, harus melanjutkan konten kita. Nanti kita bareng lagi di kampus. Semoga ibumu cepat sehat, ya.]

Nabila tersenyum saat membaca pesan dari Joni. Di samping foto profil Joni, tertulis angka 20:31, tanda terakhir sang sahabat online.

Bukannya membalas pesan, Nabila justru mengingat-ingat masa lalu ketika masih menjalin hubungan dengan Joni. Mereka pernah menjadi sepasang kekasih, tetapi hanya berlangsung kurang lebih lima bulan.

Semenjak awal bertemu dengan Joni, Nabila dibuat jatuh hati padanya. Meskipun sedikit berbeda tipe, bagi Nabila tidak menjadi masalah. Dia mengagumi Joni, bahkan pernah beberapa kali mengambil foto tanpa sepengetahuan sahabatnya.

Namun, Joni belum memahami akan ketertarikan Nabila, dia hanya menganggap perempuan itu sebagai seorang sahabat. Belum ada setitik rasa suka di hatinya, belum, sampai pada akhirnya Nabila mengungkapkan rasa suka padanya.

Dua tahun Nabila memendam rasa, dia akhirnya memberanikan diri mengatakan apa yang dirasakan kepada Joni. Joni menerima dan mereka pun resmi jadian.

Cinta berakhir di bulan Oktober. Saat itu Joni berterus terang bahwa dirinya ingin mengakhiri hubungan dengan Nabila. Alasannya mudah: rasa cinta belum juga tumbuh. Joni tidak ingin membohongi dirinya sendiri, akhirnya terjadilah hal itu.

“Aku ingin kita tetap menjadi sahabat. Sekali lagi, maaf jika aku mengecewakanmu,” ucap Joni saat itu, bersamaan dengan turunnya hujan.

Berselang satu Minggu, Nabila akhirnya menjalin persahabatan dengan Joni dan Ferdi lagi setelah sebelumnya memilih menjauh dari mereka. Nabila butuh waktu sendiri, menenangkan diri sambil berusaha menerima keadaan.

Bayang-bayang masa lalu masih kerap muncul. Meskipun Joni dan Nabila resmi menjadi sahabat lagi, tetap saja bagi Nabila, dia masih merasa dikecewakan karena cintanya ternyata bertepuk sebelah tangan.

Nabila yang masih mengingat masa-masa kelam, tersadar dari lamunan ketika seseorang menggoyang-goyangkan pundaknya.

“Mbak, ini pesanannya,” kata seorang perempuan. Dia tersenyum sesaat, lalu menaruh segelas minuman ke meja Nabila.

Nabila juga memesan es dan pesannya baru diantar. Dia dibuat tergugu sesaat, lalu menyadari kehadiran orang itu.

“Terima kasih, ya,” jawabnya sambil tersenyum canggung, malu dengan kejadian tadi.

Lamunan sudah hilang, Nabila fokus lagi dengan makanan. Layar handphone sempat mati, diaktifkan kembali. Nabila melanjutkan makan sambil scrolling, membuka aplikasi YouTube.

Setelah mengganti akun, Nabila mencari komentarnya yang sudah dibalas dari lama. Dia memang sengaja belum membalas lagi.

‘Jika kamu tidak jadi milikku, orang lain pun tidak boleh memilikimu.’ Nabila berbicara dalam hati, mengulangi ucapannya.

Kekecewaan pada diri Nabila, belum surut dan dia ingin membalas apa yang dirasakannya. Dari channel YouTube bersama, Nabila mendapatkan sebuah ide.

Sebenarnya, Nabila sudah tahu tentang Tanah Haram karena salah satu anggota keluarganya pernah gantung diri di area itu. Sang ayah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa setelah menghilang hampir satu minggu.

Sakim, ayah Nabila, berkata bahwa dirinya akan pergi ke kampung halaman. Nabila tahu bahwa ayahnya hendak mencari pinjaman untuk bisa melunasi utang. Tiga hari berselang, tidak ada kabar, sampai pada akhirnya Sakim dinyatakan menghilang.

Sakim juga berasal dari kampung tempat Ferdi dilahirkan. Satu Minggu setelah dirinya dinyatakan menghilang, keluarganya memanggil Septi untuk memberitahukan kabar duka.

Setelah kejadian yang menimpa anggota keluarga Nabila, perempuan itu dibuat penasaran dengan tempat ayahnya gantung diri. Dia tahu apa nama lokasi itu, tetapi tidak banyak tahu tentangnya. Pencarian di internet tidak banyak. Rasa penasarannya masih tersimpan sampai dia menemukan seseorang yang lebih tahu tentang Tanah Haram.

Dengan membuat akun baru yang terkesan misterius, Nabila merencanakan aksinya untuk membalas dendam. Dia memilih Tanah Haram karena tempat itu memang cocok. Joni yang orangnya suka tantangan pasti tidak akan menolak untuk ke sana dan ternyata memang benar.

Nabila hanya ingin membalas dendam dengan Joni, bukan Ferdi. Mungkin, jika terjadi apa-apa dengan Ferdi, Nabila akan menganggapnya sebagai ketidaksengajaan. Yang penting, rencananya harus tetap berjalan sampai apa yang diinginkan bisa tercapai.

“Kalau kamu tidak membuat hatiku hancur, mana mungkin aku melakukan ini,” ucap Nabila. Dengan nasi dan lauk masih di dalam mulut. Dia menyeringai.

Puas menatap foto profil Joni, Nabila hampir saja melupakan Ferdi yang turut mengirim pesan. Tanpa membalas pesan dari Joni, dia beralih ke akun Ferdi.

[Ibu sudah membaik. Maaf, ya, bikin kalian repot.]

Nabila mengirim pesan pertama ke Ferdi. Centang satu, tetapi pasti tetap akan dibaca. Dia pun mengetik lagi, membalas pesan Ferdi yang kedua. Jemarinya menari indah di keyboard, menekan satu per satu huruf-huruf yang terpampang, membuat menjadi sebuah kata dan kalimat.

Sambil mengetik, minuman di sebelahnya tidak lupa diseruput. Meskipun di kantin cukup ramai, Nabila tidak merasa terganggu, begitu pun dengan suara dua orang di belakang.

“Iya-iya, aku coba chat dia juga nanti. Tak pikir Joni bakalan pulang ke rumah dulu, ternyata tetap ke sana. Sumpah, itu orang bikin repot.”

Nabila berpura-pura kesal padahal dia sendiri justru senang dengan tindakan Joni. Sahabat sekaligus mantan pacarnya itu pasti akan menuruti permintaan akun No Name, akun keduanya yang sengaja dibuat untuk Joni.

Selesai membalas pesan, Nabila melanjutkan makan agar nanti bisa kembali lagi ke kamar ibunya. Andai kata sang ibu tidak kecelakaan di kamar mandi, dia pasti bisa menyaksikan secara langsung keberanian Joni di Tanah Haram.

Tanah Haram Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang