Sarapan digabung dengan makan siang. Rasa lapar tak tertahankan, kini sudah terselesaikan. Perut kenyang, tetapi tidak dengan isi pikiran.
Selama pencarian, tidak ada satu pun petunjuk yang ditemukan. Samsudin sudah mencari keberadaan anaknya lagi meski sudah diwanti-wanti Ratih agar tidak perlu ikut-ikutan mencari.
“Bapak tetap mau cari dia,” kata terakhir sebelum pergi.
Ratih tahu, orang tua mana pun pasti akan melakukan apa saja demi sang anak. Lelah sudah tidak lagi dirasa, bahkan berganti posisi pun pasti akan dilakukan.
“Fer, kamu susul Bapak,” perintah Ratih. Bagaimanapun, ayahnya belum sembuh benar, khawatir akan terjadi apa-apa dengan beliau.
Ferdi menatap bergantian Nabila dan Joni. Mereka masih butuh istirahat dan tidak seharusnya juga turut diperintah. Lagi pula, kedua sahabatnya tidak perlu mencari pun tidak menjadi masalah, bukan urusan mereka juga.
Tidak ada pilihan lain, Ferdi menyanggupi. Sehabis makan, istirahat belum lima menit, bahkan belum sempat menghabiskan minuman, Ferdi pergi. Joni sempat ingin ikut, tetapi ditolak.
“Kalian istirahat saja,” kata Ferdi sebelum pergi. Setelah mengambil HP di kamar, dia berdoa, berharap Fandi segera ditemukan dalam kondisi sehat.
Samsudin sudah cukup jauh, Ferdi harus bergegas menyusul. Baru hendak memasuki hutan, seseorang memanggilnya dari belakang.
“Fandi sudah ketemu?” tanya Dayat, salah seorang warga desa.
Dayat merupakan sahabat kecil Ferdi dan Fandi. Mereka sangat akrab, hampir tiap hari bermain bersama. Tidak diduga-duga, setelah cukup lama terpisah, Ferdi dan Dayat bisa ketemu lagi.
Ferdi mengulas senyum, tidak disangka-sangka bisa bertemu dengan sahabat lama. Penampilan Dayat sangat jauh berbeda. Rambutnya gondrong, warna kulit lebih cokelat daripada dahulu.
Mereka berbincang-bincang sebentar, temu kangen. Pertanyaan-pertanyaan simpel, seperti menanyakan kabar, keadaan, dan lain sebagainya saling terlontar satu sama lain.
“Kita cari sama-sama. Aku juga kaget pas tau Fandi hilang,” kata Dayat.
Ferdi mengangguk, mereka lantas masuk hutan. Yang lebih dahulu dicari adalah Samsudin. Mereka berpisah: Ferdi berada di sebelah kiri dan Dayat di kanan.
Memasuki hutan lebih dalam, yang dicari belum ditemukan. Samsudin pasti sudah pergi jauh. Ferdi dan Dayat masih terus mencari, berharap tidak akan lama lagi bisa dipertemukan.
“Kemarin siang, Fandi ke rumahku. Banyak hal yang dia ceritakan. Katanya, hari ini dia akan pulang, tau-taunya malah hilang,” ungkap Dayat tanpa menoleh ke lawan bicara.
“Cerita apa?” tanya Ferdi sambil berjalan mendekati Dayat.
Ferdi tahu Dayat dan Fandi lebih dekat daripada dirinya, tidak menutup kemungkinan Dayat adalah tempat menceritakan keluh kesah dari sang kakak.
“Kemarin siang dia ke rumah, tapi aku lagi keluar. Dia hanya ketemu sama Asih, istriku.”
Mendengar kata ‘istri’ membuat Ferdi kaget. “Kamu udah nikah?”
Dayat mengangguk. “Ya, aku dah nikah dua tahun yang lalu. Kemarin, Fandi cuma ketemu sama Asih. Dia ke rumah lagi sorenya, pas banget aku baru pulang.”
Awalnya, Fandi hanya sekadar temu kangen, bercerita tentang masa lalu, sampai pada akhirnya mulai mengarah ke masalah pribadi. Lewat Dayat, Fandi mengungkapkan kegelisahan dirinya.
Fandi diteror penagih utang. Hampir tiap hari mereka datang, menagih banyak cicilan. Fandi pulang ke rumah orang tua, berniat meminta bantuan. Sayang, Samsudin menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Haram
TerrorMendapat juara dua dalam parade menulis yang diselenggarakan Penerbit Nahwa. Demi konten, Ferdi, Nabila, dan Joni rela memasuki tempat berbahaya. Mereka mendatangi Tanah Haram, sebuah hutan belantara yang kerap dijadikan sebagai tempat bunuh diri. P...