Ferdi nekat menemui Joni. Dia begitu ketar-ketir karena sahabatnya pasti sedang dalam bahaya. Hanya bermodal senter, langkahnya menelusuri jalan besar.
"Halo, Jon. Kamu di mana?" Ferdi bergegas bertanya saat panggilannya bisa terhubung setelah sedari tadi selalu gagal.
Namun, bukannya dijawab, yang didengar Ferdi hanya suara embusan napas.
"Jon! Joni, kamu kenapa? Bicara, Jon!" Ferdi berbicara sambil berjalan.
Namun, sama seperti pertama, yang terdengar hanyalah suara deru napas. Perasaan Ferdi makin tidak keruan, terlebih saat samar-samar mendengar seseorang yang suaranya tercekat.
Selain suara cekatan, terdengar juga suara-suara aneh, mirip ucapan dukun yang tengah membaca mantra dengan berbisik-bisik.
Ferdi masih mendengarkan suara-suara aneh itu. Dia tidak tahu pasti siapa yang berbicara, yang jelas di sana ada yang sedang terjadi. Telepon masih terhubung, langkah Ferdi terus menelusuri jalanan sepi dan gelap.
Dia sengaja tidak langsung masuk hutan, lebih memilih mencari mobil Joni terlebih dahulu. Ferdi sudah yakin bahwa sahabatnya pasti akan berada di sekitar sana, tidak mungkin sampai terlalu jauh, apalagi sampai mengambil banyak kelokan. Dugaannya tidak mungkin salah.
Hampir setengah perjalanan, suara-suara aneh itu menghilang. Di sana terasa sepi sekali. Ferdi mencoba memanggil Joni, masih tidak ada jawaban. Deru napas atau suara tercekat juga ikut menghilang.
Ferdi terlonjak kaget saat sorot senternya menangkap sesuatu di jalan. Dia seperti baru saja melihat seekor ular, langkahnya pun terhenti sesaat. Ketika disorot lagi, sesuatu di depannya masih ada. Ferdi mengamati, ternyata bukan ular, melainkan seutas tali.
Seutas tali tambang sepanjang dua meter tergeletak di jalan. Di ujungnya dibuat simpul gantung, salah satu jenis simpul yang sering digunakan untuk melakukan gantung diri.
Ferdi bergegas menuju tali tambang yang tergeletak. Diambilnya benda panjang itu setelah mengantongi handphone. Dari bentuknya, seperti sudah lama. Yang menjadi pertanyaan, kenapa benda itu berada di jalan?
Perasaan Ferdi makin menjadi-jadi. Dia kembali teringat komentar akun No Name. Mungkinkah tali tambang yang dipegangnya adalah pertanda? Ferdi berpikir demikian.
Tanpa pikir panjang, Ferdi berlari sambil masih memegang tali tambang, menghiraukan hawa dingin yang terasa menusuk tulang. Dia terus berlari sampai pada akhirnya cahaya senter menyorot sesuatu di kejauhan.
Mobil Joni sudah terlihat. Ferdi hanya berhenti sesaat, lalu dia kembali berlari ke arah kendaraan tersebut. Sesampainya di sana, tidak ada Joni. Di dalam mobil kosong, hanya terlihat botol minuman dan plastik roti.
Air dalam botol tinggal setengah, dua buah plastik roti itu pasti Joni yang memakannya. Ferdi berbalik, dia melihat sebuah jalan kecil yang mengarah ke hutan. Belum juga hendak melangkah, lagi-lagi dia dikejutkan saat tali tambang yang dipegangnya hilang.
"Loh, ke mana talinya?"
Saat Ferdi berlari menuju mobil, tali tambang itu masih dipegang, sesampainya di mobil pun masih terlihat. Namun, benda itu menghilang secara misterius. Dicari di sekitaran jalan yang sempat dilalui Ferdi, tetap tidak ada.
Ferdi menyorot ke jalan kecil itu lagi. Dia melihat bekas sepatu. Dari panjang dan lebar jejak itu, sama persis dengan milik Ferdi. Ukuran sepatu mereka memang sama, makin memperkuat juga dugaan Ferdi bahwa Joni pasti melewati jalan itu.
Masalah menghilangnya tali tambang sudah dihiraukan, Ferdi lebih memilih menelusuri jalan yang baru pertama kali dilewati. Dia hanya seorang diri, berjalan di antara pepohonan dalam kondisi gelap dan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tanah Haram
HorrorMendapat juara dua dalam parade menulis yang diselenggarakan Penerbit Nahwa. Demi konten, Ferdi, Nabila, dan Joni rela memasuki tempat berbahaya. Mereka mendatangi Tanah Haram, sebuah hutan belantara yang kerap dijadikan sebagai tempat bunuh diri. P...