49. past memories?

76.5K 14.1K 6.2K
                                    

🤨

Happy masuk sekolah😭👍

⚔️⚔️⚔️

" GIO.." Arifin menahan pundak menantunya berusaha untuk menenangkan.

" Gio, ini rumah sakit dan Lo gak bisa bertindak gegabah. Ada banyak cctv yang bisa menangkap perilaku Lo." Ujar bara alias suaminya Chia.

Gio menatap mertua dan Abang iparnya itu dengan tatapan jengah.
" Gue cuman pengen ngasih pelajaran sama tuh cewek."

" Biarin polisi yang bertindak Gi.." ujar bara lagi.

Namun lelaki yang sudah diambang emosi itu tidak mendengarkan. Ia berjalan cepat ke arah parkiran basement rumah sakit tanpa mempedulikan teriakan Arifin dan bara.

Sesampainya di basement, dua bodyguard menunduk sebentar dan membukakan bagasi mobil yang menampilkan seorang wanita yang sudah diikat bahkan di lakban mulutnya.

PLAK.

" GIONATAN." Arifin dan bara menarik pundak lelaki itu untuk mundur beberapa langkah.

" Polisi sudah datang, kita serahkan ini semua kepada mereka saja." Ujar Arifin menenangkan.

" Semudah itu?" Tanya Gio emosi kemudian menatap dua bodyguard nya.

" HARUSNYA LO SEMUA GAK USAH BAWA CEWEK SIALAN ITU KESINI. BUNUH AJA, MUTILASI, BAKAR MAYATNYA." bentak Gio hilang akal.

Arifin menghela nafas seraya menutup mata sabar. Ia tau keresahan apa yang dialami menantunya.
" Gio, yang terpenting Stella baik-baik aja."

" Dan gimana kalo peluru itu gak meleset? Gimana kalo benar-benar mengenai Stella? Kalo sampai hal itu terjadi kalian gak pernah bisa dengar rengekan Stella lagi." Balas Gio.

" Bro, gue gak dukung siapapun. Tapi jangan sepenuhnya menyalahkan cewek itu karna dia juga punya alasan ngelakuinnya." Ujar bara.

" Dan alasannya itu harus masuk akal karna penyebab adeknya itu meninggal bukanlah Ken. Adeknya sendiri yang terobsesi berat sama Ken." Jawab Gio tanpa menghilangkan tatapan maut pada Retta.

Terlihat mobil ambulans mulai mendekat lalu berhenti tepat di depan mereka.

" Bara, bawa Gio kembali ke dalam saja. Biar papah yang mengurus wanita itu ke polres." Ujar Arifin.

Bara mengangguk lalu menarik adik iparnya itu kembali kedalam rumah sakit.

Sementara disisi lain, Leon menguap berkali-kali berbeda dengan bocil di hadapannya yang tidak ada jeda untuk berhenti bercerita tentang aksi keren beberapa jam yang lalu.

Perlahan mata Leon mulai memberat, ia mulai terbang ke alam mimpi.

" Dia angkat pitolnya, bik calon langcung lali, telus....." Stella terdiam sejenak.

" DUALL.."

" eh, seblak..." Leon seketika terbangun dan langsung menoyor kepala keponakannya.

" Bisa gak sih sehari aja Lo diam jadi anak baik sama Sholeha?" Tanya Leon jengah.

Stella tidak mendengarkan ucapan Leon, ia asik membayangkan kejadian tembak-tembakan di rumah tadi.
" Kelen banget anjay."

GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang