50. Bisakah kau berjanji?

75.2K 14K 6.6K
                                    

Cis dulu yang nungguin 😶

Maaf, kelupaan author up nya. Semalam baru ingat tapi karna udah malam banget jadinya up hari ini deh🙈

Mau marah sama author gak apa-apa, marah sambil banting hp juga gak apa-apa. Author ikhlas kok😔

Happy malam Minggu👍

⚔️⚔️⚔️

Seperti yang pernah dikatakan Galang, bahwa setiap masalah pasti ada solasinya.

Elvalindo sudah kembali ke keluarganya meskipun Arifin masih enggan berbicara dengannya. Berbeda dengan Lusiana yang sangat bahagia atas kepulangan putra sulung tersebut juga Chia yang tak kalah bahagia lantaran kini keluarganya benar-benar lengkap seperti dulu.

Berbeda dengan Leon yang dulu sempat melongo dan sampai saat ini masih terkejut karena ternyata ia mempunya Abang. Anak bontot itu memang mulai dari dulu tidak tau bahwa ia mempunya saudara laki-laki. Ia hanya samar mengingat pernah bermain bersama laki-laki tetapi ia pikir itu adalah orang lain, namun ternyata itu adalah abangnya sendiri.

Stella? Bocil kematian? Pewangi? Anlea? Lea? Citela? Sampai detik ini, ketika Elvalindo hendak mendekati atau ingin menggendong, balita tersebut sudah terlebih dahulu lari ketakutan ke pelukan ayah dan ibunya lantaran ia masih mengingat bahwa itu adalah penculik yang dulu sempat menculiknya.

Senyum Rai kembali terangkat mengingat saat ini keluarganya benar-benar bahagia atas kedatangan Elvalindo. Padahal dulu ia sudah yakin bahwa saudara kembarnya itu tidak akan pernah lagi pulang ke rumah, tapi ternyata scenario Tuhan (Author😚) tidak mudah ditebak.

Rai menolehkan kepala ke samping, menatap wajah tampan suaminya yang saat ini sedang asik menatap hamparan air ditemani sebotol minuman kopi di tangannya. Kemudian ia pun semakin mendekatkan diri dan bersandar di bahu lebar lelaki itu.

Malam dingin ini mereka habiskan dengan berada di dermaga lantaran rengekan si bumil. Meski tadi Gio menolak karena kandungan istrinya yang semakin membesar bahkan sampai membentak Rai sehingga wanita itu menangis, tapi karena suara tangisan itu juga yang membuat Gio pasrah dan berakhir di sini.

Untung saja Stella tadi sedang disekap di rumah Oma dan Opa nya sehingga Rai dan Gio mempunyai waktu berduaan.

" Kak."

" Hm?"

" Mau dengar aku cerita gak?" Tawar Rai sedikit mendongak.

" Boleh." Jawab Gio singkat.

Kemudian Rai pun menegakkan badan masih sambil menggandeng lengan berotot suaminya.
" Sebenarnya aku udah lama kenal kakak dari mulai awal masuk SMA."

" Oh ya?" Respon Gio tanpa ekspresi.

" Heem. Waktu awal masuk sekolah kan siswa-siswi SMA Angkasa itu lewatnya dari depan gerbang SMA aku. Trus awal aku kenal kakak waktu lagi pulang dan di gerbang itu pasti rame banget, trus teman aku sama banyak cewek yang menjerit sambil teriak Giooo, Gionatan. Trus teman aku langsung nunjuk kakak yang kebetulan lewat pake motor sport hitam tanpa helm. Disitu aku juga ikutan menjerit karna ya jujur kakak benar-benar ganteng banget." Cerita Rai.

Gio menunduk menatap wajah istrinya dengan tatapan geli, sungguh cerita yang cukup menghibur.
" Trus?"

Rai kembali bersandar pada bahu Gio dan kembali melanjutkan cerita.
" Nah, setelah kejadian itu, tiap bel pulang sekolah, aku langsung buru-buru lari ke gerbang untuk liat kakak lewat. Kan kebetulan juga jadwal pulang sekolah SMA kita sama. Disitu aku jadi sering bayangin kalo kakak naksir sama aku, trus kita pacaran, trus nanti kalo kita pacaran kakak bakalan berhenti di gerbang SMA aku dan nyuruh aku naik ke atas motor besar kakak. Ihhhh.... Pasti bahagia banget."

GIONATAN 2: Harta, Takhta, Stella. (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang