(010) pesona nerd

1.9K 226 28
                                    

Happy reading~
Typo!!!

.
.

.
.

Vic mengulum bibir. Melirik lalisa yang lebih pendek disisinya, sedang memasang wajah kesal.

"mau sampai kapan kita mengukur jalan?" tanyanya, menurunkan bahu tak semangat. Mendongak menatap vic sengit. "dan singkirkan tangan besarmu dari kepalaku! b-e-r-a-t"

Tidak, vic tak mendengar keluhan lalisa, memilih memalingkan wajah membuat lalisa semakin tak perdaya. Hanya bisa mencak mencak, menendang udara seperti anak kecil yang tak dituruti kemauan oleh ibunya.

Bukan tanpa alasan vic tak menyingkirkan tangannya. Sebenarnya ini merupakan kali pertama baginya keluar tanpa mobil. Menelusuri gang gang sempit mengikuti  lalisa.
Ia hanya takut lalisa kabur, meninggalkannya sendiri dan berakhir dirinya diculik lalu sang penculik meminta sebuah tebusan pada orang tuanya yang kaya raya seperti difilm film.

"budak, kenapa kita harus lewat gang sepi? Biasanya para preman suka berkumpul ditempat seperti ini untuk memeras anak sekolah"

Lalisa menoleh, menatap vic sengit plus tak percaya.
"film apa yang kau tonton?"

"hey!" sahut vic tak terima. "bukan film"

"lalu?"

"cerita wp yang judulnya SSG season pertama. Pemeran utamanya trauma karena bertemu preman digang sempit seperti ini"

Ucapan vic membuat lalisa gemas. Ia jengah tapi lucu juga. Sepertinya vic benar benar takut, terbukti dari vic yang semakin menempel. Bagaimana bisa vic percaya cerita halu itu?.

"vic, aku yang lebih pantas mengatakan itu. Lihat badanmu yang besar, mereka akan takut bahkan sebelum berniat... lagipula siapa yang mau berurusan dengan pewaris keluarga kim terhormat"

Vic manggut manggut.
"iya juga ya"

"aku juga tak percaya kau suka membaca wp"

"eh?... i-itu hanya sekedar menghilangkan rasa bosan" vic nyengir menunduk menatap lalisa yang berjalan sempoyongan. Gadis itu terlihat lelah. Seharusnya ia menggunakan mobil tadi, karena keinginannya agar bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama sang budak, membuatnya rela jalan kaki meninggalkan mobil disekolah.

"budak, sebenarnya kita mau kemana?"

"kau bilang ingin makan ditempat favorite ku... biar cepat kita lewat jalan pintas. Akan butuh satu jam kalau lewat jalan umum"

"oh.... kau lelah?"

"cih, kau pikir saja sendiri" kesalnya tanpa menoleh membuat vic merasa bersalah. Ia melangkah maju satu langkah lalu jongkok membelakangi lalisa yang tersentak, manik matanya membelalak menatap vic tak percaya.

"a-apa yang kau lakukan?"

"ayo naik"

"hah?!... t-tumben... A-aku ini budakmu lho. Kau tidak malu"

Ucapan lalisa tak begitu disukai vic.
"cepat naik sebelum aku berubah pikiran, budak"

"aish~ setidaknya lakukanlah dengan ikhlas" desis lalisa namun tetap menuruti ucapan vic. Tak bisa menolak karena terlalu lelah sudah berjalan selama satu jam lebih.

Dalam diam vic tersenyum, pipinya merona, menunduk dalam merasakan lalisa memeluk lehernya.

"vic, apa seperti ini rasanya bolos?" lalisa bertanya pelan, menyandarkan kepala, mencari posisi nyaman.

Deg deg deg

Tidak, Vic tak bisa mendengar jelas ucapan lalisa disaat suara detak jantungnya menggila. Semoga lalisa tak mendengarnya harapnya malu.

Pesona Nerd (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang