Prakata

320 35 1
                                    

Annyeong, teman-teman! Finally, bawa cerita baru. Setelah dilema panjang, akhirnya aku memutuskan untuk publish yang ini juga, buat selingan. I think it will be fresh enough setelah kalian menemukan tokoh-tokoh yang sama dalam beberapa cerita sebelumnya karena ini pure tokoh baru semua.

Actually, cerita ini nggak benar-benar baru. Pengembangan dari salah satu cerpen yang pernah aku ikutsertakan dalam sebuah lomba. Cuma ambil dua tokoh di sana as "orang tua" main character di sini, sih. Better lah, daripada aku pusing cari nama baru buat jadi ortu. Dan kebetulan character building mereka akan selaras dengan karakter utamaku di cerita ini. Ditambah, life background yang fit enough. So, here it is.

Let me focus on explaining this story, haha. Akan ada tiga babak di cerita ini yang kurencanakan memiliki 7 part tiap babaknya--bisa saja kurang. Cuma aku bedakan menurut umur si tokoh-tokoh di dalamnya sebenarnya. Sama ... menyesuaikan pembahasan nanti, so there will be a different level in each.

If you want to read a complicated plot, you won't find it here. Kalau ingat, aku pernah bilang di Do Ut Des bahwa aku tertarik buat cerita yang form-nya seperti Cak Dlahom dkk di buku "Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya" milik Alm. Rusdi Mathari. Here, cerita ini akan memiliki konsep seperti itu, dengan caraku sendiri of course.

Meskipun ini terbilang bukan cerita complicated, aku nggak bisa menjamin bahwa isinya akan ringan, cause ... ya, you'll find by yourself apa yang aku maksud setelah membacanya nanti. So, tetap bijak dalam menyikapi tiga tokoh utamaku nantinya. I'll really make them confuse you through simple questions.

The last but not the least, seperti biasa, kosongkan kefanatikan sebelum membaca ceritaku. Karena wadah yang penuh, tak akan bisa menampung apa-apa yang baru.

Btw, kenalan dulu sama prolog lah, ya.

-Amaranteya-

EbulisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang