Sempurna itu milik Tuhan, ketiganya percaya. Kalau Sra boleh meminjam kalimat sang mama, maka ia akan dengan senang hati memilih yang satu ini: Manusia adalah wayang istimewa yang ditakdirkan berada dalam arena paradoks.
Sra setuju dengan itu, dan agaknya dua saudaranya juga sama. Mana mungkin manusia yang selalu bingung dihadapkan dengan paradoks bisa sempurna? Mau menyamai Tuhan? Atau malah melampauinya?
Kurang ajar.
Setidaknya, Sra berusaha menerima ketidaksempurnaan itu. Bersama Kla dan Rui, ia mencoba memahami bahwa diri sendiri punya limit, yang mau didobrak bagaimanapun, hanya akan membuat sakit.
Perjalanan mereka belum berakhir. Dunia masih sangat luas untuk ditapaki, manusia masih sangat beragam untuk ditemui. Juga ... masalah masih terlalu awam untuk diakhiri.
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ebulisi
SpiritualRui sangat suka bergaul, sedang Sra hanya suka tebar-tebar senyum. Beda lagi dengan Kla yang suka melayangkan kalimat pedas. Ketiganya kembar, identik, penampilannya saja yang bertolak belakang. Masalahnya, tiga-tiganya punya hobi dominan sama, mem...