Babak Kedua

54 23 1
                                    

Hidup itu singkat, begitu kurang lebih dalam pandangan Rui. Bahkan, kelulusan sekolah dasarnya tanpa terasa sudah dilaluinya sejak satu setengah tahun yang lalu. Ah ... apa yang menyenangkan dari masa SMP, selain mendapat teman juga pengalaman organisasi baru tentu saja. Juga, pertanyaan serupa saat bertemu mereka—saudara kembar Rui, "Kalian kembar tiga?" Rui sudah hafal.

Bagaimanapun, Rui bersyukur tiga tahun di SMP akan dilaluinya tanpa sekelas dengan dua saudara kembarnya. Mereka semua berada di kelas yang berbeda. Tahu siapa yang paling bahagia waktu pembagian kelas diumumkan? Eero Kla, anak itu bahkan sampai kehilangan ekspresi dinginnya waktu berjingkrak karena tidak sekelas dengan Rui yang katanya suka merecoki.

Sra sendiri santai, toh ia tak merasa terganggu atau untung jika sekelas dengan mereka. Sama saja. Ya ... anggap saja satu saingannya mendapat ranking satu jadi berkurang, Rui. Prestasi anak itu di SMP tiba-tiba melejit, ditambah kepribadian Rui yang mudah bergaul, anak itu bak langsung menjadi artis dadakan di sekolah dan sst ... Kla benci itu. tentu saja karena akan ada saja orang yang mengira bahwa ia adalah Rui, terlebih saat melepas kacamata.

Prairie ... tentu saja anak itu juga sudah duduk di bangku kelas 1 SMP, menjadi adik kelas ketiganya lagi dan lagi. Bisa dikatakan ia lebih beruntung dari masa SD, Pari memiliki banyak teman sekarang, juga ... banyak anak lelaki yang menyukai. Ah ... entah sudah berapa banyak surat cinta yang ia terima sejak menjadi siswi resmi di sana. Gila.

Kau tahu, tak banyak yang berubah dari mereka. Hanya ... mungkin beberapa hal. Mau berkenalan dengan setidaknya salah satu?

-o0o-

Ini cuma pengantar babak kedua, enjoy.

Amaranteya


EbulisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang