''Berapa lama?''
🌷🌷🌷
Langit
Pelukan mami selalu jadi tempat pulang yang nyaman dan menenangkan.
Malam itu, tanpa gue berucap sedikitpun mami seolah tahu.
Beliau memeluk gue erat.
Mengusap-usap punggung yang lelah. Menyentuh kedua bahu yang runtuh.
Lantas tatapannya menjatuhkan air mata itu begitu aja. Menggantikan kata tertahan yang semakin membuat dada sesak.
Gue menangis di pelukan papi.
Dia terisak dalam dekapan mami.
Kita yang memutuskan untuk ga memberitahu siapapun pada akhirnya membutuhkan orang-orang yang akan menerima kami apa adanya tanpa menghakimi, tanpa bertanya, tanpa menyela, hanya dekapan hangat dan tatapan tulus tanpa penjelasan.
Ya, naluri mami sebagai seorang ibu membuatnya memutuskan untuk datang ke rumah bersama papi malam itu.
Untuk sekedar ada bukan untuk menghentikan tangsinya melainkan membiarkannya.
Untuk sekedar ada bukan untuk menggurui melainkan membagi kisahnya.
Sebab,
Malam itu, setelah tangis yang menyesakkan dada, gue ga memeluknya.
Ga menenangkannya.
Ga memintanya untuk mengangis selama yang dia mau.
Dan ga juga pergi, lagi.
Sebab gue janji untuk selalu ada buat dia, bagaimanapun adanya dia.
Gue cuma diam dengan buku-buku jari yang kian memutih karena tangan semakin mengepal kuat.
Berdiri layaknya orang bodoh yang ga tahu harus ngapain.
Sebab hati kita sama-sama terluka.
Sebab pikiran kita sama-sama kacau.
Sebab gue yang ga pandai menyampaikan emosi ini memilih menghadapinya dengan menganggap hal itu seolah ga pernah ada di pernikahan kita.
Toh itu bukan sesuatu yang harus ditakuti hanya perlu diwaspadai, begitu kata dokter.
Tanpa tahu kalau bagi istri gue, menganggapnya ga pernah ada lebih menakutkan dari apa yang dokter katakan.
Tanpa tahu kalau istri gue butuh gue untuk sekedar bertanya,
''Kita harus gimana sekarang?''
Daripada terus berucap,
''Gapapa, kita pasti mampu melewati ini.''
Dan gue, seorang suami yang berpikiran gue harus jadi yang paling kuat supaya istri gue juga bisa bangkit.
Padahal, gapapa untuk jadi lemah karena ketika gue mencoba untuk menguatkan diri sendiri ada dia yang bisa menguatkan.
Dan gue, seorang suami yang berpikiran gue harus jadi yang paling terlihat biasa aja saat hal itu terjadi.
Padahal, gapapa untuk ikut jatuh karena ketika semua orang menyuruh gue untuk menguatkannya dia justru jadi orang yang paling kuat.
Dengan caranya.
Dan gue melewatkan itu.
Melewatkan untuk menghadapi semua ini sama-sama dengan dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEDUA KALINYA ✔️ SELESAI
LosoweSetelah empat tahun terpisah. Langit Aksara memulai kali keduanya bersama orang yang sama, Killendra Khalandara. Dan hari-hari bahagia mereka pun dimulai. Tetapi seperti bagaimana perasaan mereka dulu, tidak mudah untuk akhirnya saling menemukan. Se...