Setelah empat tahun terpisah.
Langit Aksara memulai kali keduanya bersama orang yang sama, Killendra Khalandara.
Dan hari-hari bahagia mereka pun dimulai.
Tetapi seperti bagaimana perasaan mereka dulu, tidak mudah untuk akhirnya saling menemukan.
Se...
"Hubungan kita memang ga pernah mudah. Tapi bukan berarti ga mungkin, kan?"
🌷🌷🌷
***
Dua punggung itu saling menjauh.
Melangkah maju pada tujuan masing-masing.
Yang satu diiringi jatuhan air mata tanpa usai.
Sementara satu lagi ditemani emosi tertahan tanpa pelampiasan.
Tapi ini belum usai, hanya jeda.
Tergesa, Kala berlari menghampiri Puput lalu memeluk sahabatnya itu erat hingga tak lama kemudian Getta dan Citra ikut memeluknya hangat. Air mata cewek itu belum mau berhenti seberapa sering pun ia menghapus nya.
Tanpa suara, tanpa penjelasan, Getta, Puput dan Citra tahu bahwa Kala sedang tidak baik-baik saja setelah pertemuannya lagi dengan Langit.
Bagaimanapun mereka berakhir seperti itu lalu berjarak selama 4 tahun.
Siapa yang akan baik-baik saja?
Maka mereka menepuk-nepuk punggung Kala lembut, membiarkan cewek itu tenggelam dalam tangisnya sebelum membuatnya tertidur.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lihat pake mata, botol bekas lo ada berapa nyet. Masih nekat mau balik ke Jakarta nyetir sendirian?"
Untuk sesaat Wafi mengalihkan perhatian dari ponselnya pada Langit, lalu ke dirinya sendiri sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
Kemeja yang dipakai nya memang berantakan tapi tidak seberantakan kemeja Langit yang mirip gembel kelas atas.
Itu lho, gembel yang setiap hari keliatan kucel, dekil, burik, bau, tapi diam-diam ngumpetin duit puluhan juta di karung yang dia bawa-bawa.
Dimata Wafi, kondisi Langit sekarang sama seperti itu.
Sahabatnya itu tampan, tinggi, putih, kaya, dan blasteran yang mau se-dekil apapun, se-bau apapun tetap aja blasteran. Tapi masalahnya kali ini cowok itu kacau.
"Mata merah kayak setan, untung kagak bertanduk."
Ery yang baru masuk ikut menggeleng-gelengkan kepalanya lalu duduk di samping Langit. Bibirnya komat-kamit ketika dilihatnya sahabatnya itu sudah sangat teler dan berkali-kali hampir jatuh dari kursi sementara setengah tubuh bagian atasnya ambruk ke atas meja.