Malam hari merupakan suatu hal yang selalu membuat Zhifera merasa tenang. Meski dirinya bangun dari tidur di setiap pagi, yang akan terus menjadi mimpi buruknya. Memang, dia tertidur di malam hari, namun dia selalu bermimpi buruk ketika matahari berada di langit.
Zhifera selalu terbangun dari tidur dengan hati yang tidak tenang. Dia menginginkan mata itu terus saja terpejam, sehingga dirinya tidak lagi mendapat mimpi buruk ketika terbangun. Sebab di saat matanya terpejam, dia tidak pernah mengingat kejadian-kejadian yang selalu membuatnya menangis.
Kejadian itu telah berlalu selama 7 tahun. Memang cukup lama, terlebih bagi Zhifera yang merasakan satu hari tinggal di rumah itu, terasa lebih dari satu tahun lamanya dia tinggal. Mereka tak pernah usai meributkan hal apapun di dalam rumah, seperti bertubi-tubi luka yang diperoleh Zhifera setiap kali mereka ribut.
Entah kapan keributan itu akan berakhir, padahal kini sudah menginjak tahun ke-7 setelah awal mula kejadian tersebut. Zhifera beserta tiga adiknya sudah bertambah usia, dan tumbuh pada keluarga yang sudah sangat retak ini.
Kini Zhifera sudah menginjak usia 17 tahun, dan ia merupakan salah satu murid Sekolah Menengah Atas kelas 12. Sedangkan Lisa, dia merupakan Murid Sekolah Menengah Pertama. Dan Nina, dia merupakan salah seorang siswa di bangku Sekolah Dasar. Lalu ada anggota keluarga baru lagi, yaitu Byan. Dia merupakan adiknya yang paling kecil, kini Byan berusia 7 tahun.
Byan hadir tanpa sebuah kebahagiaan. Dia hadir ketika Ester dan Abram tidak lagi memiliki ketentraman di dalam hidup, sehingga dia hanya mendapatkan sedikit kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Kehadiran Byan pun menjadi alasan Ester dan Abram mengurungkan niatnya untuk bercerai. Walaupun seperti itu, isi rumah selalu dipenuhi dengan teriakan-teriakan yang mengusik telinga. Selain mengusik telinga, mereka pun mengusik ketentraman mental anak-anaknya.
Hari ini, ketika dirinya berusia 17 tahun. Dia tengah menunggu seseorang, di depan salah satu Sekolah Dasar yang ada di kota ini. Dia duduk di kursi yang berjejer berwarna biru, sembari memasang earphone yang selalu dia bawa kemana-mana.
"Cause if you like, the way, you look that much. Oh, baby, you should go and love yourself." Dia mengetuk-ngetuk jarinya di paha.
"And if you think, that i'm, still holdin' on, to somethin' you should go love and love yourself." sambungnya dengan mata yang terpejam.
Setelahnya, baru saja dia ingin melanjutkan lagu "Love Yourself" karya Justin Bieber itu, ada yang menarik earphone-nya yang berwarna hitam itu.
"Kak, ayo pulang!" ajak Byan ketika dirinya bertemu dengan sang Kakak.
Benar, dia adalah lelaki kecil yang masih menduduki bangku Sekolah Dasar. Byan selalu pulang ketika sore hari tiba. Jam pulang sekolah Byan sebenarnya pukul 12.00, namun karena Byan mengikuti les di sekolah, maka dirinya pulang lebih lambat.
Sebenarnya les tersebut tidak wajib di sekolahnya, akan tetapi lebih baik bagi Byan agar lebih lama di sekolah agar Zhifera dapat menjemput Byan ketika pulang. Nyatanya jadwal pulang Sekolah Menengah Atas itu lebih lama, agar Byan tidak terlalu lama menunggu Zhifera yang menjemputnya, maka Zhifera daftarkan Byan di les tersebut.
Sekolah Nina dan Byan memang satu yayasan, namun gedung mereka berbeda. Jika kelas Nina berada di gedung lain, maka kelas Byan berada di gedung yang ini. Sehingga mereka berdua jarang sekali bertemu.
Biarlah, menurut Zhifera adiknya akan lebih aman jika dirinya yang memantaunya langsung. Selain itu terdapat satu hal pokok yang menjadi alasan agar Byan menghabiskan waktu di sekolah lebih lama daripada di rumah.
Ya, benar. Kakaknya tak ingin kekacauan rumahnya mengganggu keseharian Byan. Walau kedua orang tuanya tidak selalu menetap di rumah dan tidak membuat kebisingan, lebih baik Byan ke luar rumah bersamanya.
"Ayo!" Zhifera menggenggam tangan mungil adik lelakinya itu. Suatu saat nanti, tangan itu yang akan menjadikannya sebagai pelindung keluarganya.
Wajah Byan yang polos, membuat Zhifera selalu merasa gemas. Byan memang anak bungsu, namun sifatnya sangat dewasa seperti sifat Lisa. Keadaan keluarganya ini, mampu membuat anak-anak yang lahir di keluarganya dapat dewasa sebelum waktunya.
"Hari ini kita kemana, Kak?" tanya Byan. "Toko buku, super market, taman bermain, atau ke perpustakaan kota?" sambungnya dengan penuh antusias.
Zhifera mengacak rambut Byan, "kita pulang ke rumah aja ya? Udah sore, pasti badan kamu bau banget tuh. Mending mandi."
"Ih, iya sih Kak. Dari pagi aku lari-larian sama temen kelas aku. Jadinya bau deh," ujar Byan diiringi tawa kecil.
Mereka kini berjalan mendekati jalan raya, untuk menghentikan angkutan kota yang lewat. Tak lama kemudian mereka pun sampai di angkutan kota, dan duduk bersebelahan.
Para penumpang yang terdiri dari 4 pelajar SMP, 2 wanita paruhbaya, dan 1 lelaki yang sudah berumur memerhatikan Zhifera dan Byan yang selalu tertawa. Tawa mereka membuat seluruh penumpang merasa iri, sebab mereka benar-benar membuat seseorang yang melihatnya akan ikut tersenyum.
Andai mereka tau, bahwa tawa itu hanya dapat diperoleh ketika sepasang Adik dan Kakak di luar rumah. Jika sudah berada di rumah latarbelakang neraka itu, yang mereka peroleh hanyalah sebuah tangis.
"Kak, aku bosan. Nanti malam kita ke pasar malam oke?" pinta Byan. "Ibu sama Ayah pasti pulang malam, jadi kita berempat bisa bersenang-senang kan?" sambungnya.
Zhifera hanya dapat mengangguk kecil. Dan anggukan tersebut direspon sangat antusias oleh sang Adik. Byan berteriak hore dengan sangat keras. Hal itu kembali membuat seluruh penumpang angkutan kota menoleh ke arahnya.
***
☔To be continued☔
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Home [TAMAT]
General Fiction⚠️BUDAYAKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA⚠️ *** Berjuta lika-liku kehidupan telah dirasakan oleh seorang gadis yang masih sangat kecil. Dia harus merasakan betapa hancurnya sang keluarga secara perlahan-lahan. Seperti luka yang bertubi-tubi ia dap...