Malam ini adalah malam yang sangat melelahkan bagi gadis yang masih mengaitkan kemeja seorang pria pada pinggangnya. Dia melepaskan segala penatnya dengan bersender di sofa kecil kamarnya. Berkali-kali dia memijat keningnya yang terasa berat, lalu mencoba untuk fokus menatap keadaan sekitar.Di kamar yang terbilang sangat sederhana ini terpampang jelas satu adik perempuannya tengah terlelap nyenyak di balik selimut, sedangkan yang satunya lagi asik mengutak-atik benda pipih di tangannya.
Sudah pukul 10 malam. Tidak biasanya Lisa masih terjaga. Zhifera merasa aneh, dan sedikit cemas dengan adik perempuannya yang mulai memasuki masa remaja itu.
"Lis, gak tidur?" tanyanya dalam posisi yang sama.
Lisa menghentikan aktivitasnya, lalu menatap kehadiran Zhifera. "Eh, Kakak udah pulang? Gimana meeting-nya?"
Dengan sangat cepat Lisa menyingkirkan ponsel itu dari tangannya. Mengapa Lisa mendadak berperilaku sedemikian rupa? Bahkan kehadiran Zhifera tidak disadari oleh dia. Sefokus itu dia bermain dengan ponselnya?
"Udah jam berapa sih Lis, Lis? Besok kamu sekolah," ujar Zhifera dan bangkit dari duduknya.
Lisa pun tampak seperti orang tengah ketakutan. Wajah bahagianya saat memainkan ponsel tadi seakan lenyap saat ini. Zhifera pun semakin bingung, hal apa yang disembunyikan oleh adiknya?
Semakin Lisa bertingkah, semakin dalam pula rasa ingin tau seorang Zhifera. Dia pun duduk di tepi kasur milik Lisa dan Nina, lalu memicingkan matanya.
"Kamu lagi ngapain sama ponsel itu?" tanya Zhifera dengan nada yang sangat datar.
"Hah? Enggak, aku tadi cuma buka ... emm, buka .... Sial, jangan Kak!" larang Lisa di saat Zhifera mengambil ponsel yang berada di bawah guling kesayangannya Lisa.
Zhifera semakin penasaran, dan mencoba menggali informasi sebelum dia yang mengetahuinya secara langsung. "Emang ada apa sih?" tanya Zhifera, dia menekan tombol on ponsel itu.
"Kak Zhife ...," rengek Lisa. "Aku gak ngapa-ngapain kok," sambungnya.
"Kalau gak ngapa-ngapain, kenapa kamu harus takut?" Zhifera membuka kunci ponsel itu yang tanpa sandi ataupun pin.
Sang adik tidak ingin memberitahukan penjelasan yang detail, maka dari itu terpaksa dirinya membuka privasi Lisa yang harus dia ketahui.
Zhifera terkejut saat pertama kali ia melihat tampilan ponsel sang adik yang menyoroti beranda WhatsApp-nya. Di chat yang paling atas, terlihat jelas sebuah nama kontak yang meninggalkan pesan belum terbaca.
Tristan💙
Oh sprti itu"Kakak ...." Lisa menepuk keningnya sendiri dengan kasar.
Zhifera sedikit tersenyum, terlihat jelas pada lengkungan tipis di ujung bibirnya yang manis. Dia sangat gemas dengan adiknya satu ini.
Ternyata yang dari tadi ia tutupi adalah rasa cintanya kepada seseorang. Dia tidak menyangka bahwa Lisa dapat beranjak remaja secepat ini.
"Ini pemain ganteng-ganteng serigala bukan?" ledek Zhifera.
Lisa menutup wajah memerahnya dengan sebuah bantal kecil. "Kakak, maaf." pintanya.
"Loh, kenapa harus minta maaf?" Zhifera mengusap pelan rambut sang adik. Sedangkan Lisa masih menatap sang Kakak dengan tatapan yang segan.
"Gak ada yang salah dengan jatuh cinta. Semua manusia berhak untuk itu, dan tentunya kepada kamu. Jatuh cinta itu indah dan sangat unik. Kita akan merasakan banyak kelompok kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya di dalam perut kita. Dan pastinya, jarang sekali kita rasakan oleh orang-orang yang berbeda." jelas Zhifera.
Zhifera menjelaskan semua itu seakan dia pernah merasakannya. Padahal yang Lisa ketahui, bahwa sang Kakak sangat tidak mempercayai arti cinta. Sedangkan saat ini, seolah Zhifera seorang penyair romansa.
Lisa tersenyum manis pada Kakaknya dan berucap, "Kakak lagi jatuh cinta, ya?"
Pertanyaan itu membuat Zhifera hening sejenak. Dia juga mempertanyakan dirinya sendiri tentang hal itu.
Hari-hari belakangan ini sangat aneh. Rasa-rasa yang asing bagi raga Zhifera seakan datang dan bertaburan. Dia masih bingung dan belum dapat memastikan bahwa perasaan itu benarkah adanya?
Zhifera berdecak, "udah malam, kamu tidur sana! Ingat, jatuh cinta itu boleh. Tapi gak boleh melupakan pendidikan kamu!"
"Siap, Baginda!" Lisa hormat kepada Zhifera, dia pun memposisikan diri untuk tidur lalu menarik selimutnya.
Zhifera menaruh ponsel Lisa di atas nakas, dia pun menjauh dari tempat ini. Langkahnya terus berjalan menuju luar kamar untuk segera berganti pakaian. Sebelum itu, tepat di sebuah ruang tamu ada sebuah cermin ukuran medium.
Dia melihat dirinya sendiri di cermin, terutama pada kemeja hitam yang melilit di pinggangnya. Zhifera mengingat kembali perilaku manis yang Pak Arnold perbuat. Tak lupa dia masih saja mengingat-ingat setiap kata pada interaksinya tadi.
Jika bukan karena Ester yang memaksa Pak Arnold untuk berperilaku manis di hadapan dunia ini, lantas mengapa lelaki itu melakukannya?
Kata-kata yang dia ucapkan masih menjadi misteri bagi Zhifera. Sebab Zhifera salah satu manusia yang mudah sekali lupa dengan ucapan seseorang. Tapi hanya dalam jangka waktu yang singkat.
Mungkin beberapa detik setelah ini, dia akan kembali mengingatnya jika terus mencobanya.
***
☔To be continued☔
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Home [TAMAT]
General Fiction⚠️BUDAYAKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA⚠️ *** Berjuta lika-liku kehidupan telah dirasakan oleh seorang gadis yang masih sangat kecil. Dia harus merasakan betapa hancurnya sang keluarga secara perlahan-lahan. Seperti luka yang bertubi-tubi ia dap...