"Ck, gak usah cemburu gitu dong, Fhe!" Ardi terus saja menyeimbangkan langkahnya dengan wanita yang ada di sebelahnya itu.
Zhifera. Tiba-tiba saja dia merajuk pada teman laki-lakinya itu. Dia sengaja mempercepat langkahnya, dan tentu saja memasang raut wajah yang sangat masam. Hal tersebut membuat Ardi semakin kebingungan. Atas hal apa lagi Zhifera marah?
"Kalau kamu marah-marah terus, nanti cantiknya pudar," ujar Ardi, dan langsung dihadiahi pelototan maut oleh Zhifera.
"Buset-buset, jangan sampe lompat tuh ya bola mata!" seru Ardi.
Akhirnya langkah kaki Zhifera pun berhenti, tatkala dirinya sampai di depan pintu toilet wanita. Di sanalah nyali Ardi sedang diuji.
"Lo gak usah ikutin gue!" pinta Zhifera.
"Aku gak akan berhenti untuk mengejarmu. Dalam situasi apapun." Ardi berusaha menjelaskannya pada Zhifera, namun pria bodoh itu tak sadar bahwa langkah yang akan ia capai berikutnya adalah toilet wanita.
"Tapi gak saat ini!" tolak Zhifera.
"Loh, kenapa?" Baru saja Ardi menanyakan perihal alasannya, tetapi Zhifera buru-buru melangkah ke dalam toilet, dan menutup pintu dengan cara kasar.
Hal tersebut membuat Ardi terkejut, dan sadar akan sesuatu. "Bodoh! Ini alasannya Zhifera menghindari gue." makinya pada diri sendiri. "berarti dari tadi gue cuma geer, kalau Zhifera itu cemburu?" sambungnya.
Di lain tempat keberadaan Ardi, terdapat Zhifera yang tengah membasuh wajahnya dengan air dingin wastafel. Tepat sekali di depan wajahnya saat ini, terdapat kaca besar yang sering digunakan para siswi untuk bercermin.
Suasana toilet saat ini benar-benar sepi. Sebab jam istirahat hampir saja selesai. Sehingga membuat Zhifera lebih leluasa untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Kok Ardi bisa dekat banget ya sama cewek tadi?" Pertanyaan itu murni lahir dari batinnya sendiri.
Beberapa detik kemudian Zhifera mengerjapkan matanya, sadar bahwa apa yang batinnya katakan bukanlah hal yang benar. "Ih, ngapain gitu sih?" Zhifera mengusap wajahnya dengan gusar.
Dia pun mematikan air wastafel, dan mengambil sebuah tissue yang tersedia di dekat wastafel. Dia mengeringkan wajahnya dengan perlahan.
Namun sayang, pikiran itu kembali muncul.
"Kalau misalkan mereka beneran ada hubungan khusus .... Ah ... bukan urusan gue juga sih!" racaunya.
"Tapi ... Ardi kan temen gue. Semua cewek yang deket sama dia, berarti urusan gue juga kok. Lagian kan, gue cuma khawatir cewek yang deket sama Ardi itu bukan orang yang baik," belanya pada diri sendiri.
Zhifera pun diam dan menatap cermin, "Evelyn itu cewek yang childish, gak cocok sama Ardi yang mandiri. Tapi ... jodoh itu cerminan diri sendiri. Kalau Evelyn punya sifat kekanakan, sifat mandiri Ardi bisa jadi pelengkap. Berarti cocok dong mereka!"
"Ah ... apaan sih, Fhe. Mereka tuh gak cocok!" tolak Zhifera pada pernyataan dirinya sendiri.
Zhifera pun sadar, dan segera membuang tissue bekas mengelap wajahnya ke tempat sampah. Untuk yang terakhir dia pun menatap cermin kembali, "kok seolah-olah gue cemburu ya?"
Zhifera membelakakkan matanya, dan membuang jauh-jauh pikiran negatifnya itu. Dia membuka pintu, dan segera meninggalkan kamar mandi.
Namun di saat yang bersamaan, Zhifera terkejut dengan kehadiran Ardi yang masih setia menunggu di bangku plastik dekat taman.
"Udah marahnya, Cantik?" tanya Ardi.
Zhifera memicingkan matanya, "idih ..., siapa juga yang marah!"
"Itu tadi. You cemburu ya, gara-gara ngeliat gue sama Evelyn?" tanya Ardi dengan kekehan jahilnya.
"Iyuw, gak ada kerjaan!" Zhifera melangkah untuk kembali ke kelasnya, dan sudah pasti diikuti oleh Ardi. "Tadi tuh gua lagi kebelet, jadi gue memperlakukan lu kayak gitu. Lagian juga ya, buang-buang waktu banget gue cemburu ke lo!" sambung Zhifera.
Ardi pun cemberut, "yah ..., gue pikir lu cemburu."
Zhifera diam, dan tidak ingin menyahuti perkataan Ardi. Dia lebih baik mengganti topik pembicaraan, daripada Ardi terus saja menyudutkannya seperti ini.
"Lu dari tadi gak ke kelas cuma buat nyanyi bareng sama Evelyn?" tanya Zhifera.
"Tuh---" baru saja Ardi ingin memutarbalikkan topik, namun segera dicegat oleh Zhifera. "Gak usah ngalihin topik!"
"Iye ... galak banget sih Madam kalau lagi cemburu!" Setelah itu Ardi melanjutkan ucapannya, "tadi gue tuh lagi ngegantiin Pak Gusti buat ngajarin Evelyn nyanyi. Soalnya minggu depan dia harus tampil di pentas seni sekolah."
Zhifera mengangguk-angguk paham. "Kenapa harus lo? Ikut eskul seni aja lu kagak!" tanya Zhifera.
"Lo mau tau?" Pertanyaan Ardi langsung dijawab dengan anggukan kecil dari Zhifera.
Hingga kini mereka hampir sampai di kelasnya. Mungkin hanya tinggal 5 langkah menuju ambang pintu.
"Karena gue itu famous! Gue multitalent! Apa sih hal yang tidak bisa dikerjakan oleh seorang Ardiansyah ini?" jawab Ardi dengan penuh kehebohan.
Zhifera kesal jika sifat percaya diri Ardi mulai muncul. Dia pun berkata, "terserah lo. Sono latihan lagi sama Permaisuri Evelyn!"
Zhifera mengibaskan rambutnya, dan masuk ke dalam kelas. Di saat sampai, Zhifera langsung dihadiahi teriakan manja dari Lea.
"Zhifera .... Lo tega ya udah ninggalin gue!"
***
☔To be continued☔
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Home [TAMAT]
General Fiction⚠️BUDAYAKAN FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA⚠️ *** Berjuta lika-liku kehidupan telah dirasakan oleh seorang gadis yang masih sangat kecil. Dia harus merasakan betapa hancurnya sang keluarga secara perlahan-lahan. Seperti luka yang bertubi-tubi ia dap...