Langit sudah mulai membiru tapi matahari sepertinya sedikit terlambat untuk muncul. Di waktu yang belum dikatakan pagi ini, Yudha, Sakura, Naomi dan Prima pergi ke bandara untuk menjemput tunangan Naomi, Asahi. Mereka berangkat cukup pagi karena harusnya Asahi sampai ke Frankfurt Jerman jam 8 pagi tapi sepertinya waktu kedatangannya sedikit mundur beberapa waktu.
Setelah mendengar pengumuman bahwa pesawat yang membawa Asahi akan datang sekitar 30 menit lagi. Rombongan 4 orang itu duduk di kursi tunggu tepat didepan terminal kedatangan pesawat terbang yang datang dari Jepang.
Dengan mata yang masih bengap dan wajah khas orang mengantuk, Prima berkali-kali mengusap wajahnya. Kalau bukan karena ini permintaan Naomi gadis itu akan lebih memilih untuk tidur di kamar saat ini karena semalam dia kurang tidur karena mengangkat telepon dari pacarnya. Tapi meskipun begitu Prima tetap senang datang ke bandara hari ini. Tempat ini adalah tempat pertama kali dia bertemu dengan Rehan dan akan selamanya tempat ini menjadi tempat bersejarah bagi hubungan keduanya .
"Cil, kopi" Yudha tiba-tiba muncul dengan segelas kopi Starbucks panas dan duduk di sebelah Prima.
Prima menyambut kopi itu dengan senyuman "makasih Abang"
"Prima"
"Iya"
"Em.. lu yakin mau lanjut S2 disini?"
Prima diam sebentar setelah menyesap kopinya. Sebenarnya memang itu rencananya. Dia sudah membicarakan hal ini dengan ibu dan ayahnya di Indonesia pada dasarnya mereka setuju setuju saja karena memang mereka menjanjikan bahwa Prima bisa S2 di mana saja nanti asal jurusannya adalah ekonomi atau bisnis. Gadis itu juga sudah menyiapkan segalanya kalau kalau dia memang berminat untuk menetap beberapa tahun di Jerman. Pasport, Visa, dan dokumen-dokumen penting sudah bisa dikirim kapan saja dari Indonesia.
Dan sekarang dia juga punya alasan lebih untuk menetap di Jerman selain pendidikan. Rehan akan tetap berada di Jerman bersama dengan Marka. Untuk saat ini Prima tidak mau tahu tentang masa depan hubungan Rehan dengan marka ataupun Rehan dengan dirinya. Sejujurnya bahkan dia tidak peduli. Apapun yang nantinya akan terjadi biarlah terjadi. Tapi yang jelas untuk saat ini dia merasa bahagia menjalaninya jadi yang harus Prima lakukan hanyalah memastikan Rehan tetap berada di sampingnya.
"Iya Abang. Kayaknya Prima lanjut S2 di sini"
Yudha menganggukkan kepalanya paham. Matanya menatap lurus ke arah lain. Sejak kemarin malam Yudha tidak bisa tertidur. Pikirannya dihantui hal-hal yang mungkin saja terjadi pada adiknya saat ini. Kalau nanti Marka tahu soal Prima dan Rehan apa yang nantinya akan terjadi?
Tapi pria itu juga tidak bisa melakukan apa-apa. Saat ini ide untuk membuat Rehan jatuh cinta pada Prima dan membuat pikiran Rehan lebih jernih karena tidak hanya memikirkan tentang Marka adalah yang utama. Semakin cepat Rehan dan Prima berpacaran maka semakin cepat semua ini akan selesai. Hal ini dia lakukan untuk melepaskan rasa bersalahnya karena menutupi kematian ayah Rehan. Kalau tidak, Yudha juga tidak akan pernah mengorbankan adiknya sendiri.
"Abang boleh tanya?"
Prima mengkerutkan dahinya. jarang sekali Abangnya itu bersikap seperti ini. biasanya Yudha adalah tipe orang yang langsung cepat-ceplos. "Iya boleh bang"
"Lu udah punya pacar?"
"Eh.. gak punya lah, kan Abang sendiri tahu Prima dari dulu nggak boleh pacaran"
"Ya tapi kan itu dulu Prim, sekarang lu udah 21 tahun lebih malah. Coba cari pacar nggak papa nanti abang dukung terus ngomong ke tante"
Prima pemutar matanya malas "kenapa? Abang mau jodohin terima sama temennya Abang? Aduh nggak deh bang"
KAMU SEDANG MEMBACA
let's meet again, germany. Let's love again, Indonesia
FanfictionMark dan Jerman Prima dan Indonesia Fahrehan dan hatinya 3 tahun belakangan ini bagi Fahrehan hanyalah Jerman, kampus dan Mark. Tidak ada yang lain. Fahrehan sedikit banyak melupakan keluarganya, kehidupan masa lalunya dan Indonesia. Semua nya kare...