29. I can't be honest

588 64 6
                                    

"aku minta tolong jangan lagi-lagi ya kamu kayak kemarin. Aku tahu omongan Marka emang agak berlebihan tapi kamu jangan kepancing".

"Ya kan Marka yang salah bukan aku Han " Prima berusaha untuk membela dirinya. Sejak Rehan datang sekitar 30 menit yang lalu dia tidak pernah berhenti menyalahkannya atas kejadian kemarin. Bahkan saat pria itu sedang memasak dia tetap mengomel tentang pertengkarannya dengan Marka.

Oke Prima sendiri juga mengakui kalau dirinya salah. Tapi yang memulai kan Marka. Jadi dirinya tidak 100% salah.

"Dia itu curiga sama kita. Wajar kalau Marka kaya gitu" Rehan berusaha memberikan Prima peringatan dan pengertian.

Prima melengos "Ih mana peduli aku. Dia nyuruh aku pulang gitu aja pake bawa bawa keluarga sama gender. Dasar misoginis"

"Hey.. princess kamu gak boleh ngomong gitu"

"Dia boleh ngomong apapun tentang aku, keluargaku dan segala pemikiran bapak-bapaknya tentang perempuan yang harus ada di dekat keluarganya. Dan aku nggak boleh bilang dia misogenis?"

"Aku tahu, aku tau. Kamu marah sama dia dan pemikiran dia emang agak kolot. Tapi biarkan dia jadi orang yang buruk, kamu nggak perlu mengikuti langkah dia. Yang terpenting kita nggak perlu membuktikan apapun di depan dia. Aku adalah punya kamu dan kamu adalah punya aku. Isn't that the most important thing?"

"Yeahhh what ever. You will definitely protect your fiancé."

Rehan malah tertawa mendengar gerutuan Prima. Daripada membalas ucapan Prima yang sebenarnya cukup menyinggung dia lebih memilih untuk menyendok sedikit pasta aglio olio yang dia masak. "cicipin deh dikit"

Prima menerima suapan dari Rehan dan mengunyah pasta itu pelan-pelan.

"Enak?"

"Kurang asin"

"Kurang asin. Oke.."  Rehan kembali memasak pastanya dan mencampurkan sedikit garam. Setelah ia merasa masakannya cukup pas dengan menaruh 2 piring pasta di meja untuk dirinya dan Prima.

"Gimana kalau sekarang kita ngomongin soal rencana kuliah kamu dan rencana magang aku di konstanz. Apa kamu yakin kita harus pergi bareng ke sana?"

Prima menggeleng dan berhenti mengunyah pastanya "kampusnya emang bagus banget. Tapi aku nggak tahu itu ide yang bagus atau enggak tapi aku yakin di sana kita pasti punya banyak waktu buat berdua" Gadis itu melanjutkan perkataannya setelah menarik nafas dalam-dalam".. mungkin di sana nggak akan ada yang ngenalin kamu sama aku. Di sana kita lebih bebas dan kamu bukan tunangan siapa-siapa"

Rehan juga berhenti makan ketika menyadari Prima menunduk sendu. Dia menyadari saat ini Prima dan dirinya sama-sama tidak memiliki banyak pilihan. Mereka memang masih sering bermain keluar tapi tentu mereka tidak bisa bersikap selayaknya kekasih dan akan ada jarak diantara mereka ketika mereka berada di luar.

Belum lagi mereka juga takut Marka dan orang-orang di sekitar mereka curiga tentang hubungan mereka berdua. Itulah kenapa mereka menghindari untuk keluar bersama karena ingin quality time berdua. Tapi tentu Rehan sadar ada kalanya Prima ingin seperti gadis pada umumnya yang berjalan ke sana kemari dengan menggandeng pacarnya.

Tangan Rehan terulur untuk mengarahkan Prima agar menghadap padanya "aku tau sekarang kita gak punya banyak pilihan tapi.. aku harap kamu sabar ya" Rehan menarik tangan Prima kemudian dia melepas cincin di jari manisnya. Cincin pertunangannya dengan Marka. Ditaruhnya cincin itu di telapak tangan Prima.

"Prim aku janji. Didepan kamu, aku bukan tunangan siapa-siapa. Aku cuma pacar kamu"

tanga Rehan memegang dagu Prima. Membuat gadis itu mau tidak mau menatap matanya. Kali ini Rehan ingin Prima dapat melihat ketulusan dan keputus asaan didalam dirinya.

let's meet again, germany. Let's love again, Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang