26. midnight call

619 72 27
                                    

"Marka.." suara Rehan seperti sedikit menggantung dan ragu untuk bertanya.

"Iya"

"Kamu tau dari mana aku belanja?"

Suasana agak hening sebentar tapi mereka dengan cepat mengulas sebuah senyum di wajah nya "itu kantong kertasnya numpuk di tempat sampah"

Rehan menoleh ke arah tempat sampah dan memang banyak kantong kertas bekas belanjaan yang sepertinya tidak masuk sepenuhnya ke dalam tempat sampah. Ia menghembuskan nafas lega.

"Ya udah aku mandi dulu ya" Marka pamit setelah mengelus rambut Rehan.

Rehan tetap menatap siluet Marka sampai lelaki itu benar-benar masuk ke kamar mandi. Perlahan senyum yang dari tadi dia tunjukkan mulai memudar. Rehan dihantui rasa bersalah dan perasaan tidak nyaman hari ini.

Lelaki itu membuka handphonenya sekedar untuk melihat foto Prima di sana. Tangannya mengelus layar handphonenya perlahan membayangkan bahwa yang dia sentuh saat ini adalah wajah Prima langsung.



"Jadi kamu enak ya Prim, bisa bebas mencintai aku. Kalau aku susah"

 -----

Malam harinya Prima tidak tidur di apartemennya sendiri, Sore tadi Sakura dan Naomi menjemputnya untuk tidur di apartemen milik Yudha dan Sakura. Rencananya mereka akan menjemput tunangan Naomi yang akan datang ke Jerman dari Jepang besok.

Karena satu rumah sama-sama gabut akhirnya mereka memutuskan untuk memasak sesuatu yang sekiranya enak dan tercetuslah ide untuk membuat risol mayo. Walau lebih tepatnya yang benar adalah Prima yang masak karena Sakura dan Naomi lebih sering memakan isian risol dari pada membuatnya.

"Enak ya yang ayangnya mau datang. Pasti ntar aku dicuekin nggak ditemenin mabura lagi. Soalnya kan kamu kalau sama pacar kamu jaim" Prima menggerutu sambil mengaduk adonan kulit risol.

"Ya biarin sih jaim di depan pacar daripada kamu nggak pernah lama kalau pacaran. Makanya kamu cepetan punya pacar. Biar bisa dibawa kemari. Biar bisa liburan berdua kayak aku"

Punya sih.. tapi masih jadi uke orang

Balas Prima dalam hati yang tentu saja tidak dia ucapkan.

Sakura yang di sebelah mereka tertawa melihat ekspresi Prima yang sangat kecut "lah bukannya kamu lagi deket sama siapa tuh brondong yang ganteng kemarin yang kenalan di nikahan kakak, Siapa tuh? Cakra?"

Prima berpura-pura berpikir sebentar sambil memanyunkan bibirnya "Cakra ganteng sih... Tapi aku sukanya cowok cantik gimana dong?"

"Ya udah minta tolong aja sama Rehan. Siapa tahu dia punya temen cewek cantik yang masih jomblo" celetuk Naomi.

Prima malah semakin meringis membayangkan Rehan yang notabennya adalah pacarnya sendiri akan mengenalkannya dengan orang lain. Ironi macam apa kalau sampai itu terjadi.

"Apa-apaan. Nggak ada. Prima lu cari cowok di Indonesia aja. Jangan cari cowok di sini. Cowok di Frankfurt tuh cuma ada tiga macam kalau nggak gay baik hati, cowok straight yang playboy ya laki orang. Mending cari aman-aman aja di Indonesia" celetuk Yudha yang sedang menonton bola di depan TV.

"Emang bang Yudha sendiri cowok yang macam mana?" Naomi bertanya sambil mengunyah potongan telur rebus.

"Gue sih dulu Playboy, cuman sekarang kan udah sama kakak lu. udah insaf gue" jawab Yudha dengan cengiran lebar.

"Kalau jodohnya Prima ketemunya di sini gimana beb?"

"Ya kalau emang udah ketemunya di sini mau gimana lagi. Tapi aku sih masih berharap dia sama orang Indonesia yang emang tinggal di Indonesia aja"

let's meet again, germany. Let's love again, Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang