33. Sadness

583 69 6
                                    

Baru saja Prima selesai mandi handphonenya sudah sangat berisik. Dia bisa mendengar handphonenya bergetar di atas kasur. Nama Rehan tertera jelas di sana.

"Hallo"

"Cakra ada disana?" Tembak Rehan langsung tanpa basa-basi.

"Ya enggaklah ngapain dia di sini"

"Dia buru-buru pulang mungkin aja dia mau nyamperin kamu"

Prima memutar matanya malas. Dia sendiri sangat bingung kenapa Rehan seperti terbakar padahal sampai saat ini pun tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Cakra.

"Kamu nggak mau ngejelasin apapun nanti terjadi hari ini?"

"Rehan, apa yang harus aku jelasin? Sepanjang tadi aku ketemu sama Cakra kamu ada di sebelah aku. Bahkan aku turun dari mobil dia lebih dulu daripada kamu"

"Kenapa sih kamu harus seramah itu sama dia?"

"Dari dulu aku ramah sama orang baru kamu tahu itu kan?"

"Iya dan aku tahu kamu juga ramah ke aku waktu pertama kali kita ketemu. Itulah yang bikin dia suka sama kamu"

"Kamu itu pacar aku dia tuh cuma temen dan aku cuma bersikap sopan selayaknya aku waktu pertama kali kita ketemu "

"Oh lalu setelah 1 bulan kamu sama dia kenalan terus kamu bakal jadian sama dia kayak kamu jadian sama aku?"

Prima benar-benar tersentak kali ini dia tidak habis pikir dengan pola pikir Rehan. Kenapa Rehan tiba-tiba membicarakan soal hal ini? Semurahan itukah dia dimata Rehan sampai dia berpikir bahwa semua laki-laki yang Prima kenal setelah 1 bulan akan dia pacari?

"Kamu pikir aku semurahan itu apa?"

"Siapa tahu kamu jadi suka sama dia. Bukannya kamu emang tipe yang gampang jatuh cinta?"

Cukup apa yang dibicarakan Rehan sudah melebihi batas "Iya kalau aku orangnya gampang buat jatuh cinta terus kamu nggak mencoba buat ngaca dan lihat diri kamu sendiri? Setidaknya aku setia sama kamu daripada kamu yang bersikap sok suci tapi selingkuh di belakang tunangan kamu sendiri"

Prima tidak menunggu lagi jawaban dari Rehan. Gadis itu menutup telepon dan membanting hp-nya ke ujung kasur. Gila Rehan benar-benar membuatnya emosi. Entah apa yang ada dalam pikirannya sampai dia bisa berbuat seperti ini. Tidak bisa dia percaya padanya walau sebentar?

Di lain tempat Rehan benar-benar menyesal dengan ucapannya. Tentu dia merasa marah pada Prima yang tidak peka atas perasaannya dan dia merasa lebih marah pada dirinya sendiri. Rehan merasa cemburu bukan karena sikap Prima atau perasaan Cakra. Prima memang ramah sejak dulu dan Rehan mengetahui itu lebih dari siapapun. Seharusnya itu tidak mengganggu Rehan sama sekali karena tadi pun Prima masih bersikap sewajarnya. Kalaupun Cakra menyukai Prima itu juga bukan menjadi masalah karena Rehan tahu Prima tidak tertarik pada Cakra sedikitpun.

Yang menjadi permasalahan di sini adalah Rehan sendiri. Dirinyalah yang begitu tidak stabil dan tidak bisa memberikan segalanya pada Prima. Rehan merasa dirinya sangat kurang dibandingkan Cakra yang mungkin bisa memberikan hubungan yang lebih terjamin untuk Prima. Selama Prima bersama dirinya Gadis itu hanya akan diingat sebagai selingkuhan tapi apabila dia memilih Cakra maka Prima akan benar benar menjadi pacar. Prima tidak perlu bersembunyi dan bisa dengan mudah menunjukkan hubungannya dengan kekasihnya.

Rehan membanting handphonenya ke lantai tapi handphone walaupun tidak rusak tapi sepertinya terdapat beberapa goresan akibat terpental-pental. Itu sangat merasa kalau dengan pemikiran apabila Prima mengetahui kemungkinan dirinya akan lebih bahagia bersama Cakra atau orang lain, dia akan memilih orang lain dan bukan Rehan.

-----


Keesokan paginya Sakura sudah siap di depan apartemen Prima jam 08.00 pagi. Hari ini Prima Sakura dan Naomi akan pergi ke salon untuk bersiap-siap datang ke undangan Joni dan Bunga untuk sedikit berpesta di salah satu club langganan mereka. Dua masalah itu memang jagonya kalau tentang mabuk, minuman dan dunia malam. Prima sendiri sedikit shock ketika tahu dua manusia yang sudah menikah dan memiliki anak itu masih bersikap layaknya anak muda ketika malam hari tapi tentu di depan Putri semata wayang mereka Nirmala mereka tetap bersikap sebagai orang tua yang baik.

Di sepanjang perjalanan Prima malas untuk berbicara dengan siapapun. Dia tetap diam dan menutup sebagian besar kepalanya dengan hoodie, matanya juga bengkak karena menangis semalaman setelah bertengkar dengan Rehan.

Sakura menyadari adik iparnya seperti terlihat sedih bercampur sebal jadi satu "Ni anak kenapa lagi.. Prim kamu kenapa?"

Terima tidak menjawab hanya melambaikan tangannya seolah berkata tidak ingin diganggu dan menutup matanya tudung hoodie. Matanya semakin bengkak karena diam diam menangis lagi. Sejak kemarin Rehan tidak chat atau telfon , Prima rindu sekali tapi dia juga tidak chat dan telepon sama seperti Rehan. GENGSI DONG

Sakura sebenarnya ingin lebih tahu tapi dia memilih untuk tetap diam dan hanya lirik-lirikan dengan Naomi yang juga hanya bisa mengangkat pundaknya memilih untuk menjauh karena prima yang biasanya ceria itu bisa sampai diam berarti ada sesuatu.

Nggak sampai 15 menit mereka sampai ke salon yang berada di tepi kota. Di sana Yudha dan Asahi sudah menunggu mereka kebetulan salon itu bergabung dengan barbershop untuk laki-laki jadi mereka datang duluan sekalian merapikan penampilan.

Tanpa banyak bicara mereka langsung ditangani oleh beberapa pegawai salon yang memang dapat berbahasa Inggris dengan baik. Sakura dan Naomi ingin melakukan perawatan ini itu dan berpenampilan sebaik mungkin sedangkan Prima hanya mengekor di belakang mereka berdua. Prima hanya ingin rambut panjangnya di creambath dan di styling agar tetap rapi, untuk make up Gadis itu berkata bahwa dia tidak ingin make up yang terlalu berat tapi ingin sedikit terlihat lebih dewasa.

Setelah styling rambut Sakura Naomi dan Prima dianjurkan oleh pegawai salon untuk berganti baju kemudian memakai kimono salon terlebih dahulu sebelum make up agar nantinya tidak merusak make up yang telah dipasang. Tapi sepertinya Asahi tidak menyukai pakaian Naomi yang dia pikir terlalu terbuka. "Pake yang lain aja gak bisa emang?"

"Ya kan aku bawanya yang ini masa mau balik ke apartemen dulu" baju yang dipilihkan Sakura untuk Naomi memang agak terbuka Tapi itu bukan salah Sakura karena Naomi sendiri yang meminta untuk dibelikan gaun yang seksi dan terbuka karena kekasihnya sedang datang maka dia harus berpenampilan sebaik mungkin tapi yang terjadi Asahi malah marah kepadanya.
"Aku kayak gini kan buat kamu" mata Naomi berkaca-kaca dan hampir menangis.

Tanpa diduga Prima menyodorkan sebuah paper bag "Ya udah sini-sini biar aku aja yang pakai baju Naomi. Naomi pakai baju aku aja lumayan tertutup kan?"

"Tapi Sakura bajunya Naomi itu seksi banget loh bahkan lumayan pendek buat dia kalau buat kamu nanti makin ke singkap"

Tanpa banyak berbicara lebih panjang Prima langsung mengambil gaun yang ada di tangan Naomi dan pergi menuju ruang ganti. "Nggak apa-apa Naomi kan udah punya pacar mungkin pacarnya nggak nyaman..
Aku.. Aku kan belum punya pacar jadi nggak papa"
Setelah mengucapkan kalimat itu Prima langsung pergi ke ruang ganti.

Asahi dan Naomi berhenti bertengkar dan sepertinya mereka setuju setuju saja dengan keputusan Prima. Tapi Sakura dan Yudha memiliki prasangka yang sama mereka saling menatap satu sama lain.

Apa yang telah terjadi antara Prima dan Rehan?

To be continued...

let's meet again, germany. Let's love again, Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang