REPOST 250521
====
"Mana sih, itu temen Kakak!! Lama bangetttt!!"
Entah sudah keberapa kali aku mengeluarkan kalimat ajaib itu. Sudah hampir dua jam kami menunggu di bandara dan ternyata pesawat itu belum datang juga.
"Sebentar lagi, Dek. Tadi ada penundaan keberangkatan dari sana."
"Aigoo!! Kapan sih semua hal bisa tepat waktu," sahutku jengkel lalu bangkit dari dudukku, "aku mau makan!"
"Againnnnn?? Perut kamu ada anacondanya ya, Dri???" lengking Stephanie dengan heran meskipun sebenarnya dia sudah hapal bagaimana kebiasaan makanku yang aneh ini.
Fyi, kami baru selesai makan setengah jam yang lalu dengan aku yang menghabiskan dua porsi burger Mc double dan segelas cola.
"Bodo amat! Emosi bikin gampang laper tahu nggak." Aku melangkah ke coffee shop di luar ruang tunggu bandara.
Kak Rey dan Steph akhirnya mengalah mengikutiku. Mungkin mereka takut aku hilang. Dengan porsi tubuhku yang mungil, akan susah bagi mereka untuk mencariku jika aku hilang. Aku memesan capuccino ice blended dan fish and chip. Sedangkan dua orang di hadapanku hanya memesan coffee latte.
"Mau nggak, Steph?" aku menyodorkan kentang gorengku.
"No! Nanti aku gendut." Tolaknya dengan tegas tanpa memandang kentang goreng yang begitu menggiurkan itu.
Aku mencibir. Ketiga temanku selalu menjaga pola makan mereka. Tidak seperti aku yang pemakan segala. "Dasar cewek, nggak bisa makan enak."
Stephanie mendelik mendengar ucapanku. "Kamu memang cewek jadi-jadian, Adrienne," katanya kemudian.
Aku hanya terkikik mendengarnya. Aku adalah 'tong sampah' mereka. Setiap mereka memesan makanan dan tidak menghabiskannya, aku yang akan menampungnya.
"Dek, ayo cepat. Teman kakak sudah di ruang tunggu."
"Ah, kan. Baru juga mulai makan." Dengan tak rela aku meninggalkan fish and chipku yang masih setengah dan mengikuti Kak Rey dan Stephanie yang sudah keluar kafe.
Aku berjalan tersaruk-saruk mengikuti mereka. Langkah kakiku tidak selebar mereka. Dasar kakakku ini. Lupa kali kalau adiknya boncel. Kesal karena kesusahan mengikuti langkah mereka dan keadaan bandara yang sangat ramai, aku memutuskan duduk saja di kursi ruang tunggu. Bodo amat ah, nanti juga kakakku sadar adiknya tidak ada di sampingnya.
Aku baru mulai duduk di bangku ruang tunggu saat ponselku bergetar di saku jaketku. Senyumku langsung terbit melihat siapa yang meneleponku.
"Yes, Honey," sapaku dengan riang. Ini bisa menjadi kesempatanku untuk berbaikan dengannya.
"Lagi di mana?" Marcell bertanya dengan dingin.
"Di bandara lagi jemput temen Kak Rey."
"Masih lama?"
"Nggak tahu nih. Ada apa?"
"Nothing. Cuma pengen tahu aja kamu dimana, nggak boleh? Ya udah deh, sampai ketemu hari Senin di kampus."
"Bagaimana kalau besok kita bertemu?" tanyaku cepat sebelum dia mematikan teleponnya.
"Besok aku telepon lagi. Aku sedang sibuk. Bye." Marcell langsung mematikan teleponnya tanpa menunggu ucapan perpisahan dariku.
Dia selalu seperti itu. Setahun kami berpacaran, tidak pernah ada panggilan sayang atau kata-kata manis darinya. Entah kenapa, kadang aku merasa dia tidak mencintaiku seperti aku mencintainya. Apa memang tidak seharusnya kami bersama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (Sudah Cetak & Playstore)
General FictionTERSEDIA EBOOK di PS, KUBACA APP, KARYAKARSA EXTRA PART TERBARU (2023) BISA DIBACA DI AKUN KARYAKARSA MAMAK YAA>>> nikendarcy (akunnya) Hidupku tak lagi tenang karena kemunculan orang itu. Beruang kutub paling tampan tapi juga paling menye...