Part 10. Perjodohan

170K 10.4K 124
                                    

REPOST


Akhirnya, setelah satu minggu menghabiskan waktu di rumah, hari ini aku akan pulang lagi ke Jakarta. Aku harus menyibukkan diriku dengan kuliah atau kegiatan lain. Aku tidak bisa berdiam diri, karena setiap aku tidak melakukan apapun selalu ciuman itu yang melintas di kepalaku.

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Bagaimana bisa ciuman itu benar-benar mempengaruhiku? Bukankah aku membencinya? Seharusnya aku marah padanya. Tetapi setiap melihatnya, tubuhku seakan membeku. Dia memang tetap dingin seperti biasanya, tetapi saat mengingat bibir itu pernah menciumku, rasanya seluruh tubuhku memanas.

"Sayang," Mom menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Aku tersenyum dan melanjutkan beres-beres koperku. "Mom akan merindukanmu, Nak," ucap Mom sendu sambil duduk di depanku.

Aku merangkak melewati baju-bajuku yang berantakan dan menubruk badan Mom. "Aku juga, Mom. Bagaimana kalau Mom ikut aku ke Jakarta?"

Mom tertawa dan mencubit pipiku. "Lawan dulu Daddymu, Sayang."

Dad tidak akan membiarkan Mom pergi jauh dari rumah tanpa Dad di sisinya. Begitu juga sebaliknya. Aku kadang heran dengan mereka. Mereka hampir tiga puluh satu tahun menikah, tapi cinta itu tak pernah luntur. Malah kulihat, mereka semakin saling mencintai setiap hari.

"Mom dan Dad selalu membuatku iri."

Lagi-lagi mom tersenyum. "Kamu juga akan seperti kami nanti."

Aku menggeleng lemah. "Tidak ada yang tulus mencintaiku, Mom. Aku tidak secantik Mom. Aku tidak bisa berdandan seperti Mom. Aku tidak suka memakai rok seperti Mom."

"Kamu tidak harus seperti Mom untuk mendapatkan lelaki itu, Nak. Jika dia mencintaimu, dia tidak akan merubahmu. Dia tidak akan menuntut."

"Kenapa?"

"Because love doesn't ask why."

Aku mengerutkan keningku tak mengerti. Semua hal tentang cinta selalu membuat keningku berkerut. Seharusnya memang aku dulu menuruti saran Kak Rey untuk tidak berpacaran dengan Marcell.

Mom mengelus keningku dan mengusap kerutannya. "Suatu saat kamu akan mengerti. Kamu masih delapan belas tahun, Sayang. Masih banyak waktu untuk memahaminya."

Aku mengangkat bahu dan melanjutkan melipat baju-bajuku.

"Tapi Mom suka pada Max. Mom yakin dia bisa mencintaimu seperti Dad mencintai Mom."

"Mom! Dia itu sudah tua! Sudah om-om."

Mom tertawa dan menjitak kepalaku. "Dia seumuran kakakmu! Dan kamu ingat kan, Mom pernah bilang dia calon tunanganmu? Mom serius, Darl."

Aku melotot ngeri. "Mom benar-benar serius?"

Mom mengangguk.

"Tapi... tapi..."

"Suatu saat kamu akan mengerti. Dia mau menunggumu sampai kamu siap."

"Mom, aku tidak suka dijodohkan. Aku bisa mencari pacar sendiri.."

"Dan akan bertemu dengan lelaki brengsek seperti mantan pacarmu itu?"

Aku menunduk. Oke, aku akui itu adalah kesalahan terbesarku, tapi itu kan baru pertama kalinya. Aku yakin tak akan jatuh kedua kalinya.

Mr. Ice (Sudah Cetak & Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang