Part 5. Tuan Es Pemaksa

185K 11.4K 177
                                    

REPOST 140621


====


"Kak." Aku mengetuk pintu ruang kerja kakakku. Malam - malam begini dia lebih sering di ruang kerjanya daripada di kamarnya. Kakakku itu workaholic akut seperti Dad dulu. Kadang aku takut dia tidak memperhatikan dirinya sendiri jika sudah bekerja seperti itu.

"Ya, Dek. Masuk aja."

Aku segera masuk ke ruang kerjanya.

Ow... Ow... Kenapa orang itu harus ada di sini.

Dia menatapku dengan matanya yang setajam elang itu. Tidak tahan aku menjulurkan lidahku padanya.

"Kenapa, Dek?" tanya Kak Rey sambil mengangkat kepalanya dari berkasnya. Alisnya langsung berkerut menatapku.
"Itu mata kenapa bengkak begitu?" tanyanya curiga. Dia melepas kacamatanya dan menatapku tajam.

Aku menggaruk kepalaku mencari jawaban. Tadi sore begitu pulang aku langsung mengurung diriku di kamar dan menangis lagi. Aku melupakan janjiku pada Adrian untuk tidak menangis lagi.

"Ngg..."

"Pasti putus cinta. Dasar anak kecil." Suara dingin itu terdengar bagai genderang perang di telingaku.

"Heh!! Orang asing nggak usah ikut campur ya!!"

"Adrienne, language. Nggak sopan," ujar kakakku tegas.

"Iya, Kak. Maaf," bisikku lirih sambil menunduk.

"Minta maaf sama Max."

Beruang kutub itu menatapku sambil tersenyum sinis. Aku mencibir padanya.

"Maaf, Om."

Dia melotot melihatku. Lagi - lagi aku menjulurkan lidahku padanya. Aku buru - buru menghambur duduk di sofa di sebelah kakakku sebelum beruang kutub ini menerkamku.

"Kamu nggak apa - apa kan?" tanya Kak Rey khawatir menatap mataku yang sebesar bola pingpong.

Aku mengangguk. "Aku pengen pulang ke Bali."

"Kenapa tiba - tiba?" tanyanya curiga.

"I miss Mommy and Daddy," dustaku.

"Kuliah kamu?"

"Bolos seminggu nggak papa kan?"

"No! Kakak nggak setuju."

"Kak, Pleasee. Ujianku udah selesai. Minggu - minggu ini benar - benar santai, Kak."

"No...No...No...Big NO!!"

Aku mencebik. "Please, I beg you. Please."

"Dek, Kakak akan ijinin kamu pulang kalau alasannya benar - benar mendesak. Daddy nggak akan suka kamu bolos kuliah seminggu."

Aku keluar ruang kerja Kak Rey sambil menghentakkan kaki dengan kesal.
Itulah Kak Rey. Sekali bilang tidak tetap tidak.

Lalu aku harus bagaimana besok di kampus? Aku malas bertemu Marcell. Pasti dia dan pacar jalangnya itu akan semakin mengolokku begitu melihat mataku yang membengkak seperti bola pingpong ini.

Bodoh! Bodoh! Bodoh!

Kenapa aku harus menangisi asshole macam dia sih.

Brengsek!

Aku memukul - mukul si Kuma - boneka macan dari Kak Rey - dengan kesal.
Kak Rey benar - benar jahat. Apa dia tidak tahu adiknya ini sedang patah hati. 

Mr. Ice (Sudah Cetak & Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang