Part 12. Dandelion

157K 10K 116
                                    

EXTRA PART terbaru sudah up di Karyakarsa yaw! Belum pernah up di manapun ~~~


"Steph, aku nginep ya?"

Stephanie memandangku dengan alis terangkat.

"Please," pintaku lagi dengan memelas.

"Bukannya aku menolak, tapi Kak Rey udah bilang kamu nggak boleh nginep di tempatku atau si kembar. Ya kan, Girls?"

Si kembar mengangguk mendengar ucapan Steph.

Sial...Bahkan Kak Rey sudah mengantisipasi ini sebelumnya.

"Jadi kalian tega liat aku dimakan beruang itu?"

"Oh, c'mon, Dri, kamu itu terlalu lebay tahu nggak," seru Tania.

"Iya, bukannya malah asyik bisa berduaan dengan monsieur seksi itu?" Vania ikut menimpali.

"Kalian bertiga emang nyebelinn," aku bersungut dan segera meninggalkan kantin.

Ini baru hari pertama Kak Rey pergi. Kenapa sih mereka tidak mau membantu sama sekali. Apa susahnya sedikit berbohong pada kakakku. Kami kan bisa berdalih sedang mengerjakan tugas. Aku berjalan dengan bersungut-sungut tanpa memperhatikan jalanku, hingga...

"Aduh!" jeritku saat pantatku sukses membentur beton yang keras.

"Adriiiii!!"

Aku mendongak dan tersenyum lebar melihat orang yang menabrakku. "Adriaaaannnn!!" pekikku riang.

"Akhirnya kuliah juga kamu, cewek tukang bolos," dia mengulurkan tangannya membantuku bangun.

"Yan, ingat kan punya utang sama aku?" aku menyeringai lebar padanya.

Alis tebalnya berkerut bingung menatapku.

"Kamu kan janji mau traktir makan kalau aku pulang dari Bali?"

"Ahh, itu kan ada perjanjiannya. Hanya dua hariii, Driiii."

"Curang. Emang aja nggak niat traktir," kataku pura-pura cemberut.

Adrian tertawa menampilkan lesung pipinya dan mengacak-acak rambutku. "Ayo tukang makan! Mau ke mana?"

Mataku berbinar mendengar ucapannya. "Sushi yaa??"

Adrian memutar bola matanya. "Siap-siap jebol dah tagihan credit card gue!" Dia pura-pura menepuk dahinya nelangsa dan menyeret tanganku ke lapangan parkir.

"Well...well...well..." Suara itu menghentikan langkah kami.

Tangan Adrian mengetat di bahuku. Dua orang di depanku tersenyum sinis. Mereka adalah Marcell dan Sasha.

"Jadi lo berhasil juga, Adrian?" tanya Marcell sambil tersenyum mengejek Adrian.

Aku menatap Adrian yang memucat. Apakah ada yang salah?

"Maksudnya apa, Cell?" tanyaku pada Marcell.

Marcell menaikkan alisnya dan menatapku sinis. "Dia," tunjuknya pada Adrian, "Juga ikut dalam ajang taruhan itu."

Mataku melebar memandang Adrian dengan shock, tak beda dengan Adrian yang membeku di sebelahku.

"Bener, Yan?"

"Dri, aku bi..."

"Bener, Yann???" potongku sambil membentaknya.

Dia mengembuskan napas lelah dan mengangguk.

"Brengsek lo, Yan!!"

"Adri, I can explain. Please," Dia mengejarku yang berlari meninggalkannya dan dua orang brengsek lainnya itu. Tangannya berhasil menggapai tanganku. "Aku bisa jelasin, Dri."

Mr. Ice (Sudah Cetak & Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang