Part 18

145K 9.2K 115
                                    

Aku terbangun saat mendengar suara benda terjatuh dari bawah.

Apa ada pencuri? Tapi tidak mungkin. Ini apartemen mahal. Petugas securitynya saja lebih banyak dari gojek.
Mataku mengitari kamar Kak Rey dan menemukan raket tenis di atas lemari. Kuseret kursi dan mengambil raket itu. Setidaknya aku bisa memukul pencuri itu sebelum keluar mencari pertolongan.

Aku turun dengan mengendap - endap.
Tapi kok bau harum begini ya?
Apa pencurinya lapar lalu memasak?

Kruyuk...

Ish, perut gueeee...nggak bisa apa ya lihat sikon.

Tapi aromanya benar - benar menggugah seleraku. Sepertinya pencuri itu memasak steak.

Masih mengendap - endap aku berjalan ke dapur dan menemukan pencuri itu sedang asyik di dapurku. Tapi kok...

"Sudah bangun, chérie?"

Aku terpaku di tempatku. Dia bahkan tidak membalikkan badannya. Bagaimana dia tahu aku di sini?

"Ngapain Om di sini?" tanyaku ketus.

Dia berbalik dan tersenyum.

Oh my god! Oh my god! Oh my god! Tidak bisakah dia tidak seseksi itu????

Mataku melotot melihat pemandangan itu.
Kaos tanpa lengan warna merah. Celana jeans pendek selutut warna navy blue. Dan lengan besar itu, yang otot - ototnya menyembul dengan sempurna. Membuat tanganku gatal ingin menyentuhnya lagi.

Dia melangkah mendekatiku saat aku tetap saja diam di tempat sambil memegang raket di tangan kiriku.

Kedua tangannya yang hangat merengkuh pipiku dalam genggamannya.

"Tu me manques."

Aku mengerutkan keningku. Dia tertawa kecil. Tapi berefek sangat dahsyat pada jantungku yang langsung menari salsa di dalam sana.

"Kau harus belajar bahasa Perancis, chérie."

"Kenapa?" tanyaku tak mengerti.

"Kau akan menjawab apa jika bertemu keluargaku di Perancis dan mereka mengajakmu bicara?"

"Tapi kenapa Kakak harus membawaku menemui mereka?"

Max berdecak tak sabar dan mencubit hidungku. "stupide! Tentu saja karena kau calon istriku," jawabnya sambil meninggalkanku ke arah masakannya lagi.

"Calon is...Whaaaaattttt??? Are you crazy??"

"Aku tidak gila, chérie."

Aku mendengus kesal.
Kembali teringat saat dia berjalan mesra dengan gadis bule cantik jelita itu. Juga saat si gadis masuk ke apartemennya.

"Kakak sudah punya pacar dan bilang kalau aku calon istrimu. Apa itu tidak gila namanya?"

"Pacar? I don't have any girlfriend, chérie.And I never had a girlfriend ever."

Apa??? Orang seperti dia tak pernah punya pacar??

"Bohong!"

"Aku tidak bohong, chérie! You have my word!"

"Lalu siapa gadis yang Kakak gandeng dengan mesra di restoran kemarin??? Siapa gadis yang masuk ke apartemenmu tadi sore??? Ibumu???" Aku tak bisa lagi menyembunyikan emosiku. Aku cemburuuuuu.

Kening Max berkerut sebelum akhirnya kerutan itu memudar dan dia tersenyum.
"Kamu cemburu, chérie?"

Sial! Dia malah menggodaku!

Mr. Ice (Sudah Cetak & Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang