Di depan sebuah cermin yang menampilkan keseluruhan tubuhnya, seorang gadis berdiri dengan seragam barunya. Kemeja putih dihiasi dasi pita berwarna biru dongker dan rok dengan warna senada yang bagian bawahnya terdapat garis putih melingkar. Menyempurnakan penampilannya, gadis itu memakai blazer yang warnanya senada dengan rok dan dasi.
Kacamata dengan bingkai berwarna hitam yang dipegangnya sejak tadi mulai dipakai. Bertengger di hidungnya yang mancung. Netra hijau zamrudnya kini berubah warna menjadi hitam karena pakai soflen. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap juga kini berubah warna jadi hitam.
Dia tidak yakin penampilannya kini dibilang gadis cupu. Karena dari yang dia baca di novel atau menonton di film. Gadis cupu memakai kacamata dengan rambut diikat dua atau dikepang dua.
Biar saja penampilannya beda. Bisa dikatakan gadis cupu atau tidak. Yang terpenting Lesya telah berhasil merubah penampilannya.
Gadis itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam yang baru dia beli dengan harga murah. Kini, menunjukan pukul enam lewat lima belas. Sedangkan, bel masuk sekolah barunya berbunyi pukul tujuh lewat sepuluh menit.
Kakinya menjauhi cermin, berjalan mendekati tempat tidur, mengambil tas putih tulangnya yang tergeletak di sana. Lalu, mulai melangkah keluar dari kamar.
Di bawah anak tangga sudah ada pelayan yang menunggu. Wanita berkepala empat itu tampak tercengang melihat penampilan anak majikannya yang berbeda.
"Nona ... Quinnsha?"
Gadis itu melirik datar. Kembali melangkah menuju ruang makan diikuti oleh Bi Yuma. "Daddy mana?"
"Di ruang makan, Nona," jawab Bi Yuma tampak masih kebingungan dengan penampilan baru Lesya.
Sesampainya di ruang makan, gadis itu melihat Daddynya tengah sibuk melihat tablet dengan logo apel digigit. Kacamata baca bertengger di hidung mancungnya. Secangkir kopi yang asapnya mengepul berada di dekatnya.
Pria yang usianya sudah menginjak empat puluh tahunan itu belum menyadari kehadiran putrinya.
"Morning, Dad," sapa Lesya sambil meletakan tasnya di samping tempat duduknya.
Vernon mengangkat pandangannya. Seketika matanya melebar melihat penampilan putrinya hampir tidak dia dikenal. "Quinn ... sha?"
Gadis itu melirik sebentar, lalu meminum sedikit susu hangat rasa vanillanya. "Ya, Daddy."
"What's up with your appearance?" tanya Vernon dengan alis tertaut melihat putrinya dari atas sampai ke bawah. (Ada apa dengan penampilanmu?)
Gadis itu melirik dirinya sendiri, lalu menatap Daddynya kembali. "Why?"
"Jelek," jawab Vernon jujur.
Gadis itu mendengus. "Aku nggak butuh komentar, Daddy."
Vernon berdeham, meletakan tabletnya ke atas meja. Menautkan kesepuluh jarinya di atas meja. Menatap putrinya serius. "Kenapa kamu ngerubah penampilan kamu?"
Gadis itu mulai mengoles selai kacang ke atas roti. "Nggak papa. Cuman pengen rubah penampilan baru."
"Buat cari pacar?"
"Berhenti bercanda," ucap gadis itu tajam, melirik Vernon. Ekspresi wajahnya kembali melunak. "Tolong beliin aku apartement yang deket sama sekolah biar aku nggak terlalu lama di angkutan umum."
"Kenapa nggak tinggal di rumah ini?" tanya Vernon.
"Aku nggak mau temen-temen Zios tau kalau aku adiknya," jawab gadis itu, lalu mulai memakan rotinya.
Vernon terdiam beberapa saat, lalu menghembuskan napasnya panjang. "Kamu nggak perlu sampai segininya, Quinnsha."
Gadis itu berhenti mengunyah. Menatap balik mata tajam Vernon yang juga menatapnya. "Aku perlu ngelakuin ini, Dad. Aku bener-bener harus ngelakuin ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/227830195-288-k128779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...