•| Chapter 9 |•

83 8 0
                                    

"Hai, Xavier."

Xavier bersama ketiga temannya baru saja keluar dari kelas dan hendak pergi ke kantin. Lalu, secara tiba-tiba sosok perempuan bersama dua dayangnya sudah berdiri di depan kelas menyapa dengan manis.

Tidak ada yang tidak kenal mereka. Ziva—cewek yang sangat menyukai Xavier. Mengejar cinta cowok itu sejak Xavier kelas sepuluh. Tidak menyerah walaupun sering mendapat penolakan. Dia suka membully cewek-cewek yang dekat-dekat dengan Xavier. Karena baginya, Xavier hanya boleh dekat dengannya.

Dia tidak sendiri. Ada Freya dan Rani yang setia menemani kemana pun cewek itu pergi.

Xavier mendengus, tidak peduli, kembali melanjutkan langkahnya bersama Bastian, Garry dan Daniel.

"Eh, Xavier tunggu, dong!" seru Ziva, berlari mengejar Xavier dan menyempil di antara Xavier dan Bastian.

"Anjing!" umpat Bastian saat tubuhnya di dorong begitu kencang sampai menabrak tempat sampah.

Daniel dan Garry terbahak. "Sabar, Bas," ucap Garry.

"Cewek gila, anjing," umpat Bastian tanpa disaring terlebih dahulu. Cowok itu sangat sangat membenci perempuan yang satu spesies dengan Ziva. Yang tidak ada lelahnya mengejar-ngejar sesuatu yang tidak pasti tanpa punya rasa malu.

"Apa lo?!" sentak Ziva sambil melotot galak.

"Lah, lo apa, anjing?!" Bastian balas melotot tak kalah galaknya. "Kek lalet aja nempel mulu. Gue semprot pake baygon musnah lo!"

Garry dan Daniel lagi-lagi tertawa kencang. Daniel sampai memukul pelan lengan Rani—salah satu dayang-dayang Mona.

"Mending temen lo cepet tarik sebelum dipenggal sama Bastian," ucapnya memberitau.

"Biarin aja sih, temen gue lagi ngejar cintanya," balas Freya sambil melipat tangan di depan dada, acuh.

"Cintanya kagak bakalan pernah diterima sama Xavier. Prinsip hidup temen gue itu mengejar bukan dikejar," balas Garry sambil merangkul bahu Daniel.

"Mending cepetan deh, ditarik," saran Garry, lalu mengedikan dagunya ke arah Bastian. "Lo nggak liat temen gue siap makan temen lo hidup-hidup?"

"Ya, terserah gue, dong! Mau gue nempelin Xavier kek atau cowok lain kek. Bebas. Hak gue. Lah? Lo siapa main-main ngatur-ngatur aja?" balas Ziva masih nyolot dengan Bastian.

"Gue temennya Xavier mau apa lo? Cewek kayak lo tuh, nggak pantes buat Xavier. Mending lo jauh-jauh sebelum gue tendang," ancam Bastian dengan mata melotot. Walaupun terlihatnya seperti melek biasa.

"Nggak mau!" tolak Ziva mentah-mentah. "Aaa!!!" teriaknya saat rambutnya ditarik ke belakang oleh Bastian dengan tidak berperasaan.

"Eh eh eh!" pekik Rani dan Freya bersamaan.

Setelah Ziva melepaskan rangkulannya dari lengan Xavier, Bastian langsung merangkul bahu temannya. Tersenyum sinis ke arah Ziva. "Masih mending nggak gue tendang lo."

"Bastian gila! Jelek!" teriak Ziva marah-marah dengan ekspresi wajah ingin menangis. Rambutnya sedang dirapihin oleh Freya dan Rani.

Bastian tidak menggubris, terus melanjutkan langkah bersama ketiga temannya.

"Thanks," ucap Xavier.

"Sepuluh juta," balas Bastian membuat Xavier mendengus geli. Menyikut pelan perutnya.

"Anjing!" umpat Bastian balas menyikut dengan cukup keras.

"Bangsat!"

•••

"Kemarin kenapa lo nggak masuk?" tanya Riana saat mereka berlima berjalan di koridor menuju kantin.

"Ada urusan keluarga," jawab Lesya yang tidak sepenuhnya berbohong.

Dangerous NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang