Kelopak matanya perlahan terbuka. Posisinya yang miring diubahnya menjadi telentang, kemudian bangkit dan duduk. Pandangannya mengedar melihat isi ruangan yang tampak asing.
Ini dimana?
Keningnya mengernyit. Rasa pusing kembali datang. Tangannya terangkat memijat pelipis, berharap rasa pusing yang menyiksanya segera mereda. Namun, apa yang dilakukannya tak mengubah apa pun. Kepalanya masih terus terasa pusing.
Terakhir kali yang dia ingat, berada dalam gendongan Xavier. Dibawa masuk ke dalam mobil, lalu tertidur.
Mungkinkah dirinya berada di tempat tinggal cowok itu?
Lesya terbatuk. Merasakan tenggorokannya sangat kering. Dia butuh cairan. Entah sudah berapa lama dirinya tertidur. Saat melihat jam yang menempel pada dinding, sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam.
Shit!
Mulai beranjak berdiri dan melangkah keluar dari kamar. Pandangannya kembali menelusuri setiap sudut dalam ruangan yang di pijakinya. Kini, Lesya tau dimana dirinya berada.
"Quinnsha."
Lesya menoleh cepat. Menemukan sosok lelaki tampan berdiri dibalik pantry. Tersenyum tipis ke arahnya.
"Bisa nggak, nggak usah panggil nama gue yang itu? Nama gue Lesya, akh!" Lesya meringis ketika menghentakan satu kakinya ketika sudah berdiri di hadapan Xavier, kepalanya langsung terasa pusing.
"Nah, kan!" Xavier segera mendekati. Memegang kedua lengan Lesya dan membantunya duduk di kursi pantry. "Makanya jangan ngereog dulu. Udah tau lagi sakit, masih aja kayak maung."
Lesya menukik alisnya tajam, menatap Xavier kesal. Semenjak kejadian di kantin, Xavier jadi sering memanggilnya 'Quinnsha'—nama yang hanya keluarganya saja dapat memanggilnya.
• Flashback On •
Lesya menoleh cepat menyadari pergerakan dari arah belakangnya. Dia menangkap kaki Ziva yang hendak menendang Naura. Menarik kencang kakinya sampai Ziva terjatuh.
"AAA!!!"
"ZIVAAA!!!" Rani dan Freya kompak mendekati Ziva, membantu temannya itu.
"Ziv! Lo nggak papa?" tanya Rani panik melihat Ziva meringis kesakitan.
"Sakit banget, Bego! Pake nanya lo, sialan!" amuk Ziva, menatap Rani kesal.
"Ya-ya 'kan gue nggak tau," balas Rani, mencebikan bibirnya sedih.
Freya memutar bola matanya malas melihat drama sok sedih temannya itu. "Mana aja yang sakit, Ziv?"
Lesya menatap Riana dan Danny. "Kalian bawa Naura ke UKS, ya."
Danny mengangguk. "Oke." Kemudian, menatap Haidar yang hendak ikut juga. "Dar, lo di sini aja sama Lesya."
Haidar yang mau ikut, mengurungkan niat dan mengangguk setuju. "Oke."
Lesya kembali menghadapi Ziva, kali ini ditemani Haidar. Ziva sendiri dibantu kedua temannya berdiri.
"MAU DIBAWA KEMANA TEMEN LO, BANGSAT?! SINI MINTA MAAF DULU SAMA GUE!" teriak Ziva, menatap Lesya nyalang.
Lesya menghela napas pelan. Baginya, Ziva terlihat seperti anak kecil yang sedang kesal pada temannya. Perlu kesabaran ekstra menghadapi tingkah Ziva yang seperti ini.
"Gue sebagai temennya Naura minta maaf karena ucapannya tadi bikin lo sakit hati," ucap Lesya dengan intonasi suara yang terdengar sangat tenang.
Para penonton terdengar kecewa mendengar balasan Lesya. Padahal mereka berharap Lesya yang terkenal lugu, polos dan cupu melawan seorang Ziva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...