Lesya berjalan ke pinggir lapangan dengan napas ngos-ngosan dan keringat membasahi seluruh tubuh. Gadis itu duduk dengan kaki berselonjor dan tangan terulur ke belakang menopang tubuhnya.
Seulas senyuman tipis muncul di wajah cantiknya. Merasa sangat senang akhirnya dia bisa merasakan bermain basket lagi setelah lama tidak diperbolehkan dengan alasan harus fokus belajar di bidang akademik. Mungkin di non akademik hanya bela diri.
"Minumnya."
Sebuah botol air mineral terulur ke arahnya. Lesya menoleh, menerima air pemberian Billy. Meminum isinya sampai tinggal setengah. Membasahi tenggorokannya yang terasa kering, butuh cairan saat dirinya masih berlatih main basket.
Billy ikut ke Indonesia. Menjaga Lesya dari jauh. Tempat tinggalnya pun bersebelahan dengan Lesya.
"Aku ikut lomba di sekolah," ucap Lesya, tersenyum tipis. Walaupun hampir tidak dapat melihatnya, Billy tau Lesya tengah merasa senang. Lelaki itu senantiasa mendengarkan. Billy sudah menganggap Lesya seperti adiknya sendiri. Begitu pula Lesya, menganggap Billy adalah kakaknya.
"Basket, voli sama tarik tambang," lanjut Lesya sambil terkekeh. "Udah lama aku nggak main basket."
"Senang?"
"Banget," jawab Lesya sambil tersenyum membalas tatapan Billy. "Aku baru aja latihan buat ngasah permainan."
"Tanpa perlu latihan kamu sudah jago," ucap Billy.
"Tetep aja aku harus latihan. Aku harus ngasih yang terbaik buat kelas," balas Lesya. Selalu ingin melakukan yang terbaik walaupun dirinya lelah. Dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik membuat gadis itu terbiasa melakukan hal-hal yang membuat orang di sekitarnya bangga.
"Habis ini mau latihan lagi?" tanya Billy.
Lesya menggelengkan kepalanya. "Nggak. Aku capek."
"Tuan Vernon sedang tidak ada di rumah. Kembali ke Canberra sejak semalam," ucap Billy memberitau.
"Weekend juga tidak ada acara. Kamu bisa beristirahat dengan banyak," lanjut Billy.
Lesya tersenyum, menatap senja yang menyapa. Sebentar lagi malam akan datang.
"Mommy?"
"Nyonya Maurel ada di perpustakaan. Akhir-akhir ini nyonya sering menghabiskan waktu untuk membaca jika tidak ada tuan Vernon," jawab Billy dengan sangat jelas.
Mendengarnya, Lesya segera bangkit berdiri. Mengambil handuk kecil yang sejak tadi Billy pegang.
"Oke, thanks infonya," ucap Lesya. Melenggang meninggalkan Billy yang membungkukan tubuhnya sebentar.
Sampai di tempat tujuan, Lesya membuka pintu berwarna cokelat yang menjulang tinggi. Memasuki perpustakaan yang ada di dalam mansion. Rak-rak berjejer dengan sangat rapi. Bau khas buku menguar menyambut kedatangannya.
Lesya tak perlu mencari lama keberadaan sang Mommy. Tampak siluet Mommynya tengah duduk di sofa yang menghadap jendela sedang meminum teh.
"Mom," sapa Lesya membuat Maurel menoleh.
Maurel tersenyum menyambut kedatangan putrinya. "Sayang, kapan kamu pulang?"
Lesya duduk di samping Maurel, sengaja memberi jarak. "Aku udah dari siang di mansion."
"Kenapa jaga jarak sama Mommy? Nggak kangen, hm?" tanya Maurel sambil menyingkirkan anak rambut Lesya yang menempel di pipi.
"Aku abis olahraga, Mom. Badan aku bau. Nggak mau bikin Mommy ketularan bau badan aku," balas Lesya.
![](https://img.wattpad.com/cover/227830195-288-k128779.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Nerd
Fantasy#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...