•| Chapter 18 |•

20 3 0
                                    

Pukul setengah tujuh pagi, Xavier sudah sampai di jalan menuju sekolahnya. Dia melajukan motornya pelan saat melihat seorang gadis yang familiar keluar dari angkutan umum, lalu berjalan di trotoar. Xavier kembali melajukan motornya mendekati gadis tersebut.

"Bukannya lo punya motor?"

"Astaga!" Lesya terkejut bukan main mendengar suara Xavier yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya. Dia sama sekali tidak mendengar suara motor Xavier yang melaju mendekatinya.

Xavier mendengus geli. "Kaget banget kayaknya."

Lesya melepaskan salah satu headset warna putihnya yang terpasang di kedua telinganya. "Lagi dengerin musik tadi. Makanya nggak denger suara motor lo."

"Ouh," respon Xavier. "Lo ada motor, kan?"

Lesya menganggukan kepalanya.

"Kok nggak bawa motor ke sekolah?"

"Lebih seneng jalan kaki," jawab Lesya sambil tersenyum. "Apa lagi kalo pagi-pagi. Sekalian olahraga biar badan gue tinggi."

"Buat ukuran cewek Indo. Lo udah tinggi kali," balas Xavier.

"Massa?"

Xavier menganggukan kepalanya. "Tinggi lo berapa?"

"168," jawab Lesya. "Rencananya mau 170."

"Ketinggian," balas Xavier.

"Nggak papa. Keren."

Xavier terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Entah kenapa dengan Lesya, dirinya bisa santai berinteraksi dengan lawan jenis. Gadis itu memiliki daya tarik sendiri.

Diam-diam Xavier mengamati lebih dalam wajah Lesya. Menyamakannya dengan gadis yang dia temui saat di pesta malam itu.

Yang buat Xavier bingung, kenapa wajah mereka sangat mirip walaupun dari warna bola mata dan rambut terlihat berbeda? Mungkin memang benar apa yang dikatakan gadis di pesta malam itu. Jika, yang kini berdiri di hadapan Xavier bisa saja kembarannya.

Namun, Xavier tidak semudah itu percaya. Kalau kembaran manusia terbagi menjadi tujuh di beberapa tempat yang berbeda. Mengapa wajah mereka sama persis tanpa perbedaan sedikit pun?

Seolah mereka adalah satu orang yang sama, tapi berbeda penampilan di situasi dan kondisi yang berbeda.

Xavier belum pernah sepenasaran ini. Rasa ingin taunya begitu tinggi membuatnya ingin mencari tau lebih dalam tentang Lesya yang mungkin saja ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu tanpa sepengetahuan orang lain.

"Eum, Xavier," panggil Lesya ragu. Sementara, Xavier hanya berdeham dengan alis terangkat satu menyahut.

"Hm?"

"Bisa nggak lo jalan duluan aja ke sekolah?"

Kening Xavier mengernyit bingung. Ini dirinya diusir?

"Kenapa emang? Lo risih?"

Lesya menggelengkan kepalanya cepat dengan wajah panik. "Bu-bukan gitu. Cuman gue malu diliatin fans-fans lo."

Xavier melirik sekitar, membuktikan ucapan Lesya.

Dan benar saja banyak yang merhatikan mereka berdua.

Xavier menghela napas, menatap Lesya kembali. "Sorry, ya. Padahal gue cuman mau ngobrol sama lo."

Lesya mengangkat kedua alisnya, menatap Xavier bingung.

"Soalnya lo mirip seseorang," lanjut Xavier.

Hal itu membuat ekspresi polos dan lugu di wajah Lesya tergantikan oleh raut wajah datar dan mata yang menyorot datar namun tajam, membuat Xavier tersentak walau selanjutnya ekspresi lugu itu kembali muncul.

Dangerous NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang