•| Chapter 15 |•

26 2 0
                                    

Xavier mendongakan kepalanya melihat ballroam hotel yang sudah di dekor sedemikian rupa untuk acara ulang tahun pemilik perusahaan yang bergerak di bidang properti. Di dalam ruangan yang sangat besar itu tampak sangat ramai diisi oleh tamu undangan yang merupakan orang-orang penting baik dari dalam dan luar Negeri.

Pemuda tampan dengan kaos putih dibalut jas abu-abu muda serta celana jeans abu-abu tua tampak berjalan santai di belakang orang tuanya. Sesekali tersenyum saat orang-orang mulai menyapa mereka bertiga dan mulai mengobrol.

"Loh? Ini Xavier?"

Xavier yang sedang mencari seseorang langsung menoleh saat namanya disebut. Lelaki itu tersenyum sopan.

"Udah gede, ya?" kata wanita yang disanggul mengenakan kebaya berwarna pink.

Nella terkekeh, berganti memeluk lengan Xavier. "Iya, dong! Masa mau kecil terus."

Mereka berdua tertawa.

"Sekarang kelas berapa? Sekolah dimana?" tanya wanita itu lagi.

"Masa lupa, sih? Kan, sekarang di sekolah kamu, Kak Jul," balas Nella.

Juliana—wanita berkebaya pink itu melebarkan matanya tak percaya. "Masa, sih? Emang iya, Yah?" tanyanya pada sang suami.

"Iya, Ma," jawab Darmawan.

"Ayah, inget sama Xavier emang?"

"Inget. Sering dihukum di sekolah. Pak Dika sering cerita soalnya," jelas Darmawan membuat Nella mendelik ke arah Xavier. Sedangkan, pemuda yang jadi topik pembahasan para orang tua meringis malu.

"Tapi, nggak papa. Namanya juga masih muda," ucap Darmawan lagi.

"Kalau nakal lagi, suruh aja bersihin comberan," ucap Damian memberi saran.

"Ih, jangan! Nanti anak kamu bau tai," protes Nella tidak terima.

"Siapa suruh anak kamu nakal," balas Damian sewot.

Nella berkacak pinggang, menatap suaminya tajam. "Emang kamu dulu nggak nakal?"

Xavier, Juliana dan Darmawan menggelengkan kepala sambil tertawa pelan. Sudah tidak heran.

"Dulu mah, rencana kita kalau anak kamu cewek mau dijomblangin ya, Nel," ucap Juliana.

"Iya, sayangnya anak aku cowok," balas Nella sedih. "Manaan nggak pernah pacaran lagi. Aku takut anak aku belok."

Xavier mendelik, protes. "Aku masih normal, Bun. Emang belum nemu yang cocok aja."

"Lah? Bukannya kamu pernah pacaran sama si Sinta waktu kelas sembilan SMP?" tanya Damian dengan kening berkerut.

"Sejam doang. Soalnya aku nggak bisa suka sama dia," Xavier menjelaskan.

"Ya ampun, sama anak aku aja yang paling kecil. Sayangnya dia baru masuk SMP," celetuk Juliana.

Xavier mendelik hendak protes. Masa iya dia sama bocah SMP?! Nanti dikira pedofil.

"Dario nggak diajak, Tan?" tanya Xavier basa-basi. Menghindari topik tersebut sebelum makin melebar dan diseriusin sang Bunda.

"Pake 'Kak', dong! Dario 'kan lebih tua dua tahun dari kamu," kata Nella menegur.

"Nggak papa, Nel. Namanya cowok kalo manggil temennya jarang pake embel-embel, langsung nama," ucap Juliana.

Xavier menipiskan bibirnya, tersenyum hambar. "Maaf, Tante."

"Nggak papa, ish!" balas Juliana. "Dario ikut. Tapi, lagi nemenin si unyil ambil makanan."

Dangerous NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang