•| Chapter 6 |•

52 3 1
                                    

Seorang pemuda tampan dengan tinggi badan 185 cm baru saja memakirkan motor sport berwarna hitamnya di parkiran. Melepaskan helm dari kepala membuat rambut tebalnya tertiup angin. Dia menyugar rambutnya ke belakang dengan kelima jarinya. Tidak sadar aksinya tersebut membuat cewek-cewek yang ada di sana menjerit heboh.

Xavier turun dari atas motor, memandangi lingkungan sekitar, melihat banyaknya pedagang pinggir jalan dan beberapa rumah besar di sebrang jalan.

Cowok itu mulai melangkah memasuki lapangan yang kini sudah ada teman-temannya duduk di tribun. Dia datang terlambat karena membantu Bundanya sebentar, baru bisa ke sini setelah tugasnya selesai.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba!" seru Ruben sambil makan sosis bakar. "Mau?"

Xavier menggelengkan kepalanya, menolak.

"Nih, minum. Biar semangat buat main," ucap Kenzie seraya memberikan minuman dingin rasa kopi pada Xavier. Cowok itu menerimanya, kemudian mengambil tempat duduk di antara Kenzie dan Bastian.

"Tempat masih luas, anjir. Ngapain sih lo pake nyempil," dumel Bastian sambil bergeser dengan mulut penuh. Acara makan somaynya terganggu karena kejahilan Xavier.

"Dia mau deket sama gue," sahut Kenzie dengan percaya dirinya.

"Ya udah deh, nggak jadi." Xavier hendak beranjak berdiri. Namun, segera ditahan Kenzie.

"Becanda elah, ngambekan banget lo kayak cewek."

"Main sama siapa kita nanti?" tanya Xavier. Tangannya terulur mengambil satu sosis bakar milik Ruben yang tinggal satu.

"Tadi, nggak mau lo," dengus cowok itu kesal.

"Tadi, kan. Sekarang mah mau," balas Xavier sambil memakan sosis bakar tersebut. Lalu, menoleh memandang Bastian.

Bastian yang tau arti tatapan itu segera memasukan siomay yang tinggal satu ke dalam mulut. Membuat pipinya menggembung.

"Abwis," katanya.

Xavier mendengus kesal. "Pelit. Awas aja. Pulang sendiri."

"Gue bawa motor ya, monyet," sengit Bastian. "Uhuk!"

"Nah, kan. Nah, kan!"

"Nihhh." Kenzie memberikan sebotol air mineral dingin pada Bastian yang langsung diterimanya dengan cepat.

"Hari ini kita main sama anak Angkasa," jawab Kenzie.

"Kenapa nggak di lapangan biasa?" tanya Xavier lagi.

"Udah diisi sama anak sekolah lain. Kalah cepet gue datengnya."

Xavier manggut-manggut sambil melihat teman-temannya yang sedang bermain basket di lapangan. Sementara, dirinya, Kenzie, Bastian dan Ruben memilih duduk di tribun.

Taksa dan Daniel tampak rebutan bola basket. Garry berdiri menunggu di bawah ring dengan wajah bosan. Sesekali cowok itu akan berseru 'buruan' saat melihat Taksa dan Daniel malah becanda.

"Eh eh eh! Entar dulu woi!" seru Natha sambil berlari memegangi kepalanya seolah ada gempa. "Ada kucing nih, comel banget. Ati-ati nanti bolanya kena dia langsung geger otak!"

Natha berhasil berdiri di dekat kucing persia berbulu putih dan bersih itu. Dia menggendongnya dengan senyuman lebar. Tampak sangat senang dan jatuh cinta melihat kucing lucu dalam gendongannya saat ini.

Cowok itu berbalik ke arah teman-temannya mau pamer. "WOI! KUCINGNYA LUCU BA—"

Bugh!

"—Anjiing!" umpat Natha saat bola basket nyasar ke kepalanya. Cowok itu sampai limbung beberapa saat dan kembali berdiri tegak.

Dangerous NerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang