Xavier berjalan memasuki kelas membawa sekantong plastik berukuran besar di tangannya. Meletakannya di atas meja yang kini diisi Hera—sang ketua kelas, Bastian, Garry dan Daniel. Xavier ikut bergabung dan duduk di samping Garry.
"Buset, banyak banget," Mata Hera melebar melihat banyaknya mentahan minuman dingin yang akan anak kelasnya jual saat bazar besok.
Garry dan Daniel ikut melihat apa yang ada di dalam plastik. Mata mereka sama-sama berbinar melihat banyaknya serbuk minuman yang dibeli Xavier. Ingin sekali membuatnya sekarang.
"Lo beli berapa bungkus, Xav?" tanya Bastian. Duduk bersandar dengan tangan terlipat di depan dada.
Xavier yang sedang main ponsel, melirik. "Nggak tau, lupa. Itung aja sendiri."
"Sabi kali serenceng buat bikin sekarang," ucap Daniel sambil cengengesan.
"Nanti aja pas kita selesai acara bazarnya," ucap Hera, menarik plastik tersebut ke arahnya. Takut beneran diambil Daniel. "Di rumah siapa kek gitu?"
"BASTIAN!" sebut Daniel dan Garry kompak dengan suara keras mengundang anak kelas menatap ke arah mereka.
Hera menatap Bastian menunggu jawaban dari cowok itu. Yang ditatap memasang ekspresi datar.
"Terserah," katanya membuat senyum Hera mengembang.
Hera menatap Xavier. "Ini totalnya berapa, Xav?"
"Lupa gue," jawab Xavier.
"Kan, ada struk belanjanya," balas Hera.
"Udah nggak papa. Dibayarin Xavier," sahut Garry seenak jidat.
"Jangan gitu. Kita 'kan ada kas kelas. Belinya harus pake kas kelas. Kemarin 'kan ditalangin dulu sama Xavier," ucap Hera.
"Kas kelasnya bakal jalan-jalan ke Bali, Bun," ucap Daniel membuat Garry dan Hera tertawa.
"Nggak cukuplah," balas Hera.
"Kalo kurang ditambahin Xavier sama Bastian," ucap Garry lagi-lagi menumbalkan kedua temannya yang punya duit banyak. Dia juga sebenarnya termasuk anak konglomerat, tapi pelitnya naujubillah. Lebih suka ditraktir dari pada ngeluarin uang sendiri. Sama kayak Daniel. Kalo mau ngeluarin duit tuh rasanya berat banget kayak lagi nanggung dosa.
"Bastian sama Xavier mulu lo," ucap Hera sambil terkekeh, lalu kembali menatap Xavier. "Xav, mana struk belanjaannya?"
"Lupa gue narohnya dimana. Ilang kayaknya," jawab Xavier yang nggak mau repot diganti atau nggak uangnya.
"Biasanya sih di dompet," celetuk Garry. Tau banget. Soalnya sering nemenin Xavier belanja bulanan, udah gitu struk belanjaannya selalu di simpan di dompet sampe banyak. Nggak tau buat apaan, tapi pada akhirnya tetap dibuang kalo udah sempit.
"Mana sini dompet lo, Al?" pinta Daniel sambil menengadahkan tangannya.
Xavier berdecak kesal. "Dibilang nggak ada," katanya, tapi tetap nurut mengambil dompet dari dalam saku celana dan memberikannya pada Daniel. Sama sekali nggak takut uangnya diambil teman-temannya, padahal Daniel dan Garry sering ngambil uangnya buat jajan, tapi tetap ngelapor kalo udah abis di jajanin.
Daniel menerimanya, lalu membuka isinya. Dan benar saja banyak struk belanjaan di dalam dompet Xavier.
Garry tertawa. "Demen banget temen gue nyimpen sampah."
"Lupa buang itu," ucap Xavier dengan wajah keruh.
Daniel mengeluarkan semua struk, mengembalikan dompet pada pemiliknya. Bersama dengan Hera dan Garry mereka mencari struk belanjaan Xavier semalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Nerd
Fantasía#AREGAS SERIES 2 Lesya yang merupakan seoarang cold girl yang memiliki mata setajam elang dan disegani anak buah Papanya berubah menjadi gadis cupu yang masuk ke dalam sekolah swasta elite dan terkenal di Ibukota untuk mencari tau alasan meninggalny...