A/N
Hai readers!!
Satu hal yang paling bikin semangat up itu adalah vote dari kalian. Gak rugi juga kan, apalagi kalau kamu memang ngikutin ceritanya, boleh lah kita kerjasama...Paket komplit juga boleh: vote, komen, and follow🥰🥰
Selepas menemani Ino memilih gaun, Sakura harus pamit lebih dulu. Niat hati ingin berlama-lama dengan kedua sahabatnya tapi, Kakashi membuat niatan itu kacau dengan menyuruhnya datang ke Kantor Hokage secepat mungkin.
Menyusuri keramain desa Konoha, dengan cuaca lumayan panas. Siang hari memang termasuk musuh baginya, selain membuat lebih cepat lelah karena cuaca panas, dia juga gampang emosi kalau sedang kepanasan dan akhirnya ada Naruto atau Sai yang akan jadi sasaran amarahnya.
Tapi kalau dipikir-pikir, sudah lama sejak Sakura tidak merasakan terik matahari yang menyilaukan seperti ini.
Di Amegakure hanya ada hujan dan hujan. Terkadang pula, matahari akan ikut muncul malu-malu di sela gerimis yang turun.
Dengan itu, rasa rindu muncul dihatinya.
Ah, benar.
Dia juga jadi merindukan laki-laki itu.
Yahiko.
Hari-hari sebelum Sakura kembali ke Konoha, mereka jarang bertemu.
Kesibukannya di Rumah Sakit menyita hampir seluruh waktunya, belum lagi Yahiko yang semakin sering pergi ke luar desa demi penyelidikan asal mula wabah yang belum tuntas.
"Kau akan pergi pagi?"
"Kenapa?"
Lelaki di depan Sakura itu menghela nafas gusar.
"Besok pagi, Sasori mengajakku ke perbatasan. Ada yang harus kami selidiki di sana. Kami juga akan menemui beberapa orang yang cukup mencurigakan."
Sakura diam, kemudian mengalihkan pandangan pada rerumputan hijah di belakang Lelaki itu. "Souka.." lirihnya.
Keadaan hening diantara mereka.
"Tidak bisa sore hari? Atau besoknya? Kemungkinan Aku bisa mengantarmu sampai Konoha."
"Tidak," Sakura menggeleng, menatap lelaki itu dalam. "Saat ini desamu sedang tidak baik-baik saja, lalu bagaimana mungkin kau bisa pergi meninggalkan desa hanya untuk mengantarku yang bukan siapa-siapa? Warga bisa kecewa."
"Sakura.."
"Tidak masalah, kau bisa mengantarku sampai gerbang. Aku akan pergi sore hari, jadi pastikan kau kembali sebelum aku pergi, ne?"
"Hm, aku berjanji."
Sakura tersenyum lalu berdiri dari duduknya diikuti lelaki itu.
"Jaga dirimu baik-baik ya, selama aku pergi. Jangan telat makan dan usahakan tidur yang cukup! Kau ini kalau sudah sibuk kerja, tidur saja lupa."
"Yayaya, itulah gunanya kau, kan?"
"Hei! Aku kan bukan pengasuhmu!"
"Hahaha, lalu siapa? Istriku?"
"YAHIKO BAKA! SHANNAROO!"
Lelaki dengan surai orange itu tertawa keras, berlari menghindari amukan dari sosok gadis merah muda yang berusaha mengejarnya.
Keduanya berlari kejar-kejaran, dibawah rintik hujan dan bulan yang bersinar redup.
"Perhatikan langkahmu, Sakura."
"Ehh!"
Sakura meringis, mengusap jidatnya yang membentur tiang di depan kantor Hokage.
"Kenapa melamun? Merindukan seseorang, eh?"
Gadis itu mendelik, menatap sinis sosok Nara Shikamaru yang berdiri tak jauh darinya.
"Atau yang lain?" Shikamaru kembali berbicara, mengangkat alisnya menggoda Gadis itu.
"Ck! Urusi saja rambut nanasmu itu! Dasar mendokusai!!"
"Itu kata-kataku!"
"Yayyaa..." Sakura meyahut malas, memilih memasuki Gedung Hokage tanpa menghiraukan Lelaki itu lagi.
Sakura mengetuk pintu, sesaat setelah Kakashi memberinya ijin, dia membuka pintu dan masuk ke dalam.
"Wah, sudah lumayan berubah ya, hanya tumpukan kertas ini yang semakin tambah tahun rasanya semakin menumpuk..." Sakura menepuk tumpukan kertas yang dekat dengannya, menggeleng ringan membayangkan seberapa pusing Kakashi menghadapi semua ini.
"Yeah, sudah hukum alam."
Kakashi menautkan tangannya di depan dada, menatap mantan muridnya itu dengan senyum datar.
"Sudah tahu apa yang ingin kusampaikan?"
"Aku bukan pembaca pikiran," Sakura mendudukkan dirinya di sofa tamu, ikut mengambil pose yang sama dengan Kakashi. "Lagian Sensei, Ino saja butuh waktu untuk menebak pikiran orang lain." Lanjutnya malas.
Kakashi terkekeh, diambilnya sebuah gulungan yang baru tiba di Konoha pagi tadi. "Bacalah.." Diulurkannya gulungan itu pada Sakura.
"Apa ini?"
"Baca saja."
Gadis surai pink itu mendelik kecil, sama sekali tidak menyukai sifat sok misterius mantan Senseinya itu.
"Dengan ini, Saya selaku pimpinan dari Desa Amegakure, Yahiko Pein. Sehubung dengan kerjasama yang Konoha dan Amgekure lakukan, juga pengabdian Haruno Sakura di Desa saya, saya mengucapkan terima kasih. Namun, dengan berat hati Saya akan mengembalikan yang bersangkutan, demi penyelesaian masalah yang sedang kami alami saat in—HAH?"
Sakura berdiri, sepontan berteriak setelah sadar apa yang barusan dengan keras dia baca. Maniknya menatap Kakashi tajam, meminta penjelasan lebih lanjut.
"Tenang dulu—"
"Bagaimana aku tenang sensei! Aku kembari karena pernik— jangan bilang pernikahan Ino dan Sai ini hanya pengalihan? Sensei tolong jujur padaku.." Suara Sakura semakin lirih di akhir.
Kakashi sudah menduga hal ini. Maka dengan tenang dia berdiri, menghampiri Sakura. Dituntunya gadis itu kembali duduk.
"Aku akan menjelaskannya setelah kau tenang." Katanya tegas.
"Tap-tapi kenapa begini sensei.." Gadis itu sudah hampir menangis.
"Kau tahu kan, kalau sampai sekarang pun Akatsuki belum juga menemukan titik terang asal dari wabah itu?"
"Hm."
"Di hari yang sama denganmu pergi, mereka menemui orang-orang di selatan Amegakure. Maaf, aku tidak bisa mengatakan apapun. Tapi ini semua demi keselamatanmu juga, Yahiko tidak mau kau terlibat dengan urusan mereka, bagimanapun kau adalah warga Konoha dan radanya tidak adil kalau kau terkena imbasnya." Kakashi menjeda, menatap Sakura lamat. "Setelah urusan mereka selesai, kerjasama ini akan dilanjutkan. Kau bisa kembali ke sana dan melanjutkan tugasmu yang belum selesai, ne?"
"Tapi sensei..."
"Sudah, sudah! Lagi pula, kau tidak merindukan dia? Sudah lama kau tidak berkunjug, kan?"
"Aa, benar juga." Sakura tersenyum tipis.
"Maka temuilah dia, ceritakan hari-harimu di Ame padanya. Katakan juga siapa yang akhirnya berhasil merebut tahta diharimu darinya."
"Sensei!!!"
"Hahahha, tidak usah mengelak. Aku tahu muridku kalau sudah jatuh cinta itu seperti apa!"
"SENSEI BAKA!!!!!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours | Sakura × Yahiko Pain
FanfictionKarena pada dasarnya, masa lalu ada bukan untuk dilupakan, tetapi sebagai pembelajaran di masa depan. Walau ragu, Sakura mencoba membuka hatinya lagi, untuk laki-laki yang sudah sejak lama memperhatikannya. Laki-laki dengan sejuta misteri, Yahiko Pa...