Bagian 32

461 42 4
                                    


Hidan menutup pintu ruangan Yahiko, lalu melangkah mendekali ketuanya yang tengah duduk di kursi kerja miliknya. Ia duduk dihadapan Yahiko, menatap wajah ketuanya itu tenang.

"Sebentar lagi, mungkin kita sudah bisa mulai mengakhiri kerja para relawan."

"Souka? Baguslah, aku bersyukur keadaan Desa kita sudah bisa dikatakan kembali normal."

Hidan mengangguk kecil, menyandarkan tubuhnya pada kursi. Kini menatap Yahiko dengan senyum penuh arti.

"Bagaimana kalau Tim dari Konoha yang lebih dulu?"

"Hm?" Yahiko yang tengah memeriksa sebuah laporan langsung mendongkak, menatap Hidan.

Melihat raut wajah penuh ejekan dari lawan bicaranya itu, seketika Yahiko paham apa maksud omongan laki-laki itu.

"Kenapa?"

"Apanya?" Beo Hidan santai.

Yahiko menghela nafas, ikut menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kalian tahu bagaimana hubungan kami?"

Hidan mengangguk. "Tentu saja, apalagi sejak kalian diam-diam keluar semalam dan mesra-mesraan di supermarket 24 jam." Hidan mamandang takjub. "Hebat sekali..."

"Ck! Kau iri?"

Hidan sontak tertawa, memegang  perutnya yang menengang seketika. "Aduhh aduh! Bos! Untuk apa aku iri? Aku punya istri yang bisa langsung kuhap kalau ingin." Jawabnya lucu sendiri.

Yahiko mendelik, "Kau pikir istrinmu apa, ha?" Ujarnya merasa aneh dengan kata yang dipakai Hidan.

"Intinya kaulah yang seharusnya iri Bos! Kami sudah tercatat sebagai pasangan yang sah! Haha, atau kau mau menyusul???" Hidan kembali tertawa lagi.

Yahiko tidak menanggapi itu. Otak Hidan memang tidak waras. Tidak, semua bawahannya itu memang tidak waras kalau sudah urusan menggodanya. Bukankah itu sikap yang sangat kurang ajar?

"Pergilah sebelum aku membuatmu kerja jauh sangat lama dan berpisah dengan istrimu itu." Ancam Yahiko tenang.

Tapi Hidan seketika terdiam. Menatap malas Yahiko. "Tidak asik!" Protesnya kesal. Lalu beranjang berdiri, menatap Yahiko sekali lagi sengit, lalu berbalik badan dan kekuar dari ruangan itu.

Tapi sebelum Ia menutup pintu, kepalanya Ia masukkan lagi, menatap Yahiko kembali. "Si pinky itu banyak yang mengincarnya Bos! Kalau kau lama bergerak, siapa tahu malah Itachi yang mendapatkannya." Katanya pura-pura serius.

Kemudian kembali berdiri tegak dan menutup pintu karena takut terkena lemparan buku dari Yahiko.

Hidan terkekeh, segera meninggalkan kawasan ruangan Yahiko. Walau dalam hati Ia bergidik ngeri kalau saja ucapan asalnya tadi benar. Ia tidak bisa membayangkan kalau malah Itachi lah yang jadinya dengan Sakura, bukan Yahiko.

"Aku yakin akan ada perang dunia selanjutnya." Gumannya jadi was-was. "Semoga saja tidak!"

....

Yahiko meregangkan otot-ototnya yang kaku. Berdiam diri kerja di ruangan saja ternyata melelahkan juga. Belum lagi ia harus duduk membaca laporan sampai berjam-jam.

"Apa dia sudah makan?" Guman Yahiko, entah bertanya pada siapa.

Kemudian laki-laki itu membereskan sisa laporan yang belum sempat Ia periksa, menyusunnya jadi satu tumpukan dan meletakkannya di susut meja. Sementara laporan yang sudah Ia periksa, Ia letakkan di dalam kardus khusus yang nanti akan dibawa Sasori atau Deidara, guna diperiksa lebih lanjut.

I'm Yours | Sakura × Yahiko Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang