"Ano..." Tobi melirik Sasori, meminta bantuan laki-laki itu dengan matanya. "Maksudnya kami ada rapat penting sebentar lagi, haha, iya kan, Saori??? Jadi maaf kalau Yahiko tidak punya banyak waktu, begitu...." lanjutnya begitu Sasori tampak tidak bisa membantu.Sasori berhedem pelan, hanya berguman 'hmm' sebagai jawaban.
"Aa, souka? Maaf kalau kedatangan kami tidak tepat waktu. Kami akan membuat laporan singkat saja." Saut Shikamaru. Sakura di sebelahnya mengangguk setuju. Walau kini gadis itu hanya memandang ke arah meja kerja Yahiko.
"Silahkan." Balas Yahiko singkat.
"Setelah melakukan beberapa pengecekan di utara, kami berpendapat tempat itu sudah clear dari Wabah. Terbukti dari pengecekan secara resmi oleh tim medis dan beberapa relawan khusus. Dari hasil kerja Tim kami di Rumah Sakit, kami bisa mengatakan warga yang terjangkit terakhir kali sudah sembuh sekitar 50% dan sudah terbukti oleh riset laboratorium. Dengan itu pula, kami bisa menyatakan bahwa Amegakure sudah bisa keluar dari zona berbahaya. Terima kasih."
Yahiko menghela nafas lega. Walau dalam hati ada sesuatu yang benar-benar ingin ia tanyakan pada satu-satunya perempuan di ruangannya itu, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat. "Syukurlah kalau begitu. Setelah laporan dari semua tim kami terima dan tim riset mengabarkan hal baik juga, kami akan rapat untuk merundingkan masa kerja kalian di sini. Agar setidaknya nanti warga bisa lebih tenang beraktivitas, tolong bantu kami mengedukasi mereka juga."
Shikamaru melirik Sakura, menyenggol kecil lengan gadis itu. Membuat sang empu menoleh dan segera paham maksudnya.
"Tentu, Yahiko-san. Kami akan mengedukasi para warga di sini, setelah keputusan akhir dari kalian kami terima. Terima kasih sebelumnya, sudah mempercayai tim kami untuk melakukan riset lebih dalam." Balas Sakura. Sedikit mengangkat pandangannya walau tidak langsung bertatapan dengan manik rinnegan itu.
"Sepertinya aku ada urusan mendadak, aku menemui Deidara dulu, permisi." Celutuk Sasori tiba-tiba. Tanpa menunggu jawaban apapun langsung melesat pergi dengan cepat.
Tobi mendelik, mau ikut beranjak tapi lirikan Yahiko padanya membuat kedua kakinya seketika kaku, tidak mau bergerak. "Biar aku mempersiapkan rapat kita, Bos.." Katanya pelan.
"Nanti saja." Putus Yahiko. Ia kembali menatap Shikamaru, "Terima kasih atas laporannya. Kau bisa pergi dan Sakura," Lalu beralih menatap Sakura. "Bisakah kita bicara sebentar? Lima menit saja." Tanyanya kemudian.
Shikamaru berdehem, membungkukkan badannya sopan pada Yahiko dan Tobi, lalu berbalik badan berlalu dari ruangan itu. Sebelum pergi, ia sempat memberi senyum tipis pada Sakura.
"Apakah aku–"
"Kau juga keluar tobi, siapkan rapat untuk kita nanti." Potong Yahiko lagi. Kini berdiri dari duduknya.
Tobi mendelik. Tapi tidak bisa protes. Alhasil ia hanya mengikuti perkataan Yahiko, keluar dari ruangan itu juga. "Kalau kau merasa terancam, teriak saja ne, Sakura." Celutuknya asal pada Gadis pink itu sebelum berlari keluar, mengindari amukan Yahiko.
Menyisahkan sosok gadis surai pink yang kini tengah dilanda kegugupan luar biasa dengan dekat jantung sudah tidak bisa lagi diprediksi kecepatannya. Sementara yang membuat ulah tengah berdiri menghadap kearah gadis itu, bersandar pada dinding di belakangnya dengan bersedekap dada. Juga tatapan tajam dan dalam laki-laki itu.
"Lima menit akan habis." Guman Sakura pelan, tapi cukup jelas untuk keduanya dengar.
"Apa kau marah padaku?"
"Marah?" Beo Sakura bingung. Kini pandangannya terangkat, membalas tatapan Yahiko.
"Sejak kehadiranmu kemari. Sikapmu cuke bahkan terkesan hampir sama dengan yang lainnya. Kau seolah baru pertama kali ke sini, Sakura.." Jelas Yahiko panjang lebar, nadanya memelan di akhir dengan tatapannya yang berubah sendu.
"Ak-aku–"
"Apa aku membuat kesalahan?" Tanya Yahiko lagi, memotong kata-kata Sakura.
"Aku tidak tahu apa yang salah Sakura. Kabar dari Konoha datang padaku, mengatakan kalau mereka akan mengirim tim bantuan yang lain. Begitu senangnya aku melihat namamu ada dalam tim itu." Yahiko melangkah, mendekati gadis itu. Hingga berhenti tepat di depannya, saling berhadapan dengan jarak cukup dekat. "Betapa kecewanya aku melihatmu berjalan begitu saja setelah kedatangan kalian pertama kali dua hari yang lalu. Kau bahkan tidak melirikku, Sakura. Apa aku semengecewakan itu?" Katanya berakhir melirih di akhir.
"Ak-aku," Sakura tidak tahan. Ia menunduk, meremas jemarinya yang bertaut. "Aku tidak tahu." Jawabnya.
"Tidak tahu? Apa yang tidak kau ketahui?"
"Aku tidak tahu!" Seru Sakura kemudian. Memundur dengan nafas tersenggal. Air matanya mungkin akan keluar sekali saja ia berkedip. "Aku tidak tahu apa-apa! Kau mengatakan Kakashi-sensei yang mengutusku untuk kembali ke Desa! Sampai di sana aku dipermainkan dengan pernikahan konyol yang ternyata hanya omong kosong! Bahkan setelah mendapat suratmu, apa??? HAH??? APA AKU SEBURUK ITU? APA AKU SELEMAH ITU?"
"Jangan!" Potong Sakura saat Yahiko tampak akan bersuara. "Aku lemah kan? Aku bahkan tidak bisa menjaga diriku. Benar kan? Itulah alasanmu memulangkanku Yahiko! Kau bahkan tidak pecaya padakuu shannaroo!!!! KAU SAMA SAJA DENGAN MERAKA! SELALU MENGANGGAP AKU LEMAH!! KALIAN SAMAA SHANNAROO!!!"
Air mata Sakura sudah tidak bisa lagi ia tahan. Mengalir deras sampai pandangannya kabur. Ia perlahan merosot ke lantai, terduduk lemas dengan air mata yang terus keluar. Tidak peduli seberapa jelek wajanya saat ini, Sakura hanya ingin menangis.
"Sakura..."
"Aku lemah. Aku bahkan tidak bisa menandai dengan benar obat hasil buatanky sendiri." Lirih Sakura.
"Aku lemah kan?? IYAKAN??!"
Yahiko ikut duduk, menarik cepat tubuh Sakura ke pelukannya. Mendekap erat tubuh gadis yang entah sejak kapan sudah seperti nyawanya itu, tubuh yang kini bergetar hebat. Mendekap penuh sayang dan rasa perasaan bersalah luar biasa.
"Aku minta maaf." Lirih Yahiko di telinga Gadis itu. "Aku minta maaf, hm? Aku salah, aku benar-benar salah. Aku hanya takut kau terluka. Aku takut mereka menyerangmu karena tahu kita dekat. Aku-aku takut kau terluka..." Jelas Yahiko masih melirih di telinga Sakura.
Walau tangisan gadis itu belum berhenti. "Tolong jangan menjauhiku lagi. Bahkan untuk merencanakan kepulanganmu ke Konoha waktu itu saja hatiku sudah hancur." Sambung Yahiko lagi.
"Tolong jangan diam padaku lagi, Sakura."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours | Sakura × Yahiko Pain
FanfictionKarena pada dasarnya, masa lalu ada bukan untuk dilupakan, tetapi sebagai pembelajaran di masa depan. Walau ragu, Sakura mencoba membuka hatinya lagi, untuk laki-laki yang sudah sejak lama memperhatikannya. Laki-laki dengan sejuta misteri, Yahiko Pa...