Bagian 29

438 61 0
                                    


Pada akhirnya Sakura juga tidak tahu harus menjawab seperti apa. Ia ingin menyanggah kata-kata Sai, tapi di sisi lain ia takut kalau ternyata perkataan Sai itu benar untuknya.

"Aku salah?" Tanya Sai lagi.

Sakura menggeleng. "Tidak tahu. Perasaanku padanya jelas bukan hanya sekedar ada saja. Tapi... Kau juga tahu seberapa sulit aku melupakan Sasuke-kun. Bahkan rasanya seperti aku mengkhianatinya sejauh ini."

Sai maju, "Sakura?" Jongkok di depan Gadis pink itu. "Tolong jangan seperti ini. Aku, Ino, Kakashi-sensei, bahkan.. Naruto dan teman kita yang lainnya tidak ingin melihatmu begini. Perasaan cintamu itu tidak salah. Tapi sekarang terasa salah karena yang kau cintai sudah tidak ada lagi. Kau masih boleh mencintainya sedalam apapun. Tapi... hey! Kau masih hidup! Kau perlu melanjutkan kisahmu, Sakura. Ayolah.." Ujar Sai panjang lebar, mencoba tidak menaikkan nada suaranya.

Sai menatap tepat manik Sakura. Mencoba menyelami dalamnya manik emerland sahabat wanita satu-satunya itu. Betapa dulu ia sangat menyayangkan sikapnya yang kadang kerap membuat Sakura emosi dan berakhir memukulnya, tapi terkadang Sai juga merindukan momen seperti itu lagi. Sakura sekarang hanya sekedar mendelik atau diam saja saat ia goda. Bahkan tawanya tidak selepas dulu. Sai merasa melihat dirinya dulu pada Sakura yang sekarang.

"Kau seperti mayat hidup? Kau tahu?" Celutuk Sai tiba-tiba.

Sukses membuat Sakura mendelik. Perasaan harunya karena kata-kata perhatian Sai tadi lenyap seketika. "Baka!" Protes Sakura. "Yang mayat hidup itu, kau! Senyummu saja palsu Malah mengatai orang lain." Ejeknya geli sendiri.

"Benarkah??? Wahh, padahal senyumku ini manis sekali." Bantah Sai bercanda.

Kemudian keduanya tertawa bersama. Sampai Ino berlari mendekati mereka, diikuti Yanato dan Shikamaru menyusul di belakang gadis itu.

"Asik sekali sepertinya." Ujar Yamato ikut duduk di sebelah Sakura.

"Namanya anak muda kapten." Cetus Shikamaru membalas ringan. Ia berdiri di belakang Sakura dan Yamato duduk.

"Ck! Kau berbicara seolah kau sudah tua Shika! Dasar pemalas!" Protes Ino kesal. Berkacang pinggang menatap sahabatnya itu garang.

"Yayayaya, kau menang. Hahh... mendouksei.." Kata Shikamaru mengalah.

"Kan!" Ino berteriak kesal.

Yang lainnya tertawa melihat interaksi dua sekawan itu. Kalau perdebatan Ino dan Choji masalah makanan, kalau dengan Shikamaru, Ino akan sering memperdebatkan sikap ogah-ogahan keturunan Nara itu.

"Jangan ber–"

"Asik sekali." Celutuk lain datang dari arah belakang Sakura, Shikamaru dan Yamato.

Juga seperti mengulang kata-kata Yamato tadi. Membuat ketiganya berbalik badan bersamaan, sementara Ino dan Sai tertawa sungkan.

Sasori dan Hidan mendekat kearah mereka.

"Kau berhasil membuat ketua kami kehilangan fokusnya di detik-detik terkahir, pinky!" Seru Sasori memberi tahu dan diangguki oleh Hidan.

"Souka? Aku melihat Yahiko-sama seperti biasa saja." Saut Ino menyela lebih dulu.

"Kau saja tidak fokus." Ejek Shikamaru terang-terangan.

"Ck! Diam kau!"

"Kalian sudahlah...." Tegur Yamato menengahi. Merasa tidak enak dengan dua anggota Akatsuki itu.

"Jadi... Kau pergi ke mana, Sakura?" Tanya Hidan kini.

Sakura melirik Sai, tidak enak juga menyebutkan nama laki-laki itu. "Hanya ada urusan mendadak Hidan-san. Kebetulan Sai menerima surat dari Konoha dan aku ikut membuka pesan itu." Katanya mencoba memberikan alasan paling masuk akal.

"Benarkah?" Tanya Sasori tidak yakin. Bagaimanapun tidak ada laporan padanya mengenai ada surat masuk.

"Baiklah kalau begitu, tidak masalah. Lagian di akhir tadi hanya sekedar ucapan terima kasih dan simpulan saja." Sela Hidan menengahi. Tersenyum tipis pada Sasori.

Setelah itu keduanya pamit pergi. Menyisakan kembali tim Konoha di sana. Mereka bernafas lega bersama-sama. Terutama Sakura dan Sai yang jelas sadar kalau mereka berbohong pada kedua orang itu.

"Pesan dari konoha, eh? Dasar!" Ejek Shikamaru santai.

Sai mendelik, memilih menarik tangan Ino pergi dari sana. "Kami pergi duluan." Katanya berpamitan.

Sakura ikut berdiri. "Bagaimana kalau kita kembali juga? Kiba harus kuperiksa lagi dan sepertinya Tenten juga sudah kembali ke penginapan." Ajak Sakura pada Shikamaru dan Yanato.

Shika mengangguk diikuti Yamato lalu ketiganya ikut pergi dari sana, kembali ke penginapan. Dalam perjalanan mereka hanya berisi obrolan santai, juga penjelasan Shikamaru mengenai masa kerja mereka selama di sini akan habis sebentar lagi.

"Apa kau akan ikut kembali dengan kami, Sakura?" Tanya Yamato.

"Tidak tahu Kapten." Jawab Sakura lesu. "Kakashi-sensei belum menjelaskan apa-apa mengenai kontrak kerjaku di Ame apakah dilanjut atau habis. Dia hanya mengatakan kalau aku harus baik-baik saja dimanapun."

"Sepertinya dia membutuhkan istirahat. Pekerjaannya sangat banyak dan semakin banyak saat sudah menjadi Hokage. Bahkan aku tidak yakin, Kakashi-sama bisa tidur walau sebentar di siang hari." Saut Yamato mengingat-ingat Kakashi.

"Tetap aja ada waktu untuknya membaca buku haram itu." Bantah Shikamaru memecah suasana, jadinya mereka sama-sama mengeluhkan kebiasaan buruk Hokage mereka itu.

"Tidur tidak sempat, baca buku haram sempat. Kau harus membuang buku-buku itu Shika! Ajak Naruto, lakukan diam-diam." Usul Sakura mengebu-ngebu. Meninju udara semangat.

"Naruto?" Beo Shikamaru bingung. "Yang ada, dialah yang jadinya mengoleksi buku-buku itu!" Protes Shikamaru, merasa konyol dengan usulan Sakura.

Yamato tertawa saja melihat interaksi dua orang itu. Tapi dalam pikirannya ia juga sedang membayangkan bagaimana Naruto mengambil alih koleksi buku-buku Kakashi menjadi koleksi milik pemuda rubah itu. Pasti lucu membayangkan Kakashi panik dan Naruto yang tertawa keras.

"Sudahlah, pikirkan itu nanti. Ayo, kita harus melihat Kiba."

"Aye aye Kapten....."

"Urusai."

Tbc.

I'm Yours | Sakura × Yahiko Pain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang