01

2K 160 0
                                    

    "Bahkan, jika aku bisa masuk ke dimensi ini, aku akan menghindari para mafia gila tersebut. Sayang, ending dari cerita ini harus terputus begitu saja, pembuatnya kenapa tidak mau melanjutkannya, sih?"

Komik yang terlihat berbeda dari komik lainnya pun ia tutup, meletakan benda tersebut pada tempatnya. Yah, saat itu gadis berambut sepunggung tersebut sedang duduk di dalam perpustakaan sekolah dan menikmati waktu senggang dengan membaca komik.

Sayangnya, sesuatu terjadi pada komik tersebut. Benda itu bergetar hebat, lalu jatuh ke lantai. Sontak gadis berumur tujuh belas ini yang memang duduk sendirian sejak tadi di perpustakaan terkejut.

Dia berjalan dan mengambil komik itu lagi, detik berikutnya halaman pertama terbuka membuatnya kebingungan. Pintu perpustakaan tertutup dengan keras, mengasilkan bunyi hingga ia menjatuhkan bukunya.

   "Kenapa pintunya tertutup sendiri?"

Di halaman belakang komik, ada sebuah kalimat yang di mana setelah gadis itu membacanya, kalimat itu perlahan-lahan menghilang.

Cahaya putih tiba-tiba menerangi tempat itu, bahkan saking silaunya ia sampai duduk dan menutup kedua matanya dengan tangannya.

Detik berikutnya, ia perlahan membuka mata dan terkejut bukan main.

   "I-ini ... Ini di mana?"

Pemandangan pertama yang dia lihat adalah saat ini dirinya berada di sebuah pasar terbesar di tempat itu. Matanya menelisik setiap penjuru yang bisa dirinya tangkap dengan dua manik biru cantiknya.

Samar-samar dia mendengar seseorang memanggil namanya, tidak ini memang namanya.

   "Aera! Kau di mana?"

Sontak terlihat seorang gadis yang terlihat seumudan dengannya berdiri dari kejauhan memadangi ia yang sedang menatap kebingungan.

   "Akhirnya ketemu."

Gadis tersebut berlari dan memukul
kepala Aera dengan kasar.

   "Aduh, sakit!" Aera menatap ke arah gadis yang memukulnya.

   "Kau itu ... Sudah kubilang jangan ke mana-mana, kenapa malah menghilang, sih?"

Dia menyeret Aera menuju luar pasar, menghentikan taksi dan bergegas naik. Di dalam mobil, gadis tersebut kebingungan. Ia menatap jalanan dan bangunan yang berdiri dengan kokoh di sepanjang jalan.

   "Aku di mana?" batinnya kebingungan.

   "Ini di mana?" pertanyaan spontan Aera, membuat gadis di sebelahnya berdengus kesal.

   "Berhenti bercanda kau. Ini jelas kota kelahiranmu."

Ia terdiam, mencoba untuk mengetahui nama kota itu.

   "Maksudku, nama kotanya apa?"

   "Kota Chulsaeng yang artinya kota kelahiran. Sudahlah, kita sampai di rumah."

Setelah membayar, gadis dengan manik cokelat itu menarik tangan Aera menuju rumah sederhana mereka. Em, sebenarnya tak bisa dibilang sederhana saja, sih.

Mereka punya halaman yang cukup luas, parkiran mobil dengan diisin dua mobil serta para maid yang berlalu-lalang ketika keduanya memasuki rumah.

   "Aera cepatlah. Ibu bisa marah kalau bahan-bahannya tidak segera di bawa ke dapur."

   "Ah, kalian sudah datang. Areum, bawa sebagian sayurnya ke dalam kulkas."

   "Baik, bu."

Di sisi lain, nampak Aera masih mematung di samping meja makan, menatap dapur yang sedang berantakan itu.

Aku di mana? (lookism)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang