13

378 61 9
                                    

Hari ini Aera sedang menyirami tanaman di rumahnya. Membosankan jadi dia melakukan pekerjaan itu saja. Tidak ada pembantu ataupun satpam, dia benar-benar hidup sendiri sekarang- ralat, hidup berdua dengan malaikat mautnya.

Suara mobil terdengar, dia berbalik dan melihat seseorang tengah memarkirkan mobil berwarna hitam itu di parkiran. Aera pun mematikan kran dan berjalan ke arah si pemilik mobil yang baru saja keluar.

Begitu mengetahui siapa yang datang, Aera buru-buru berbalik dan berniat kembali menyirami tanamannya.

   "Selamat pagi, sayangku!"

Aera terkejut dan memasang wajah kesal, lantas berbalik lalu menatap tajam pria itu.

   "Aku bukan sayangmu. Jangan halu kau!"

Kini, Jihoon masuk lebih dulu dan di susul oleh Aera. Ini bukan pagi, sih sudah jam sebelas. Aera memilih untuk pergi mandi saja, toh badannya sudah berkeringat.

Selama mandi, Aera memikirkan dirinya yang tak kuliah.

   "Harusnya aku kuliah saja. Membosankan kalau harus menghabiskan waktu dengan si sikopat gila itu."

Setelah menyudahi ritual mandinya, dia kembali ke kamar dan memakai pakaian. Tak beberapa lama, dia keluar dari kamar menuju ruang tamu. Jihoon tengah memainkan ponselnya, sembari sesekali tersenyum bahagia.

Aera yang baru tiba mulai menyelidiki perlahan-lahan dengan memperhatikan mimik wajah Jihoon.

   "Jika kau memperhatikan wajahku terus, bisa-bisa kau naksir nantinya!" ucapnya lantas memasukan ponsel ke dalam saku celananya.

Aera terkejut dan menatap ke sembarang arah.

   "Jangan kepedean kau, dasar halu."

Suasana kembali hening, tidak ada yang mau membuka suara baik Jihoon maupun Aera.

   "Aduh, tutorial usir orang dari rumah, dong?" batinnya tersiksa.

   "Mau jalan-jalan?" tawar Jihoon.

Aera nampak ragu, pasalnya dia sangat amat bosan sekarang. Terpaksa ia hanya mengangguk dengan wajah songongnya.

   "Bersiaplah, kita akan pergi ke suatu tempat."

   "Kau pasti mau menculikku, kan?" curiganya sembari menyipitkan mata menatap Jihoon.

   "Astaga, kalau iya dari kemarin-kemarin sudah kulakukan."

   "Ya, bisa saja kau menunggu timing yang pas. Kau tidak ingat sudah menculik dan menyiksaku selama sebulan?" Aera menatap tajam ke arah Jihoon, mengingatnya saja membuat hatinya sangat amat sakit.

   "Yah, kalau soal itu aku minta maaf."

   "Caramu meminta maaf mudah sekali. Kau pikir aku akan memaafkanmu? Jangan mimpi!"

   "Ya sudah, sekarang kau ingin bagaimana?"

   "Kau menghilang dari hadapanku!" ucapnya penuh penekanan.

   "Kalau itu aku tidak bisa. Orang tuamu sudah mempercayakan aku untuk menjagamu, Aera!"

   "Kenapa kau harus peduli?"

   "Aku hanya peduli pada calon istriku."

   "Jangan mimpi kau, dasar sikopat gila."

   "Aku tahu aku salah, tapi tolong jangan suruh aku pergi darimu. Sungguh aku tak bisa Aera, lakukan apapun padaku asalkan kau tak menyuruhku untuk pergi!"

Tidak ada kebohongan di sana, Aera sejak tadi menatapa manik itu. Hanya tersirat rasa bersalah yang besar.

   "Sejak kapan dia jadi begini? Tidak, kau harus tegas Aera, ingat apa yang sudah dia perbuat pada kita waktu itu."

Aku di mana? (lookism)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang