Di sini, Aera duduk dengan wajah menunduk. Di sebelahnya ada seseorang yang benar-benar ia hindari sekarang, sayangnya itu hanyalah sebuah impiannya saja.
"Jadi bagaimana Aera, apakah kamu memiliki waktu untuk mengajak Jihoon berkeliling sebentar? Saya akan meminta izin pada wali kelasmu untuk tidak masuk belajar."
Gadis itu terdiam, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia tahu, saat ini Jihoon tengah menatapnya dengan sebuah senyuman licik.
"Aera, kamu baik-baik saja?" tanya kepala sekolah dengan menatapnya khawatir.
Aera lantas menatap kepala sekolah, dia berniat menolaknya.
"Maaf pak, bisakah minta pada siswa lain saja? Saya harus menyelesaikan soal yang diberikan oleh pak Han."
"Di sini hanya kamu yang Jihoon kenal, apalagi dia ini artis. Takutnya mereka macam-macam dengannya. Aera, dia itu teman sekelasmu dulu, kan? Seharusnya kamu tidak masalah dengan permintaan bapak."
"Bukan begitu, aku harus bagaimana menolaknya?" batinnya kebingungan.
Tidak ada pilihan lain selain menerimanya. Aera hanya mengangguk, membuat kepala sekolah tersenyum senang.
Setelahnya keduanya keluar, koridor lumayan sepi dikarenakan sedang belajar sekarang.
Aera berjalan lebih dulu menuju gymnasium. Jihoon tersenyum di belakang, menatap punggung kecil yang samar-samar gemetar.
Saat tiba di sana, sepi. Hari ini tidak ada jam olahraga, itulah mengapa gymnasium nampak hening.
Jihoon langsung menyambar Aera dan mengunci pergerakannya di dalam gymnasium. Lebih tepatnya dia sedang berada di atas gadis itu dengan tatapan keduanya yang saling bertemu.
"Senang ya bisa lepas dariku?"
Jihoon menatap dirinya dengan nyalang, kemarahan mengoar di maniknya.
"Kau gadis nakal. Berani sekali berpelukan dengan pria lain, bahkan menangis dipelukannya."
"Kau tahu? Aku sengaja membiarkan saudaramu itu menyelamatkanmu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Ternyata ibumu membawamu ke mari."
"Haruskah aku menculik- ah tidak. Dari awal kau memang milikku, kau dilahirkan hanya untukku."
"Karena kau milikku, jadi aku bebas melakukan apapun padamu dan membawamu ke mana saja."
Cengkramannya semakin dipererat membuat Aera semakin ketakutan. Gadis itu sudah membendung air matanya, tangisan itu ia tahan.
"Jangan menangis jika kau tidak ingin ketahuan. Aku bisa saja melakukan apapun padamu sekarang."
Jihoon masih menatap lekat-lekat wajah gadis yang sudah beberapa minggu itu tak ia temui. Cantik, wajahnya masih saja cantik dan manis.
Jihoon suka melihat wajah ketakutan gadis itu, apalagi saat wajahnya memohon untuk tidak disakiti.
"Kau selalu menjadi favoritku."
***
"Ha-halo?"
"Halo, Aera bagaimana kabarmu?"
"Areum, bisakah kau bilang pada ibu untuk menjemputku?" tanya Aera dengan nada gemetar.
"Eh, kenapa tiba-tiba?"
"Please ... Jihoon tadi datang ke sekolahku."
Mendengar itu, sontak Areum bangkit dari duduknya hingga mengejutkan temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku di mana? (lookism)
FanfictionMasuk ke dunia komik dengan ending yang belum selesai. Apakah Aera berhasil mengetahui ending dari komik tersebut dan menemukan penyebab dari si pembuat komik yang tak kunjung memberitahukan endingnya? Lalu, bagaimana bisa dia lolos dari jeratan tal...